webnovel

Rasa Bosan

John pun juga tentu saja ikut terpengaruh, tetapi dia memiliki kontrol diri yang cukup baik. Dia hanya melihat sekilas dan membuang muka demi rasa hormat.

Namun, semakin dia menahan diri untuk tidak melihat hal-hal seperti itu, justru semakin banyak gadis berkaki panjang yang berjalan di depannya. Mereka duduk dengan menampilkan silangan kaki, kadang-kadang juga sambil bergoyang-goyang.

Kulit mereka menjeritkan getaran energi masa muda saat berada di bawah matahari. Tubuh melengkung yang menggoda dan kulit halus mereka membangkitkan gairah di dalam dada.

"Leah, kamu memang mirip bagai seorang jalang! Beraninya kau menyentuh bagian dadaku!" Tiba-tiba, Yuna berteriak.

Dia melompat dan mengejar gadis berkaki panjang itu, yang berbalik arah dan segera kabur. Tawa memenuhi udara, tetapi situasi yang ada itu juga membuat John ikut merasa sakit kepala.

Leah Ann, sosok yang dikenal dengan panggilan lele, merupakan salah seorang gadis cantik di kelas mereka. Dia selalu mengikat rambutnya dengan kuncir kuda, untuk menunjukkan pesona imutnya.

Dirinya juga memiliki bagian dada yang indah serta tubuh yang hampir sempurna berkat latihan senam dan mengikuti kelas olahraga tambahan sepanjang tahun. Jadi, dia jelas tipe gadis yang sangat seksi di kelas mereka. Katanya bahwa beberapa anak laki-laki dari dalam dan luar kelas saling berkelahi hanya untuk memperebutkannya.

"Membosankan." John menggelengkan kepalanya, mengemasi buku-bukunya, dan meletakkannya di laci meja sebelum dia pergi ke kafetaria.

Makanan di kantin memang menggugah selera. Di lautan sana terdapat deretan meja dan kursi logam yang relatif kosong, John memutuskan untuk duduk dan makan dengan tenang.

Orak-arik telur dengan tomat dan dua tael nasi adalah semua yang dia perlukan untuk makan siang. Itu terlihat sederhana, tapi rasanya lezat dan cukup untuk membuatnya merasa kenyang.

John juga melakukan rutinitas sehari-hari. Dia akan pergi ke kelas setiap pagi, dan begitu dia sampai di rumah, dia akan mengerjakan pekerjaan rumahnya dan merevisi kertas ujian tahun lalu sampai larut malam sebelum dia akhirnya tertidur. Dia akan bangun keesokan harinya dan mengulangi rutinitas yang sama.

Orang tuanya biasanya berangkat kerja di pagi-pagi sekali dan selalu pulang larut malam. Kakak perempuannya yang juga seorang mahasiswi, akan segera kembali ke kampusnya. Dia pulang hanya karena kondisi kakek mereka yang tengah sakit parah.

"Ini benar-benar membosankan." John mengambil sesendok nasi dan memasukkannya ke dalam mulutnya. Tatapannya berpindah-pindah saat para siswa yang berada di kafetaria datang dan pergi, tetapi kebanyakan hal itu masih tidak menarik perhatiannya.

Berasal dari keluarga biasa, dia tidak memiliki bakat super atau kemampuan IQ dan EQ yang luar biasa. Bahkan di sekolah, prestasi akademiknya hanya rata-rata dan biasa-biasa saja, terkesan begitu standard.

Ini karena dia tidak memiliki gairah sama sekali pada hal-hal akademis. Tetapi, untungnya juga karena alasan inilah dia bisa tetap tenang dan tidak peduli pada hal lain yang terjadi.

Alasan kedua adalah bahwa John merasa dia adalah orang aneh yang telah membangkitkan ingatan lama tentang kehidupan masa lalunya. Hampir tiga puluh tahun kenangan kehidupan lampau telah membuatnya hampir tidak peduli dengan kehidupan yang dia miliki saat ini.

Takdir di dalam cerita akan menyebutkan bahwa ini seperti sebuah kepercayaan akan sesuatu yang mistis atau dikenal dengan sebutan reinkarnasi Ujian masuk perguruan tinggi di kehidupan masa lalunya tidak jauh berbeda dari yang sekarang. Baginya, itu hanya permainan angka, dan rasa membosankan lainnya untuk mengulang semua rentetan utas kejadian yang sama.

"Tingkat teknologi yang ada di sini hanya mirip dengan Cina yang sedang mengalami masa kebangikitan. Mobil, pesawat terbang, dan gadget teknologi telah menjadi hal biasa, tetapi itu masih jauh dari periode paling makmur dalam kehidupan masa laluku," John menghela nafas pelan.

Setelah merasakan kemudahan pembayaran mobile dan internet cepat, kini dia kembali ke era di mana permainan komputer masih sedikit terlalu awal. John merasa ia terlahir kembali ke masa lalu yang begitu menyusahkan dan sangat tidak menyenangkan.

Dia tidak dalam suasana hati yang baik. Meskipun demikian, kemampuan beradaptasi adalah kekuatan terbesarnya. Setelah lebih dari sepuluh tahun, dia sudah lama terbiasa dengan kehidupan reinkarnasinya ini sebagai seorang siswa biasa.

John tahu betul mengenai konsep tall poppy syndrome. Itu sebabnya dia tidak pernah menunjukkan sisi dewasanya karena bisa hidup damai bukanlah suatu kebetulan yang menjadi tujuan dalam hidupnya.

Setelah menghabiskan hari yang sibuk di sekolah, John menolak undangan Yuna untuk pergi ngemil di sore hari. Bukannya dia tidak tertarik, dia menyukai makanan yang biasanya jadi jajanan di pinggir jalan dekat sekolahnya. Tapi, dia hanya bisa menghabiskan tiga yuan sehari, maka dirinya tentu tidak bisa bersikap boros. Karena itu, dia harus memanfaatkan semua peluang yang gratis.

John duduk di kursi dekat jendela, memandangi jalan-jalan tua yang dengan cepat melewatinya. Bunga relief melengkung dan burung di tepi plakat dan sudut dinding mengingatkannya pada mimpi buruknya tadi malam. Satu kondisi dan fenomena unik serta aneh yang dialami olehnya.

***

"Perhentian berikutnya, Pabrik Tekstil Kota Tua," Suara wanita yang berbicara dengan dialek lokal standar menyentak jiwa John dari sikap linglung.

Dia meraih tasnya yang berwarna putih keabu-abuan, memutuskan untuk berdiri, dan memberikan kursinya kepada seorang wanita tua yang baru saja naik bus. Kemudian, dia meletakkan tangannya pada pegangan di atas kepala dan bergerak perlahan melalui bus yang penuh sesak itu menuju pintu keluar.

"Berhenti mendorong!"

"Anak muda, hati-hati! Jangan membuat orang kesal."

"Aduh, kakiku! Kau baru saja menginjak kakiku! Apakah kamu sedang bermimpi?"

Orang-orang mulai menggerutu dan membuat kegaduhan seperti suara mainan yang diaktifkan dengan sentuhan. John bersikap tidak peduli.

Tingginya sekitar seratus tujuh puluh lima sentimeter dan memiliki tubuh dengan pahatan otot yang sehat di balik seragamnya. Selain kulitnya yang berwarna putih, dia terlihat sangat biasa.

**To Be Continued**