webnovel

Sepertinya Ada Yang Aneh

Ryan sengaja membiarkan wanita asing bernama Calli itu menunggu taksi di luar. Namun ia tetap memasang sikap waspadanya. Ia akan tetap membiarkan wanita itu di luar sampai taksi yang dipesannya datang. Dalam hatinya ada rasa takut jika wanita itu merupakan salah satu anggota komplotan perampok yang diinformasikan oleh pihak kepolisian.

Ryan menunggu di ruang tamu, kini dirinya dan wanita itu hanya dipisahkan oleh tembok pembatas ruang tamu dan beranda depan. Sesekali ia menatap jam yang terpasang di dinding, dan waktu sudah lewat 10 menit sejak wanita itu menelepon untuk memesan taksi.

Keningnya berkerut, "Kenapa taksinya belum datang juga?" gumamnya pelan.

"Biasanya 10 menit sudah sampai…" lanjutnya.

Sementara itu di luar, Abigail duduk di kursi yang ada di beranda, sesekali ia berdiri dan menatap ke arah jalan ia datang tadi, yang di pastikan taksi akan datang dari arah sana. Jalanan memang terlihat remang-remang karena penerangan yang minim. Di tambah hujan yang cukup lebat hingga terlihat berkabut.

Abigail menghela napas panjangnya, "Sudah berapa lama aku menunggu…" lirihnya. Menit-menit yang berlalu terasa begitu lama, sejujurnya ia sudah tidak sabar ingin segera berganti pakaian dan merebahkan tubuhnya di atas kasur yang empuk.

Tubuhnya kembali bergetar dan menggigil karena kedinginan, angin berhembus cukup kencang di tambah bajunya yang basah membuatnya semakin kedinginan. Setelah berdiri ke ujung selasar beranda untuk melihat kedatangan taksi yang tak kunjung nampak, Abigail kembali duduk di kursi. Kepalanya mulai terasa berdenyut. Perutnya juga sempat bersuara, dua hari ini ia hanya bisa makan roti saja dan air mineral. Hingga ia kini merasa lapar.

"Tenang, sabar, sebentar lagi taksi datang…" Abigail menghibur dirinya sendiri.

Ryan yang berada di dalam kembali melirik ke arah jam, dan kini sudah 20 menit berlalu. Ia kemudian bangkit dari duduknya untuk menyusul wanita itu yang kini masih berada di luar. Ia ingin memastikan apakah taksi tersebut sudah datang atau belum, tapi sejak tadi ia tidak mendengar suara deru mesin mobil.

Dengan perlahan Ryan membuka pintu ketika ia sudah berdiri tepat di hadapan pintu. Kemudian ia sedikit menyembulkan kepalanya untuk mengintip keberadaan wanita itu. Tampak wanita itu sedang berdiri di ujung selasar berandanya, sedangkan tas punggungnya ia taruh di atas kursi.

Hatinya sedikit terenyuh melihat keadaan wanita itu. Ia tahu jika keadaan di luar sangat dingin, dan pakaian wanita itu sudah basah. Pasti wanita itu kedinginan. Tapi tetap saja ia merasa enggan untuk mengajak wanita itu menunggu taksi di dalam.

"Aku akan membuat kopi, apa kau mau?" tanya Ryan tiba-tiba saja. Seketika wanita yang tengan berdiri itu yang sebelumnya tidak menyadari keberadaan dirinya langsung menolehkan wajahnya padanya.

Ia tersenyum canggung kemudian menggeleng pelan, "Tidak usah, aku takut taksi akan segera datang." Tolaknya dengan halus.

"Sudah 20 menit berlalu, aku sungkan jika taksi akan datang. Apalagi ke tempat yang cukup terpencil seperti ini, jalanan menuju tempat ini juga tidak bagus dan akan sulit dilewati oleh kendaraan dalam keadaan jalanan yang basah karena akan sangat licin," jelas Ryan pada wanita itu.

"Tidak apa-apa, aku akan menunggunya. Taksi pasti akan datang, meski mungkin sedikit terlambat," sahut wanita itu.

Jika bisa menebak, Ryan bisa memastikan jika wanita itu merasa sedikit takut padanya. Bisa saja wanita itu merasa takut jika dirinya akan berbuat macam-macam padanya ketika ia masuk ke dalam rumahnya. Padahal, ia sendiri merasa sedikit takut dan harus waspada pada wanita itu, jika wanita itu merupakan salah satu anggota komplotan perampok yang sedang merajalela di wilayah ini.

Tapi dari wajahnya, wanita itu tidak tampak seperti seorang penjahat.

'Tapi, penampilan bisa saja mengecoh bukan?' tanyanya pada diri sendiri. Tapi tak ada hal yang mencurigakan yang dilakukan oleh wanita itu. Pikirannya terus berkecamuk. Sekilas Ryan bisa melihat jika wanita itu tampak menahan rasa dingin yang menyerang tubuhnya, wajahnya pun tampak semakin pucat terutama di bagian bibirnya yang terlihat memutih.

"Biasanya taksi akan datang 10 menit dan paling lambat 15 menit, ini sudah 20 menit tapi taksi tak kunjung datang," ucap Ryan kemudian.

Wanita itu kembali menatap Ryan, wajahnya tampak begitu bingung, "Benarkah?"

Ryan mengangguk. "Mungkin segelas kopi atau cokelat panas cukup untuk menunggu hingga taksi itu datang."

Awalnya Abigail merasa ragu pada penawaran pria pemilik rumah ini, tapi ia merasa semakin kedinginan dan sangat membutuhnya sesuatu yang hangat. Pada akhirnya Abigail mengangguk pelan, "Coklat panas saja jika Tuan tidak keberatan…"

"Baiklah, aku akan membuatnya. Kau tunggu saja di sini!"

Abigail mengangguk kemudian kembali duduk di kursi hingga pria itu kembali ke dalam rumahnya.

Saat membuat minuman di dapur, kembali terbersit di dalam pikirannya. Mengapa seorang wanita datang ke tempat ini sendirian dan mencari penginapan. Jika ia seorang pelancong, mengapa datang di saat penghujung musim hujan seperti ini. Sedangkan tempat ini tidak begitu ramah saat curah hujan masih tinggi. Atau kemana tujuannya pergi? Atau apa yang dia cari jika dia bukan salah satu anggota komplotan penjahat.

Terlihat tas dan pakaian yang digunakannya memiliki merk yang ternama, memperlihatkan jika wanita itu bukan seorang backpacker yang biasa berjalan-jalan sendirian dengan budget yang minim. Bukan itu saja, ponsel yang diperlihatkan oleh wanita tadi cukup berharga. Bukan ponsel murahan.

'Sepertinya ada yang aneh…' gumamnya dalam ahti, bersamaan dengan itu ia selesai membuat secangkir kopi untuk dirinya dan coklat panas untuk wanita itu.

Saat ia kembali menemui wanita itu dengan dua cangkir di tangannya, wanita itu tampak sedang duduk, ia sedang menggosokkan kedua telapak tangannya agar terasa hangat. Dan ia bisa melhat jika tubuh wanita itu bergetar.

'Wanita bernama Calli ini benar-benar kedinginan…'

"Ayo minum agar kau merasa lebih hangat!" seru Ryan seraya menyerahkan cangkir cokelat hangat pada wanita itu. Dan wanita itu langsung mengulurkan tangannya untuk mengambil cangkir miliknya. Tak sengaja jari mereka bersentuhan sedikit dan dalam waktu yang singkat, terasa di tangannya jika tangan wanita itu sangat dingin.

"T-terima kasih," ucapnya dengan bibir yang bergetar.

Ryan hanya mengangguk kemudian ia duduk di kursi yang lainnya, "Aku akan menemanimu hingga taksi itu benar-benar datang."

Wanita itu tampak hendak meminum cokelat panasnya, matanya terbuka lebar namun kemudian mengangguk pelan.

Terlihat kecanggungan dan keengganan yang cukup besar pada wanita itu. Dan dirinya semakin merasa aneh akan wanita tersebut.

"Jadi, " ucapan Ryan sedikit menggantung cukup untuk membuat wanita itu kembali menatap dirinya. Karena memang sejak tadi wanita itu sering menghindari tatapan dirinya. "Apa yang kau lakukan di tempat ini? Berlibur?" lanjutnya kemudian.

Wanita itu sempat menggeleng tapi dengan meralatnya dengan mengangguk.

"Di musim hujan seperti sekarang?" tanya Ryan tak percaya.

"Ah, itu…" Wanita itu tampak berpikir sejenak, "Sengaja, karena di saat seperti ini pengunjung akan sedikit, aku tidak suka keramaian." Abigail mencoba untuk meyakinkan pria ini dengan kebohongan yang diucapkannya.

Penjelasan wanita itu cukup masuk akal, tapi tetap saja terdengar aneh di telinga Ryan.

Keduanya sempat terdiam cukup lama, dan terjebak dalam keheningan. Hanya suara hujan yang bisa terdengar diselingi oleh suara petir yang bersahutan. Ryan bisa mendengar jika wanita itu beberapa kali menghembuskan napas panjangnya dengan pandangan yang tak pernah lepas ke arah jalanan.

Ryan merasa jika wanita itu enggan berlama-lama berada di dekatnya seakan dirinya seorang monster atau penjahat yang akan menyeretnya masuk ke dalam kemudian memakannya.

Ada rasa kesal dalam dirinya, namun ia memilih untuk diam dan tak mengatakan apa-apa. Wanita itu akan segera tahu jika ia bukanlah orang jahat ataupun tak memiliki ketertarikan pada wanita itu. Yang biasanya pria akan mengambil kesempatan pada seorang wanita. Apalagi kini mereka hanya berdua di tempat ini dan jauh dari tetangga terdekat. Jika ia seorang penjahat akan mudah untuk melakukan tindak kejahatan, tapi dirinya bukan orang yang seperti itu.

-To Be Continue-