webnovel

The Darkest Destiny's

Merasa selalu di permainkan takdir membuat gadis itu menjadi sosok yang tidak tersentuh. Hati dan jiwanya sudah menjadi batu. Kehilangan orang yang dicintai dengan cara yang curang, membuatnya sadar jika hidup mewah yang di rasakannya selama ini hanyalah semu. Jika bagi orang lain keluarga adalah jalan mereka untuk pulang, maka baginya keluarga adalah jalan menuju kematian. Seorang lelaki yang seharusnya menjadi lelaki pertama yang merangkul dan memberinya rasa aman, namun sosok itu pula yang membuatnya kehilangan kemampuan bicara karena rasa sakit dan trauma yang mendalam. Menghakimi semua orang yang membuatnya menjadi seperti sekarang adalah tujuan hidupnya. Mimpi buruk akan segera datang bagi mereka yang telah membuat hidupnya hancur. Dia bersumpah akan membuat mereka semua memohon kematian padanya. "Kau yang menjadikan ku monster jadi jangan bersikap seolah-olah kau adalah korban" katanya sambil berseringai dingin. Pria itu shock mendengar perkataan gadis dihadapannya ini, ternyata akulah yang telah mengubahmu menjadi seperti ini, pikirnya. ********* "Aku adalah dewa kematian, akan kuturuti semua keinginanmu, dan kau hanya perlu melakukan satu hal untukku" ucap pria itu dengan tersenyum licik Sambil tertawa dingin gadis itu berucap "Ha ha ha... Jika kau adalah dewa kematian, maka aku adalah kematian itu sendiri. Jika kau tidak ingin mati ditanganku, maka enyahlah kau membuatku muak."

zaharafth_ · Urbain
Pas assez d’évaluations
393 Chs

The KOCH Family Burial Area

Piemento, Italy

Cekrek..cekrek....cekrek...

Suara jepretan dan blitz kamera tidak henti-hentinya terdengar oleh telinga Drystan. Sudah hampir tiga jam lebih ia menemani Hazel untuk pemotretan, tapi tidak ada tanda-tanda bahwa mereka akan segera selesai. Entah sudah berapa pakaian yang dikenakan Hazel, tetapi adiknya itu tidak terlihat lelah sama sekali.

Drystan membunuh rasa bosannya dengan memainkan gadget miliknya, ia sedang memantau perkembangan anak buahnya dalam mencari seseorang. Saat Drystan sedang sibuk dengan gadgetnya tiba-tiba seorang gadis yang tidak ia kenal menghampirinya.

"Hai, kau mau minum?" tawar gadis itu

Drystan hanya melirik gadis itu dengan tatapan dingin dan tak minat, kemudian ia melanjutkan kegiatannya yang tertunda karna gadis ini.

"Aku Valerie, Valerie Von Klinski. Siapa namamu?" tanya gadis itu

Lagi-lagi Drystan hanya diam, ia tida ada niat untuk menghiraukan gadis ini.

Merasa tidak hilang akal untuk menarik perhatian Drystan, gadis bernama Valerie itu dengan lancangnya mengambil gadget milik Drystan.

"Apasih yang kau lihat sehingga tidak menghiraukan gadis cantik dihadapanmu ini." Ucap Valerie

Valerie Von Klinski, gadis cantik berdarah belanda yang baru menginjak usia 16 tahun. Valerie sudah menjadi model sejak usia 8 tahun, ia adalah senior Hazel di dunia modeling.

Drystan dengan kasar mencekal pergelangan tangan Valerie, lalu memutar tangan gadis itu.

"AAHHH." Ringis Valerie

Tidak ada yang menyadari apa yang tengah terjadi, karna jarak Drystan duduk lumayan jauh dari tempat pemotretan. Ia memilih tempat itu karna tidak ingin menjadi pusat perhatian.

"Ini akibat karna kau berani menggangguku." Ucap Drystan dingin

"A-aku hanya ingin b-berkenalan denganmu."

Drystan semakin menguatkan cekalan tangannya pada Valerie, sehingga gadis itu berteriak kesakitan.

"AAAHH!! YOU HURTING ME DRYSTAN!!" Teraik gadis itu

Suara Valerie mengundang perhatian semua orang yang ada disana, termasuk Hazel yang sedang beristirahat. Hazel segera berlari menuju ke tempat Drystan dan Valerie, untuk mengetahui apa yang tengah terjadi disana.

Pemandangan itu tidak disia-siakan oleh paparazi, mereka langsung memotret kekerasan yang dilakukan oleh Drystan. Ini akan menjadi berita panas selama beberapa bulan kedepan.

"Kau bilang kau ingin berkenalan? Tapi kau sudah tahu namaku?" sarkas Drystan

"Aku tidak ada niat untuk berkenalan dengan hama sepertimu, jadi sebisa mungkin jangan menunjukkan wajahmu dihadapanku." Setelah berkata seperti itu, Drystan menghempaskan Valerie dengan kasar.

Hazel baru saja tiba saat Drystan menghempaskan tangan Valerie, ia sedikit syok mengingat kakaknya tidak pernah berbuat kasar, kecuali...

'Kau mencari masalah dengan orang yang salah Val.' Batin Hazel seraya melirik Valerie

"ZAEL! WHAT'S GOING ON? Apa yang terjadi? Are you okey?" tanya Hazel khawatir

Drytstan tersenyum dan mengangguk, "I'm oke."

Hazel lalu melihat Valerie, pergelangan tangan gadis itu memerah.

'Pasti sakit.' Batinnya

Hazel menanyakan keadaan gadis itu, menatapnya prihatin.

"Are you oke, Val?"

Valerie meringis sambil memegang pergelangan tangannya, ini sangat menyakitkan.

Melihat banyak orang yang menyaksikan kejadian itu, Valerie mengambil kesempatan. Dengan memiliki scandal dengan putra Rockefeller, ia berpikir mungkin itu akan berpengaruh dengan karirnya.

Zoe datang menghampiri mereka, ia menanyakan keadaan Valerie. Valerie langsung menangis dipelukan Zoe.

"Hiks...hiks...hiks..." Isak Valerie

"Hei, don't cry." Ucap Zoe mencoba menenangkan. Zoe melihat pergelangan tangan Valerie yang memerah, ia pun langsung melirik tajam Drystan. Allerd Zoe Archer pemuda tampan berdarah German itu merupakan model dan aktor skala internasional walaupun usianya baru menginjak 18 tahun. Ia dan Valerie adalah sahabat sejak kecil, ia sudah menganggap Valerie seperti adiknya sendiri, itu sebabnya ia tidak suka jika ada seseorang yang menyakiti Valerie.

"What's wrong with you? Kenapa kau menyakitinya?" tanya Zoe

Drystan hanya diam, ia enggan untuk menjawab. Lagipula ia tidak berniat untuk memperpanjang drama murahan ini.

"Kenapa kau diam saja? Apa kau takut jika seluruh dunia tau seperti apa kau sebenarnya? Pria kasar yang hanya bisa menyakiti gadis le-"

"I think Drystan have a reason, karna ia tidak mungkin akan melukai seseorang tanpa alasan yang jelas." Sela Hazel, karna bagaimanapun ia sangat mengenal Drystan. Pria ini tidak mungkin mau repot-repot untuk melukai seseorang jika ia tidak diganggu terlebih dahulu

"Itu karna kau adiknya Hazel, tentu kau akan berkata seperti itu. Apa kau tidak lihat memar dipergelangan tanganku ini? Ini sangat sakit, Zoe." Ucap Valerie

"Jadi maksudmu, Drystan sengaja melakukannya? Tapi kenapa dan untuk apa?" Tanya Hazel

"A-aku tidak tahu, kau tanya sendiri saja padanya. Dan yang pasti aku akan melapornya atas tindak kekerasan" Ancam Valerie

"Ahh, kau tidak tahu? Lalu bisa kau jelaskan kenapa gadget Drystan bisa ada ditanganmu, Val? Jika kau ingin melapornya atas tindak kekerasan, berarti aku juga bisa melapormu atas kasus pencurian bukan?" Ucap Hazel dengan melirik tangan Valerie, ia sangat tanda dengan semua barang milik Drystan tanpa terkecuali.

"WHAT? AKU TIDAK MENCURINYA!!" Teriak Valerie, ia tidak terima dituduh sebagai pencuri

Hazel tersenyum sinis, "Lalu bagaimana bisa gadget kakakku berada ditanganmu?"

Deg...

'Damn it! Aku lupa gadget Drystan masih kupegang, sial!' batin Valerie

"Ha? I-itu a-aku... a-aku" Valerie tidak tahu harus menjawab apa

Hazel berjalan pelan mendekati Valerie, "Jika kau tidak bisa menjawabnya. Then let me guess, kau mencoba untuk memperkenalkan dirimu pada Drystan tetapi Drystan tidak menghiraukanmu dan lebih memilih memainkan gadgetnya. Karna kau kesal lalu kau merampas gadget Drystan, am i wrong?" Tebak Hazel

Semua mata sekarang tertuju pada Valerie, menunggu penjelasan yang akan gadis itu berikan.

Valerie benar-benar gugup sekarang, keringat dingin mulai mengucur di pelipisnya. Melihat kegugupan Valerie Hazel menyunggingkan senyum smirknya seraya berkata,

"Jika kau tidak ingin lebih malu dari ini, kusarankan kau segera pergi Val." Ucapnya tepat ditelinga Valerie

Wajah Valerie seketika merah karna malu dan marah, ia tidak bisa membalas kata-kata Hazel yang memang benar adanya.

Hazel lalu menarik tangan Drystan untuk segera pergi dari sana, meninggalkan Valerie dan semua orang yang masih bertanya-tanya tentang apa yang terjadi sebenarnya. Tapi sepertinya mereka bisa menyimpulkan bahwasannya Valerie lah yang mencari masalah disini.

*************

Vladivostok, Rusia

Pepohonan lebat sepanjang sisi jalan menemani sebuah mobil yang tengah melaju dengan kecepatan sedang. Mobil itu terlihat memasuk area pemakaman dengani gerbang yang bertuliskan The KOCH Family Burial Area yang tertera diatasnya.

'Ini...' Varsha mengernyit bingung saat sadar kemana Xean membawanya.

"Aku belum menyapa tante Ainsley selama aku disini, temani aku ya?" Ucap Xean saat tahu maksud tatapan bingung Varsha.

Varsha tidak hanya diam, dengan tatapan rumit ia melihat area pemakaman didepannya. Haruskah ia turun? Tapi apa yang harus ia katakan? Apa yang akan Mommy pikirkan jika melihat keadaanya yang seperti ini?

Semua pikiran-pikaran itu muncul dikepala Varsha, ia masih belum siap bertemu ibunya tapi ia juga sangat merindukan sang ibu. Pikiran gadia kecil itu butar saat Xean mengajaknya turun,

"C'mon Vy, aku tahu kau juga sangat merindukan tante Ainsley kan? Berikan bunga ini kepada beliau, dia pasti menyukainya." Ucap Xean seraya menyodorkan mawar hitam yang Varsha lihat di toko bunga tadi.

Setelah memantapkan hati Varsha turun dari mobil, mereka berjalan memasuki area pemakaman. Tidak jauh dari mereka terlihat kuburan yang terdapat bunga segar, di nisan itu tertulis sebuah nama yang Varsha Rindukan.

***********

Didalam sebuah ruangan yang terlihat seperti laboraturium, seorang wanita sibuk dengan racikan-racikan obat didepannya. Wanita itu terlihat gelisah dan memikirkan sesuatu,

"Sebenarnya apa yang salah pada obatku? Semua obat ini berhasil pada tikus-tikus itu, tapi kenapa tidak dengan gadis itu? SHIT!" Ucap gadis itu frustasi, disampingnya terlihat banyak tikus mati. Tikus-tikus itu adalah korban uji coba dari obat yang sedang diracik oleh wanita tersebut.

happy reading all❤

zaharafth_creators' thoughts