webnovel

pertemuan

Tumbuh tumbuhan yang berjejeran didampingi dengan bunga yang berwarna warni membuat semua orang yang melihat menjadi takjub sendiri, dengan rumput yang dibentuk sedemikian rupa membuat orang menjadi nyaman melihatnya.

Dan disinilah dia, berada di kerumunan orang yang tengah memadati sebuah taman yang sangat cantik, membuat semua orang yang melihatnya menjadi ingin selalu dan terus berada di taman itu.

Seorang gadis yang sedang duduk sendiri menatap anak kecil yang bermain ayunan, dan mainan mainan lainnya membuat gadis itu tersenyum, sedari dulu memang dia sangat menyukai anak anak, dulu saat adiknya lahir dia pun tidak segan segan bermain dengan adiknya sampai petang hari, dan lucunya kadang dia sampai dimarahi bundanya karena keseringan main bukannya belajar. Mengingat itu membuat dia merindukan sosok yang sangat dia sayangi dulu, tapi skarang bertemu pun tidak akan mungkin dan bisa dibilang mustahil.

Saat dia mengingat keluarganya membuat dia sedih sendiri, dia pun hampir meneteskan air matanya tapi dengan cepat dia menghapus air mata itu, jangan sampai dia ketahuan menangis diarea seperti ini, bisa bisa dia malu sendiri.

Setelah sudah petang, dia pun memutuskan untuk pulang. Hari ini banyak sekali yang dia pikirkan membuat dia pusing dan capek secara bersamaan, dia berpikir jika dia sekarang pulang, dia bisa beristirahat merehatkan tubuhnya yang capek ini.

Saat dia berjalan hendak mendekati sepeda motornya, dia dikagetkan dengan tubrukan seorang anak kecil mengenai perutnya.

""Eii sayang, kamu kenapa? kemana orang tua kamu ?" ucapku memberikan pertanyaan kepada anak kecil itu, dia menangis sampai sampai ingusnya keluar, aku yang melihatnya menjadi gemas sendiri, kemudian aku mengambil tissue yang ada di tasku kemudian mengelap ingus dan air mata di wajah anak kecil itu.

"Hiks... hiks... unda! tenapa bunda tinggalin adek?!! adek jahat yah? hiks... tenapa unda ballu dhatengin adek sekalang?! hiks... tenapa dak dali dulu aja?! unda tau? adek tangen banget tama unda! hiks... hikss... unda tangan tinggalin adek agi yah ?!" ucapnya sesenggukan sambil menatap wajahku, aku bingung dengan panggilannya yang memanggilku dengan bunda? apa?, bunda?, bahkan punya suami saja belum kenapa aku punya anak?.

Akupun menjongkokkan tubuhku menyamakan tinggi badan anak kecil itu.

"Sayang! saya bukan bunda kamu, mungkin kamu salah orang," ucapku sambil memandang wajah imut anak kecil itu.

"unda jahat, tenapa unda bilang tayak gitu! hiks.. hikss.. huaaa," aku pun terperanjat kaget dengan teriakan gadis itu yang cukup keras sehingga membuat orang menatapku dengan kebingungan.

"Sttt sayang, udah yah, jangan nangis lagi hmm?!" aku pun langsung memeluk dia dan dengan senang hati dia memelukku dengan erat sambil menelusup kan wajahnya dibelahan dadaku, sebenarnya aku sedikit risih, tapi nggak papa, toh dia juga masih anak kecil. Aku pun mengelus rambut anak kecil itu dengan sayang, sambil sesekali mengecup rambut kepala anak kecil itu dengan sayang.

2 Menit kemudian, tangis sudah tidak terdengar lagi dari mulut anak kecil itu, aku memberanikan diri melepas pelukan tiu dan melihat wajah anak kecil itu, sungguh sangat imut, dengan mata bulat, hidung mancung serta mulut kecil yang masih mengeluarkan suara sesenggukan membuat aku menjadi gemas sendiri, aku pun mencium pipi gembul dia.

"Sayang, nama kamu siapa?" tanyaku sambil mengusap pipi gembulnya.

"Nama adek unda ?" tanyanya dengan mata bulatnya menatapku. Aku pun menganggukkan kepala sambil tersenyum.

"Nama adek, ica unda, nama panjtang nya, Adelicia Glesa Glisham," ucapnya.

"Ica? nama yang sangat cantik seperti orangnya," ucapku tersenyum sambil membenahi tali pita rambutnya yang mulai berantakan akibat kejadian tangis tangisan tadi, kemudian aku pun mendudukkan diriku ditempat kursi yang aku tempati lagi kemudian aku dudukkan dia di pangkuanku. Dia duduk dipangkuanku sambil menghadapku membuatku ingin menggigit pipi gembul itu.

"Umur kamu berapa hmm?" tanyaku kepadanya.

"Umul adek, tidha tahun unda, umul unda berapa?" ucapnya sambil memandangku.

"Umur saya 21 tahun, emangnya kamu sama siap tadi kesini? kemana orang tua kamu?" aku masih penasaran dengan adanya dia dia

area ramai seperti ini, tidak mungkinkan seorang anak kecil berumur 3 tahun dibebaskan begitu saja oleh orang tuanya, terlebih taman ini berdekatan dengan jalan raya. Bisa saja anak ini terkena bahaya yang tidak diinginkan.

"Adek tadhi, shama ayah, thapi tadi ayah bilang pengen kekamal mandi, tlus adek tadi lihat unda, langcung ajha adek lari keunda, adek kangen shama unda," ucapnya manja dan menelusupkan lagi wajahnya di belahan dadaku.

"Owhh gitu.. yaudah kita jemput ayah kamu yah? pasti ayah kamu cariin kamu," ajakku sambil menggendong tubuh gembulnya, walaupun terasa berat tapi tidak apa apa, dia memang sangat menyukai anak kecil, terlebih lagi anak kecil seperti Cia yang sangat menggemaskan.

"Ayo unda," uvapnya bersemangat.

"Tapi unda, sebelhum tjemput ayah, adek bholeh ndak beli es klim dulu? disitu tuh unda," ucapnya sambil menunjuk tukang es klim yang dikerumuni oleh pembelinya.

Aku pun tersenyum dengan keinginan anak kecil ini, wajar saja jika anak kecil menyukai hal hal yang berbau manis seperti es krim itu, tapi takutnya nanti orang tuanya melarang dan bisa saja berakibat fatal.

"Emm gini aja sayang, gimana kalau kita jemput ayah dulu, nanti kalau sudah selesai jemput ayah, kita beli bareng bareng sama ayah, gimana?" tawarku, kulihat wajahnya menjadi murung membuatku menyesal berkata seperti itu, huh okeh turuti saja! ucapku dalam hati.

"Okeh okeh sayang, jangan sedih, nanti adek jadi nggak cantik loh, ayooo kita beli es krim," ajakku membuat wajahnya yang murung menjadi sumringah.

Aku pun mengantri dengan tangan mungilnya yang menggandeng tanganku, aku menurunkannya karena dia cukup berat untuk digendong dengan jangka waktu yang cukup lama, daripada pinggangku encok dan berakhir izin ditempat kerja. Mending aku turunin aja.

Sekarang waktunya aku dan Ica membeli aneka es krim itu.

"Kamu mau rasa apa sayang?," tanya sambil melihat lihat macam macam es krim yang berada disana.

"Lhasa tcoklat unda," ucapnya sambil menunjuk apa yang dia inginkan, kemudian aku pun membayar es krim itu dan kembali ketempat. duduk yang tadi, untung saja belum ditempati orang.

Dia pun dnegan lahap memasukkan es krim itu mulutnya, membuat dia menjadi comot semua, aku yang melihatnya pun terkekeh dengan gaya makan anak ini.

Setelah selesai memakan es krim, aku pun mengelap sisa es krim yang ada di area mulut dan tangan gadis itu.

"Sudah selesai, ayook kita cari ayah," ajakku, belum sampai kita berdiri, kita dikejutkan dengan keberadaan sosok pria tampan dan gagah dengan wajah yang sungguh sangat sempurna membuat ku melongo.

"Adekk ayo pulang!"

Chapitre suivant