webnovel

Usulan Nata

Namaku adalah Arga. Aku adalah pria yang biasa saja sehingga rasanya tidak ada hal menarik yang bisa diceritakan. Selama lima belas tahun hidup, aku hanya seorang siswa Sekolah Menengah Atas yang membosankan.

Aku merendahkan diri sendiri? Tidak! Aku mengatakan yang sebenarnya.

Di sekolah, aku mendapatkan nilai rata-rata. Tidak ada bidang yang benar-benar dikuasai untuk membuatku menonjol. Setelah pulang sekolah, aku harus membersihkan rumah hingga serapi-rapinya. Kemudian aku berkerja sebagai penjaga toko sementara ibu berkerja di kantor. Sambil menjaga toko, aku menghabiskan waktu bermain ponsel atau belajar.

Tidak ada teman yang benar-benar dekat karena tidak pandai dalam bersosialisasi. Satu-satunya yang dekat denganku adalah Nata, sepupu sekaligus teman sekelas.

Nata: [Kak Dirga, besok jangan lupa jemput sampe telat, yah. Nata mau piket! Kak Dirga harus tidur sekarang]

Kami memang biasa pergi ke sekolah bersama dengan aku yang selalu menjemputnya.

Ngomong-ngomong, Nata memanggilku Kak. Aku sudah memberitahunya untuk memanggil Nata saja karena umur kami hanya terpaut beberapa bulan, tetapi Nata kekeh memanggil Kak. Jadi, aku biarkan.

Aku mengetikkan balasan.

Arga: [Ya, Nata juga]

Hanya begitu kemudian aku menaruh HP di samping bantal. Aku menarik selimut hingga sampai ke leher.

Hari-hari yang biasa akan dimulai lagi besok lagi. Semuanya terus seperti itu, tanpa perkembangan, tapi karena ada Nata, kurasa itu tidak masalah.

***

"Woah, kenapa anime-anime terbaru kebanyakkan tentang isekai-isekai? Lama-lama Nata bosan." Nata mengerucutkan bibir dan menaruh ponselnya dengan wajah kesal. Melihatnya begitu, Nata terlihat lucu. Rasanya aku ingin menarik bibirnya sampai melar, tapi aku akan menahan diri.

Kami sekarang ada di ruang perpustakaan saat jam istirahat. Di zaman sekarang, hanya sedikit murid yang berkunjung ke perpustakaan. Karena itu untuk orang yang tidak pandai bersosialisasi sepertiku, tempat ini adalah yang ternyaman.

Aku langsung ke sini bersama Nata sambil membawa bekal. Kami memang jarang pergi ke kantin. Selain tempatnya yang ramai dan sesak, aku berusaha mengiritkan uang. Sebenarnya itu tidak boleh. Tapi Nata bersikeras lebih bagus membawanya dan makan sambil menonton adalah suasana terbaik. Mungkin kami akan dimarahi kalau ketahuan, tapi aku lebih tidak bisa menolak permintaan Nata.

Kami juga bukan orang rajin yang berkunjung ke perpustakaan untuk membaca buku-buku. Sebaliknya, kami menjadikan tempat ini sebagai tempat untuk menonton.

Nata adalah Wibu. Meskipun dia tak suka setiap kali aku memanggilnya wibu, aku akan terus memanggilnya begitu.

"Nata bukan wibu!" Itu yang dikatakannya. Sangat lucu setiap kali dia kesal, tapi aku senang. Mungkin hanya pada dia aku bisa bercanda.

Dia juga menularkan virus Wibu beberapa bulan yang lalu. Membuatku menghabiskan masa-masa liburan lebih banyak menonton anime.

Dan sekarang kami sedang menonton anime.

Nata mengeluh akhir-akhir ini adaptasi anime terbaru kebanyakkan tentang si tokoh utama pergi ke dunia lain. Entah itu melalui reinkarnasi atau dikirim secara langsung.

Tapi aku tahu sebenarnya bukan tentang itu yang dipermasalahkannya.

"Lagian, kenapa semua MC-nya gak ada yang setia? Lebih anehnya lagi kenapa yang cewek mau-mau aja dipoligami."

Nah, kuyakin itulah genre yang paling tidak Nata sukai. Biasanya anime-anime tentang isekai selalu ditambahi genre harem.

Asalkan alurnya bagus, tidak masalah. Tapi itu menurut pandanganku. Bagi Nata, si tokoh utama yang suka dikelilingi banyak cewek cantik sangat mengganggu.

"Buat Kak Arga juga jangan sampai karena kebanyakkan nonton yang ada harem-haremnya, Kak Arga jadi pengen bikin harem juga. Kalau Kak Arga begitu, Nata bakal pukulin sampe Kak Arga masuk rumah sakit!"

Ancaman lumayan menggelikan dari gadis kecil yang selalu dikelilingi orang-orang menyayanginya.

"Iya, iya, buat sosialisasi saja susah, bagaimana mau buat harem?"

"Bagus! Kak Arga ganteng dan pasti bisa kalau mau, tapi Nata enggak suka. Jadi, janji, oke?"

Nata berhasil membuatku terkekeh.

Sebenarnya tidak perlu mengatakannya. Aku sama sekali tidak berpikir untuk membuatku dikelilingi banyak gadis. Alasan terpentingnya adalah karena aku sudah lebih dulu jatuh cinta pada Nata.

Dia tak sadar, tapi aku sudah merasakannya sejak lama. Mungkin ini hanya sekadar cinta monyet yang biasa dibilang orang-orang. Biasanya terjadi pada mereka-mereka yang baru mengenal cinta.

Aku tidak tahu. Karena aku terus memendamnya, entah sampai kapan perasaan ini terus bertahan.

"Terus udahan nontonnya?"

"Ya, Nata mau main game aja. Kak Arga?"

"Aku mau ngabisin bekal sebentar."

Aku tidak begitu hobi bermain game. Selain itu, kondisi ponselku juga tidak mendukung untuk memasukkan banyak game-game populer. Nata juga sama, tapi dia menyisakan satu game itu di ponselnya. Itu hanya game anak-anak.

"Hei, pernah dengar atau baca tentang Lucid Dream enggak?"

Nata masih sibuk dengan ponselnya dan aku dengan makanan, tapi kami terus berusaha mengobrol agar tak sepi-sepi amat.

"Enggak pernah. Apa itu?

Nata menaruh ponselnya. Sekarang matanya itu tampak bersemangat. Aku bisa menebak kalau sebentar lagi dia akan menular virus baru seperti biasanya.

"Nih, yah. Katanya itu tuh kita mimpi, tapi bisa ngelakuin apa saja yang kita mau karena kita sadar lagi mimpi. Seru enggak sih? Nata enggak tahu benar apa kagak tapi keknya udah banyak orang yang ngelakuinnya.  Gimana kalau kita belajar juga? Siapa tahu berasa kek di anime isekai-isekai itu."

Menurut penjelasan Nata, Lucid dream adalah keadaan di mana seseorang menyadari dirinya sedang bermimpi dan ia bisa mengendalikan apa yang terjadi dalam mimpinya.

Fenomena ini ditandai dengan kesadaran pelaku lucid dream bahwa saat itu ia memang sedang bermimpi, bukannya berada di dunia nyata. Kemudian, tak seperti mimpi pada umumnya, ia punya kendali terhadap apa yang terjadi dalam mimpi tersebut.

Misalnya di dalam mimpi, sang pelaku melihat ada sebuah rumah di seberang sungai. Ia tidak tahu apa atau siapa yang ada di dalam rumah tersebut, maka secara sadar ia menggerakkan diri untuk menyeberangi sungai dan mendekati rumah tersebut, persis seperti di dunia nyata.

Sebenarnya setiap orang memiliki kemampuan untuk menyadari sedang bermimpi, tetapi tergantung seberapa cepat menyadari hal ini dan kemudian bisa mengontrolnya. Setidaknya setiap orang akan mengalami lucid dream satu kali seumur hidupnya secara tidak disengaja.

Tujuan orang-orang melakukan lucid dream adalah untuk menikmati kehidupan di dunia mimpi, di mana kita bisa mendapatkan berbagai pengalaman yang sangat menyenangkan.

Tujuan lain adalah untuk memenuhi keinginan yang tidak bisa tercapai di dunia nyata. Karena dalam lucid dream kita bisa mengontrol segala sesuatu di dalamnya, maka untuk mengatur berbagai hal yang ingin kita capai akan menjadi hal yang sederhana.

Manfaat lain dari lucid dream adalah untuk meningkatkan kemampuan dalam memecahkan masalah, mengatasi fobia dan trauma, meningkatkan kreativitas, dan menambah rasa percaya diri.

Ini benar-benar menarik! Tidak, Nata selalu membawa hal-hal menarik dan mengajariku banyak bersenang-senang.

Aku tidak bisa menolaknya. Aku akan mencari tahu sendiri nanti dan mempelajarinya.

"Itu benar-benar menarik!"

"Benar, 'kan? Malam ini kita coba terus lihat siapa yang duluan berhasil."

Aku mengangguk.

Saat itu jam istirahat berakhir. Meninggalkan perpustakaan, aku sekarang memiliki tujuan baru yaitu mempelajari Lucid Dream. Aku tidak tahu apakah aku berhasil dalam waktu yang singkat atau perlu latihan berbulan, tapi aku akan tetap mencobanya.

Jika berhasil, aku penasaran kira-kira apa yang akan kulakukan? Hmm ... aku masih belum tahu. Yang terpenting adalah berhasil atau tidaknya.

*

TBC

Chapitre suivant