webnovel

Titik Kehancuran Lirna

Titik Kehancuran Lirna

Ketika bertamu ke Apartemen sang kekasih, Lirna bahagia dan mengelus perutnya yang membuncit. Lirna percaya diri mengenakan kebaya pengantin karena inilah hari pernikahannya dengan sang kekasih, Reyhan. Walaupun Lirna dan Reyhan melakukan kesalahan dan melakukan hubungan suami istri di luar pernikahan, namun Lirna bahagia Reyhan bersedia bertanggung jawab menikahi Lirna. Lirna tak sabar mengajak Reyhan ke rumahnya melangsungkan akad nikah, dia berdiri di depan pintu Apartemen Reyhan.

Lirna segera membuka pintu Apartemen Reyhan karena dia memiliki password Apartemen Reyhan. Lirna yakin Reyhan pasti masih tertidur pulas karena sifat sang kekasih memanglah seperti itu, tak mengambil pusing acara yang berlangsung. Lirna terlanjur mencintai Reyhan, tak masalah seberapa keburukan Reyhan. Yang terpenting cinta dan perhatian Reyhan hanya untuknya. Lirna ingin menjadi istri Reyhan dan menjadi Nyonya di keluarga Reyhan.

Lirna pun membuka kamar Reyhan, dia membelalakkan mata melihat adegan bergairah Reyhan bersama seorang wanita sexi. Raut kebahagiaan di wajah Lirna seketika menghilang, berubah memucat dengan kedua mata yang berkaca-kaca.

"Reyhan...!" pekik Lirna penuh amarah.

Lirna tak menyangka Reyhan dan wanita itu masih menikmati desahan penuh gairah diatas tempat tidur yang empuk. Bahkan Reyhan tak peduli dengan langkah kaki Lirna yang menghampirinya. Sampai akhirnya, Lirna menarik paksa tangan wanita itu menjauh dari Reyhan. Tanpa perasaan, Lirna mendaratkan tamparannya berkali-kali pada wanita yang tak mengenakan pakaian sehelai pun.

Reyhan murka dengan perlakuan Lirna, dia segera mengenakan kimono andalannya. Lalu, menutupi tubuh sang wanitanya dengan selimut tebal. Kini, giliran Reyhan yang menampar Lirna karena merasa privasinya sudah diganggu.

"Rey, kenapa kamu malah nampar aku?! Harusnya kamu tampar wanita penggoda ini." Lirna memegang pipi kanannya yang memerah, kemudian menoleh menatap garang wanita di sampingnya.

"Lirna! Apa kamu nggak pernah diajari sopan santun oleh orang tuamu? Kamu belum menjadi istriku, tapi sudah keluar masuk ke Apartemenku tanpa izin," tukas Reyhan tak terima Lirna menyalahkan sang kekasih gelapnya.

Emosi Lirna meluap ke ubun-ubun. Mulutnya mengatup tak mampu melontarkan ucapan pembelaan diri, bagaimana mungkin Reyhan melakukan hubungan terlarang bersama wanita lain di hari pernikahannya. Seharusnya Reyhan mengenakan jas pengantin dan membawa rombongan ke rumah Lirna, namun dia melakukan hubungan terlarang kembali bersama wanita lain.

Wanita itu – Putri – memasang wajah rapuh seolah menjadi korban Reyhan. Putri memegang lengan Lirna seolah membela diri, namun Lirna menepis tangan Putri kasar.

"Seharusnya kamu tahu Reyhan akan menikah, tapi kenapa kamu melakukannya dengan Reyhan?! Apa kamu tidak mengenyam pendidikan hingga melakukan hal serendah ini?!" Lirna berkata dengan nada bergetar menatap Putri, dia tak menyangka menyaksikan hal memalukan di hari pernikahannya.

"Lirna, Kamu nggak berhak menghakimi Putri karena dia sahabat terbaik sekaligus wanita yang aku cintai. Putri nggak bersalah, lebih baik Kamu keluar dari kamarku dan pulang."

Lirna tak percaya Reyhan malah mengusirnya, padahal kedatangannya ke Apartemen Reyhan untuk menjemput Reyhan dan melangsungkan akad nikah. Namun, Reyhan seolah lupa dengan semua perjanjian dan janji manisnya.

"Rey, hari ini kita menikah. Seharusnya kamu membawa keluargamu ke rumahku melangsungkan akad nikah, tapi kamu malah berbuat hal bejad," ucap Lirna penuh amarah.

"Cukup! Jangan pernah kamu bilang hal ini bejad, toh kamu merasakannya. Kamu nggak bisa menolaknya sampai kamu bersedia hamil."

Tangan Lirna mengepal mendengar ucapan Reyhan yang menyudutkannya saat hubungan terlarang itu. Apa Reyhan tak menyadari penyesalan Lirna setelah melakukan hal terlarang dan menyebabkan dirinya hamil? Apa Reyhan tak bisa melihat ketegaran Lirna saat mendapat cacian dan hinaan dari masyarakat dan rekan kerjanya?

"Kamu memang iblis! Kamu gunakan ketampananmu untuk memperdaya wanita, setelah itu kamu campakkan dia bersama buah cintamu," rutuk Lirna menitikkan air mata.

Reyhan tersenyum kecut. "Nggak usah sok alim. Nyatanya kamu juga wanita hina karena menikmati permintaan laki-laki iblis, sekarang kamu tanggung akibat nafsu birahimu yang nggak bisa kamu kendalikan."

Lirna kehabisan kesabaran, dia langsung menonjok wajah Reyhan tanpa ampun. Kemudian, Lirna mendorong tubuh kekar Reyhan. Sayangnya dorongan Lirna tak membuat tubuh Reyhan bergerak karena Reyhan terlalu kuat.

"Kamu berencana membunuhku? Silahkan. Maka, penderitaanmu bertambah berkali lipat. Kamu akan menjalani kehamilan dan melahirkan di penjara, anakmu akan membencimu karena memiliki ibu seorang narapidana pembunuhan."

"Kamu jahat! Aku nggak akan melupakan penghinaan ini Rey. Kamu akan menyesal telah melanggar tanggung jawabmu, lihat saja nanti. Kamu nggak berhak atas anak yang kukandung," ucap Lirna mengancam Reyhan.

Reyhan malah terbahak, suaranya tampak menyeramkan membuat buluk kuduk Lirna berdiri. Sungguh, Lirna tak menyangka inilah sifat asli laki-laki yang selama ini dipuja dan dicintai. Reyhan adalah laki-laki biadab yang dengan mudahnya melakukan hubungan suami istri terhadap banyak wanita.

"Kamu gila," ucap Lirna emosi.

"Ya! Aku memang tergila-gila dengan para wanita. Selama ini aku bebas melakukannya dan wanita itu menerimanya dengan senang, tapi kamu malah menghukumku dengan sebuah pernikahan. Tentu aku nggak sudi, aku nggak bisa hidup dalam bahtera rumah tangga."

"Ingat Rey! Aku nggak akan pernah maafin kamu. Kamu nggak akan bertemu dengan anak kita, dia tidak memiliki ayah," ancam Lirna dengan suara parau, lalu berlalu.

"Silahkan pergi sejauh mungkin. Bila perlu kalian pergi ke surga."

Lirna menghentikan langkahnya mendengar sumpah serapah Reyhan. Dia menghapus air matanya, namun hatinya tetap hancur berkeping-keping. Lirna berjalan gontai keluar dari Apartemen Reyhan, dia tak perduli penghuni Apartemen memperhatikan wajahnya yang sembab dengan make up yang berantakan. Samar-samar, Lirna mendengar bisikan penghuni Apartemen yang menganggapnya seperti orang gila

"Itu cewek habis kesambet setan apa sih? Udah tau pakai make up pengantin, malah nangis. Jadi kaya orang gila kan, area mata hitam gitu. Atau dia memang gila," seru seorang wanita berambut panjang pada temannya.

"Kayaknya dia gagal nikah deh. Atau, calon suaminya selingkuh mungkin," sahut teman wanitanya.

"Bisa jadi tuh. Kelihatannya dia juga lagi hamil kan, wah fix deh wanita nggak baik itu," timpal yang lainnya.

Lirna seolah ingin berteriak dan membela diri bahwa dia bukanlah wanita nakal. Namun, dia meredam amarahnya karena tak ada gunanya berdebat dengan orang yang tidak mengerti permasalahannya. Yang ada, Lirna bisa diusir security dan dianggap wanita tak baik. Lirna mengatur nafasnya, menguatkan dirinya melewati penghuni Apartemen yang menghinanya.

Lirna mempercepat langkahnya setelah keluar dari Apartemen Reyhan, dia masuk mobil dan memukul stir mobil berkali-kali. Lirna membiarkan tangisan nya pecah untuk mengurangi kerapuhan di hatinya, dia tak tahu harus mengatakan apa pada kedua orang tua dan tamu undangan yang sudah menunggu di rumah.

Lirna semakin larut dalam keterpurukannya, dia merobek kebaya pengantin sekuat tenaga. Dia tak menyangka hari bahagia yang dia idamkan berubah menjadi neraka kehidupannya di dunia.

"Kamu jahat Rey, kamu tega membiarkan calon anak kita tanpa seorang ayah. Aku nggak bisa merawat anak kita sendirian, aku nggak bisa," ucap Lirna frustasi.

Lirna mengenakan safety belt dan menyalakan stater mobil, dia mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Semua impian pernikahan sederhana namun sakral hanyalah angan belaka, detik ini juga Lirna mengutuk sebuah kesetian dan cinta. Lirna mulai tak percaya adanya anugerah cinta maupun kesetian.

"Cukup sekali aku dihina oleh laki-laki dan cinta. Aku nggak akan biarin hidupku hancur karena sosok laki-laki dan cintanya yang semu, lebih baik aku tidak menikah dibanding merasakan keindahan cinta yang semu."

Lirna akhirnya menutup dirinya untuk cinta dan seorang laki-laki. Dia tak ingin kembali disakiti dan merasakan pedihnya dikhianati, di sela mengemudinya dia memegang perutnya dan mengukir senyuman.

"Mama janji sayang, seluruh hidup dan kekuatan Mama hanya untukmu. Mama nggak akan biarin laki-laki nyakitin kita lagi, cuma kamu yang bisa memiliki hati Mama."

Lirna mengusap air matanya yang terus menetes, dia berusaha menetralkan pikirannya dengan menghembuskan napas panjang. Walaupun berat, Lirna berusaha menghilangkan bayangan Reyhan dan pikirannya. Tujuannya saat ini hanya pulang dan membatalkan pernikahannya dengan Reyhan.

***

Chapitre suivant