webnovel

Awal mula akhir

Taggal 2 Februari tahun 2100

"Maksud lo apa hahh??!!"

"Elu yang maksudnya apa?!?"

"Lo ngajakin ribut??!!"

"Oke!! Siapa takut!! Maju sini lu!!!"

Buk gluk glak...

Pukulan demi pukulan melayang, tak ada yang melihat mereka di gang kecil antara 2 bangunan tinggi itu, tak ada yang melerai mereka...

Sementara itu di waktu yang hampir bersamaan

"Kasihan paa..kasihan Bu... Saya belum makan 3 hari. "

Tak ada seorangpun yang menolongnya, bahkan melihatnya pun tidak, semua hanya fokus dengan Smartphone mereka... tak ada seorangpun yang peduli.

Pukul 11:59

"Kiri, kiri bro kiri! "

"Itu musuh ada di depan!"

"Awas awas awas!"

"Cih sialan!!! kalah lagi!!"

"Huh.., bro kalo gak salah malam ini ada meteor jatuh ya?"

"Iya bro, sekitar jam 1 malam, skuylah kita keluar."

Mereka berdua keluar untuk melihat meteor itu, langit sangat indah malam ini, tak ada awan sedikit pun, bintang-bintang bertaburan dimana-mana.

Amerika serikat :NASA

"There is something strange about this meteor? What happened?"

"Ada yang aneh dengan meteor ini? Apa yang terjadi?"

Meteor itu bernama CH412L017T, dia dikabarkan akan melewati bumi sekitar jam 01:00 WIT. Meteor terbesar yang pernah ada dalam sejarah, saat itu.. meteor tersebut menabrak sesuatu yang tak dikenal dan akhirnya hancur menjadi banyak bagian dan menyebar kemana-mana, salah satu pecahan terbesarnya akhirnya menabrak bulan, bulan mulai keluar dari orbitnya dan mulai memasuki gravitasi bumi, tak hanya itu beberapa pecahan meteor itu juga masuk dalam gravitasi bumi.

Kejadian itu membuat semua orang panik, kejadiannya sangat cepat, orang-orang kebingungan apa yang harus mereka lakukan, tembakan laser terus ditembakan pada bulan yang terus mendekati bumi, tapi itu tak cukup.

Meteor pertama jatuh kebumi, kira-kira berada di wilayah Eropa, lalu hujan meteor pun tak bisa di hindari, hampir semua daratan bumi terkena dampaknya, lalu yang terakhir..bulan akhirnya menabrak bumi. Suara jatuhnya pun akhirnya menewaskan orang yang dapat mendengar... Teknologi tak dapat bekerja lagi, semuanya kecuali manusia kembali menjadi awal.

Malam itu umat manusia hampir musnah.

Seseorang baru saja bangun, namanya adalah Rendy, tadi malam dia tidur di rumahnya, beruntungnya rumahnya tak terkena efek apapun, karena rumah anti gempa rumahnya tak merasakan getaran apapun, Rendy sangat beruntung karena meteor itu tak mengenai rumahnya.

Dia memulai hari seperti biasanya, bangun dari tempat tidurnya dan melepas handset-nya, memulai sedikit senam, dan berjalan ke luar rumah untuk lari pagi.

Dia membuka pintu dan akhirnya melihat kenyataan.

Api dimana-mana

"A..a..apa yang terjadi?"

Rendy langsung berlari kembali ke rumahnya lalu masuk ke kamar kedua orang tuanya, di tempat tidur itu, tubuh ibunya masih berbaring, tak bergerak, kedua tangannya seolah sedang menutup kedua telinganya, Rendy sedikit mendekat dan memeriksanya, kedua mata ibunya mengeluarkan darah, telapak tangan dan juga telinganya nampak darah yang sudah mulai mengering, Rendy masih belum menerima kenyataan, dia memeluk jasad ibunya dengan sangat keras, dia sudah siap untuk mati terbakar bersama jasad ibunya. Tapi, hujan mulai turun dan menghapus cahaya kemerahan dari luar.

Beberapa saat, Rendy akhirnya mulai tenang, dia mencoba untuk memahami apa yang terjadi, dia berjalan keruang tamu untuk memeriksa apa yang sebenarnya terjadi, saat itu dia sadar tentang meteor yang akan melewati bumi itu

Rendy berjalan keluar untuk memeriksa sekolahnya, mungkin aku akan menemukan seseorang yang tersisa, pikirnya. Dia terus berjalan melewati lautan mayat, beberapa dari mereka masih bernafas, sambil mengatakan "tolong", tapi Rendy bahkan tak sanggup melihat mereka, hampir semua mayat sudah kehilangan bagian tubuh mereka, mulai dari kehilangan tangan, kaki, kepala, tubuh sampai luka bakar yang hanya menyisakan tengkorak. Beberapa kali Rendy muntah ditengah jalan karena aroma yang sangat menusuk.

Sekolah mereka sudah tak berbentuk, dia juga sudah memeriksa kesana kemari untuk mencari seseorang yang masih hidup. Tak ada seorangpun. Disana, dia menemukan jasad ayahnya didalam mobil taksi, itu tak terlihat seperti taksi saat ini. Jari tangan ayahnya menusuk sangat keras ke kedua telinganya, bahkan tangan kanannya terputus, tetapi masih menempel disana

Perut Rendy mulai terasa lapar, terlepas dari putus asa nya, dia berharap ada makanan yang tersisa, dia berjalan direruntuhan sekolahnya, dan mencoba mengingat dimana kantin dulu, terlihat ada beberapa roti, beberapa lagi sudah terbakar, tetapi mungkin masih bisa dimakan. Rendy pun mengumpulkan nya dan duduk untuk memakannya.

"Jangan bergerak!"

Tiba-tiba suara itu terdengar, secara refleks Rendy langsung melihat kearah suara tersebut, dibelakangnya seseorang sedang menodongkan sebuah senapan, seolah penembak jitu yang ada di film-film, dia memakai masker hitam diwajahnya, sepertinya dia sudah siap menarik pelatuknya, Rendy tak dapat bicara karena sangat terkejut ada seseorang yang masih hidup.

Orang itu tiba-tiba menurunkan senjatanya.

"Rendy?"

Rendy sangat terkejut dan langsung duduk lemas setelah lepas dari maut

"Elu siapa?"

Kata Rendy yang sedikit gemetar.

"Ini gw, leo."

Kata orang itu sambil melepas maskernya.

"Leo?"

Leo adalah seorang gemer yang bersekolah di sekolah yang sama dengan Rendy, tetapi dia sangat jarang masuk sekolah, dia dipertahankan sekolah hanya karena ayahnya adalah investor terbesar di sekolah mereka.

Leo berjalan mendekat, dia mendesah untuk mengambil nafas, dengan senapan yang dia letakan di samping kaki kirinya, dengan jubah hitam yang dipakainya, dia terlihat seperti pemburu handal, lalu dia mengambil tas yang terikat di punggungnya dan mengeluarkan sekaleng air, nasi dan ikan yang sudah matang.

"Hei, lu dapet dari mana?"

Kata Rendy yang terkejut sambil melihat ke arah senapan yang tadi dibawa Leo

"Apanya?"

"Senapan itu."

"Tentu saja dari rumah lu. "

"Terus minuman itu?"

"Dirumah lu."

"Nasi itu?"

"Tentu saja dirumah lu, hei dengar, disekitar sini, gak ada satu rumah pun yang masih utuh kecuali rumah lu"

"Jadi dari tadi lu ngikutin gw?"

"Yoi, karena hanya rumah lu yang masih utuh, gw penasaran dan masuk sekalian buat berlindung dari api, lalu mendengar tangisan, gw memeriksanya, ternyata masih ada yang hidup selain gw, seandainya lu bukan orang yang gw kenal gw bakal benar-benar ngebunuh lu tadi."

Mungkin ini bukan saat yang tepat untuk menanyakan bagaimana dia masih hidup atau memintanya menjelaskan lebih rinci apa yang sudah terjadi, pikir Rendy.

Mereka berdua akhirnya makan, Rendy bahkan tak berani untuk meminta milik Leo.

"T..tooo..loo..Ng...."

Suara itu terdengar beberapa kali, Rendy bergegas mencari asal suara itu, dan akhirnya menemukan seseorang, seorang gadis, mungkin dia juga adalah siswi dari SMA mereka juga

"Hei lihat, masih ada yang hidup."

Leo bergegas menghampiri Rendy sambil kembali membawa senapannya.

Gadis itu sedang di ujung maut, dia berbaring ditanah, kedua telinganya di penuhi darah, kedua kakinya sudah hancur karena dijatuhi meteor

"Oke, gw bakal nolong lu."

Kata Leo yang mengarahkan senapannya kearah gadis itu

"Hei maksud lu apa?"

"Gw bakal ngehentiin penderitaannya."

Dorrr...

Rendy sedikit memalingkan badannya karena tak sanggup melihat, tatapi pandangan Leo tak goyah sedikitpun setelah membunuh orang, ini membuat Rendy benar-benar takut dengannya. Dia bahkan tak berekspresi sedikitpun.

"Hei, dirumah lu kira-kira ada persediaan makanan buat tiga atau empat hari, gw bakal ambil."

"Emangnya lu mau apa?'

"Lu gak liat disekeliling lu? Kita sedang ada di gurun mayat! Apa lu gak masalah dengan itu? Beberapa hari lagi mereka bakal ngebusuk, disini sudah gak bisa ditinggalin lagi."

"Terus gw gimana?"

"Itu sih terserah lu, jika Lu pengen mati kelaparan dan membusuk bersama mayat-mayat ini silahkan saja, tapi jika lu pengen tetap hidup, ikutlah dengan gw."

Chapitre suivant