"Mau ikut pulang ikut denganku?"
***
Saat mengetahui siapa yang membunyikan klakson tanpa henti sampai membuatnya merasa kesal itu adalah Bian, Aretha pun lebih memilih untuk kembali melangkahkan kakinya daripada harus meladeninya.
"Lebih baik kamu ikut saya saja, daripada kamu harus nungguin taxi yang mungkin tidak akan ada yang lewat," ucap Bian yang masih mengikuti Aretha dari belakang.
"Kalau begitu, saya akan lebih memilih untuk berjalan kaki daripada harus ikut bersama anda," balas Aretha yang masih melangkahkan kakinya tanpa menghiraukan Bian.
"Yakin tidak mau ikut dengan saya?" ucap Bian yang sama sekali tidak dipedulikan oleh Aretha.
"Karena kamu tidak menjawab pertanyaan saya, itu berarti kamu menolak untuk ikut bersama saya," tambah Bian yang sekarang mobilnya sudah berada di samping Aretha.
"Aku hanya ingin mengingatkanmu saja, kalau di jalan ini tempatnya rawan loh! Banyak perampok berkeliaran." Bian menakut-nakuti Aretha dan dia pun melajukan mobilnya meninggalkan Aretha.
"Dasar laki-laki sialan! Dia pikir aku akan takut dengan apa yang dia katakan tadi, huh!" gerutu Aretha dengan perasaan kesal.
"Taxinya juga mana sih! Tidak mungkin kan kalau mereka semua sengaja bersembunyi dariku," ucap Aretha yang mulai kesal karena tak kunjung mendapatkan taxi.
"Ya Allah sudah magrib, sepertinya aku harus cari mushola atau masjid di dekat sini untuk menunaikan sholat magrib terlebih dahul."
Aretha pun melihat ke sekelilingnya untuk mencari mushola atau pun masjid.
"Nah! Itu masjidnya," ucap Aretha dengan mata berbinar saat melihat sebuah masjid yang tidak jauh dari tempatnya berdiri.
Tanpa membuang-buang waktu lagi, Aretha pun segera berjalan menuju masjid, tentu saja dengan menyebrang terlebih dahulu.
"Lah! Itu cewek mau kemana pakai acara menyebrang segala," ucap Bian saat melihat Aretha yang menyebrang.
Yah! Bian masih berada tidak jauh dari Aretha berdiri tadi.
"Dasar menyusahkan! Coba saja, dia bukan model yang dipilih oleh Raka, ogah banget aku mengikuti dia," ucap Bian seraya memutar balik mobilnya dan kembali mengikuti Aretha.
Bian terlihat mengerutkan keningnya, saat melihat Aretha yang masuk ke dalam sebuah masjid.
"Dia masuk ke dalam masjid? Untuk apa? Tidak mungkin kan kalau dia akan menunggu taxi di dalam masjid itu," ucap Bian yang terlihat bertanya-tanya.
"Ah, sudahlah! Terserah dia mau melakukan apa di dalam masjid dan lebih baik aku mengawasinya dari sini saja."
Bian pun segera memakirkan mobilnya di depan masjid itu.
Sementara itu, setelah masuk ke dalam masjid, Aretha pun bergegas untuk mengambil air wudhu karena takut waktu magrib akan habis.
***
Alfandy terlihat semakin khawatir karena sampai waktu magrib akan habis, sang putri belum juga menampakkan batang hidungnya.
"Mang bagaimana ini, Arethanya belum juga pulang, apa terjadi sesuatu di jalan ya?" ucap Alfandy yang terlihat khawatir.
"Kita tunggu sebentar lagi ya Pak? Mungkin sebentar lagi Non Arethanya pulang," ucap Mang Mamat seraya menatap Alfandy yang terlihat khawatir.
Karena tidak punya pilihan lain, Alfandy pun mengangguk mengiyakan ucapan mang Mamat.
Mang Mamat menghela nafas lega saat Alfandy mengangguk setuju dengan apa yang dikatakannya.
***
Dan sementara itu, setelah menunaikan sholat magrib, Aretha pun berjalan keluar dari masjid untuk kembali mencari taxi.
"Hhhh, apa di sekitaran sini enggak ada taxi yang lewat atau ojol gitu? Mana mendung lagi," dengus Aretha.
"Pak Raka sih! Pakai acara minta diteminin menemui si Bian yang menyebalkan itu, jadinya kan aku susah pulangnya," kesal Aretha.
Dan beberapa menit kemudian, hujan pun mulai turun membasahi kota Jakarta. Terlihat Aretha akan kembali berlari menuju ke dalam masjid.
Saat Bian tahu apa yang akan dilakukan oleh Aretha pun mendengus kesal dan segera keluar dari mobilnya untuk mencegah Aretha supaya tidak kembali masuk ke dalam masjid.
Dengan tidak sabarannya, Bian menarik tangan Aretha dan memaksanya untuk masuk ke dalam mobilnya.
Sedangkan Aretha yang tangannya ditarik oleh Bian pun terlihat terkesiap dengan apa yang dilakukan oleh rekan kerja atasannya itu kepadanya.
Aretha berusaha melepaskan genggaman tangan Bian, tapi itu sia-sia saja karena genggaman Bian terlalu kuat yang membuatnya menghela nafas pasrah.
"Pak Bian apa-apaan sih! Main tarik-tarik tangan orang saja," kesal Aretha saat mereka sudah berada di dalam mobil.
"Maksud pak Bian apa? Memaksa saya untuk masuk ke dalam mobil anda," ucap Aretha yang masih terlihat kesal.
"Berisik! Lihat, gara-gara kamu, pakaian saya jadi ikutan basah. Dan kamu mau apa sih masuk ke dalam masjid," ucap Bian yang juga tengah menatap Aretha dengan tatapan kesal.
"Yang minta pak Bian untuk membawa saya ke dalam mobil bapak itu siapa? Kenapa saya masuk ke dalam masjid? Tentu saja untuk sholatlah, atau jangan-jangan pak Bian tidak tahu fungsi masjid untuk apa?" Aretha menatap Bian dengan tatapan mengejek.
"Saya juga terpaksa membawa kamu ke dalam mobil saya, karena semata-mata kamu akan menjadi model produk kerjasama saya dengan Raka. Dan kalau terjadi apa-apa denganmu di jalan, itu sama saja akan membuat saya dan Raka repot. Kamu pasti mengerti dengan apa yang aku maksud!" ucap Bian seraya menatap Aretha dengan tatapan sinis.
"Dan apa tadi? Kamu mengatakan kalau saya tidak tahu fungsi masjid untuk apa?" tambah menatap Aretha dengan tatapan sinis
Wajah Aretha berubah menjadi merah padam saat mendengar apa yang dikatakan Bian kepadanya.
"Kalau begitu, berhenti mengikuti saya! Karena saya bisa menjaga diri saya sendiri," ucap Aretha yang menatap Bian dengan tatapan tajam, dan ia pun terlihat akan membuka pintu mobil.
"Kamu tidak akan kemana-mana!" ucap Bian seraya memasangkan sabuk pengaman pada Aretha.
"Dan yang perlu kamu ingat adalah saya paling benci dibantah, apalagi oleh seorang seperti kamu," bisik Bian yang membalas tatapan tajam Aretha dari jarak yang begitu dekat.
"Sekarang lebih baik kamu diam dan jangan protes kalau kamu masih mau menjadi model produk saya, karena bisa saja saya meminta Raka untuk menggantimu," ucap Bian yang mengancam Aretha dan membuatnya tidak bisa berkutik.
Melihat Aretha yang tidak lagi protes, Bian pun segera melajukan mobilnya meninggalkan area masjid.
***
"Lebih baik kita telpon non Aretha saja ya pak? Bapak ingat nomor telponnya kan?" ucap Mang Mamat pada Alfandy.
"Iya mang, saya ingat nomor telephone Aretha! Dan lebih baik begitu, apalagi sekarang tengah hujan," balas Alfandy.
Mendengar jawaban yang diberikan oleh Alfandy kepadanya, mang Mamat pun dengan segera mengeluarkan handphonenya dari saku celananya.
Setelah mengeluarkan handphonenya, mang Mamat pun meminta Alfandy untuk menyebutkan nomor telephone Aretha.
Dan pada saat sambungan telephonenya di angkat oleh Aretha, mang Mamat pun segera memberikan handphonenya pada Alfandy.
"Assalamualaikum Tha! Ini Ayah, kenapa kamu belum pulang juga? Apalagi sekarang hujan, ayah takut kamu kenapa kenapa dijalan," ucap Alfandy setelah Aretha mengangkat sambungan telephonenya.
"Oh begitu, ayah jadi lega mendengarnya. Kamu jaga diri baik baik ya sayang! Assalamualaikum," balas Alfandy seraya memutuskan sambungan telephonenya.
"Bagaimana pak? Apa yang dikatakan oleh non Aretha," tanya mang Mamat pada Alfandy.
"Aretha bilang kalau dia akan menginap di rumah temannya."
TO BE CONTINUE.
Happy reading readers. jangan lupa vote, collection, kritik dan sarannya. jangan lupa juga follow ig author ya @idaflicka untuk melihat spoiler-spoilernya. Semoga kalian suka yah.