John dan Angela berbincang cukup lama, sebelum akhirnya pria itu memutuskan untuk mengakhiri sesi makan malam mereka.
John mengajak Angela untuk mampir ke apartemen pribadinya, pria itu berdalih menunjukan koleksi-koleksi musiknya yang menjadi topik pembicaraan mereka malam ini.
Angela sudah tahu apa maksud tersembunyi John, sudah pasti pria itu ingin menggaulinya.
Tidak ada pilihan lain selain mengikuti John untuk pulang, perintah Lucas adalah menancapkan flashdisk ke laptop kerja John dan membiarkan Ryan mengunduh data-datanya, sama seperti ketika Angela merayu Umut.
John langsung memerintahkan sopir pribadinya untuk pulang lebih dulu, menit berikutnya hanya menyisakan Angela dan John yang ada di dalam mobil itu. Pria itu tak henti-hentinya mengagumi Angela.
Angela sengaja menempatkan duduknya di sebelah John dengan menarik belahan gaunnya yang tinggi untuk mengekspos paha mulusnya, kemudian memiringkan kepalanya sedikit, ia menyampingkan seluruh rambutnya agar mata keranjang John bisa leluasa melihat leher jenjang dan paha seksinya.
Pria itu sekali lagi tertawa dengan menyeringai, ia sengaja memegang setir mobil dengan tangan kirinya, sementara ia meletakan tangan kanannya ke paha Angela.
"Aku tidak tahu bahwa malam ini nyata, Sofia." Kata John membuka pembicaraan mereka.
Angela menoleh pelan, senyuman tidak pernah memudar dari bibirnya.
"Kau terlalu nyata untuk kubawa pulang malam ini haha!" tawa John mencoba membuat lelucon.
Angela mencoba tertawa menanggapinya, meskipun dalam hatinya ia ingin mematahkan tangan mesum yang sedang meremas pahanya sekarang.
"Kau boleh membawaku pulang, tuan Roberts, aku adalah hadiahmu." Bisik Angela yang terdengar menggairahkan di telinga John.
"Oh, Sofia, aku ingin kau memanggil nama depanku, John, panggil aku seperti itu."
"Baiklah, John. Mengapa kau merasa malam ini tidak nyata?" tanya Angela tersenyum ke arah John.
John menggelengkan kepalanya, ia terus tersenyum dan sesekali menarik nafasnya saat melirik ke tubuh Angela.
"Kau adalah wanita yang jarang kutemui, Sofia. Kau tak hanya cantik, kau juga cerdas dan berpendidikan, kau bahkan bisa menanggapi topik kita malam ini." John tidak bisa menyembunyikan rasa senang dari nada suaranya. "Kau sangat sempurna, ah, apakah aku boleh memohon kepada Tuan Scorgia untuk menjadikanmu milikku?"
Angela mendekatkan wajahnya ke arah John, "kau bisa memilikku malam ini, John."
"Tapi, esok hari kau milik atasanku, itu adalah fakta yang tidak ingin kuterima."
"Lupakan saja untuk hari esok, fokuslah kepadaku." Kata Angela menggoda.
Dalam hati Angela saat ini, sudah mengutuk segala sifat murahannya dan juga kata-kata busuknya yang keluar dari mulutnya. Ia berpikir, jika pekerjaannya ini selesai, Angela akan pulang dan menggosok mulutnya yang kotor, ia juga akan mencuci mukanya yang telah terkena ciuman dari pria mesum itu.
Menjijikan! – pikir Angela.
"Baiklah, aku akan fokus kepadamu, cantik." Jawab John seraya meremas paha Angela pelan.
Mata cokelat John masih terus melirik ke arah Angela, ia juga melemparkan senyuman mesum meskipun tahu wanita itu memergokinya begitu. Bisikan sihir Angela benar-benar membuat John langsung jatuh dalam kontrolnya.
Menit berikutnya, mereka tiba di apartemen John. Tangan pria itu merangkul pinggang Angela saat mereka masuk ke dalam lift. John tak habis-habisnya merangsang pinggul Angela, meskipun di dalam lift saat ini mereka tidak sedamg sendiri. Pria itu kemudian mengecup pipi Angela saat mereka tiba di lantai tujuan mereka.
John mempersilahkan Angela masuk ke dalam apartemen mewahnya, ia kemudian membawa Angela ke ruang tengah, perapian telah dinyalakan malam itu.
"Inilah apartemenku," kata John dengan tersenyum.
"Aku tidak melihat adanya ikut campur wanita lain dalam dekorasinya." Kata Angela dengan mendekati John.
"Oh, Sofia, apa kau melihat cincin pada jariku sekarang?"
"Tidak." Angela mengarahkan kedua tangannya ke dada John.
"Itu tandanya aku lajang, cintaku. Aku sudah lama bercerai dengan istriku." John menangkup wajah Angela perlahan, di telitinya wajah cantik bak dewi yang tidak nyata itu.
"Bagus." Komentar Angela, yang langsung menghilang ketika John mencium bibirnya.
Ciuman singkat itu membuat Angela terkejut, John mengusap pipinya yang terlihat malu-malu. Pria itu masih tidak menyangka bisa menemukan sisi anggun, seksi, dan juga polos dari Angela.
"Ah, apa kau mau minum sesuatu?" tanya John, "aku harap kau tidak keberatan untuk minum anggur lagi setelah kita dari restoran."
"Tidak apa, aku menyukainya." Jawab Angela pelan.
"Tunggu di sini, aku ambilkan dulu." Kata John sembari berlalu.
Angela mengangguk pelan sembari tersenyum, matanya terus memperhatikan John yang berjalan cepat ke ruang penyimpanannya.
Semenit sejak John meninggalkannya, Angela kemudian melepas sepatu heelsnya. Menurut Ryan, ruang kerja John terletak di lantai dua apartemennya.
Perlahan-lahan ia mengendap-ngendap menuju ke lantai dua, berjalan melewati lorong sepi nan gelap. Lalu langkahnya terhenti saat menemukan sebuah ruangan yang kebetulan lampunya menyala. Angela mengintip ke ruangan itu, betul itu adalah ruang kerja John, setelah memastikan sekitar aman, Angela kemudian masuk ke dalam ruangan itu dan mulai menyalakan laptop John.
Proses booting laptop John terbilang lama, hal itu membuat dadanya berdebar-debar. Setelah menyala, Angela langsung menancapkan flash disk yang sedari tadi dipegang. Tidak perlu menunggu lama, Ryan langsung melakukan pekerjaannya. Seperti biasanya, butuh waktu sepuluh menit untuk Ryan bisa mengunduh seluruh data-data di laptop John.
"Sofia.. Sofia.." panggil John dari lantai satu.
Angela seketika panik, ia kemudian berjalan pelan keluar dari ruangan kerja John, mengendap-ngendap pelan menuju ke toilet yang ada di ujung ruangan. Ia mengintip ke arah John yang ternyata sedang menaiki tangga.
"Sofia.. Sofia.." panggil John lagi.
Dengan sigap, Angela kemudian memegangi rambutnya, membuka tutup toilet. Ia menunggu sampai John mendekat ke arahnya, setelah cukup dekat, Angela memulai aktingnya.
"Hoek! Hoek!"
Akting muntah karena mabuk adalah salah satu hal yang terlintas di pikiran Angela saat ini. Ia terlalu panik untuk mencari cara lain.
John berjalan cepat ke arah toilet dan membuka pintu, pria itu terkejut melihat Angela yang duduk lemas dengan kondisi berusaha untuk memuntahkan sesuatu.
"Sofia, apa kau baik-baik saja?" tanya John setengah khawatir.
"Ahh, maaf, John. Kurasa aku terlalu banyak minum anggur malam ini. Maaf membuatmu khawatir." Kata Angela dengan setengah lemas.
"Tidak apa-apa, sayang. Biar kubantu kau berjalan." Kata John dengan menggendong tubuh Angela.
John membawa Angela ke kamarnya yang terletak di sebelah ruang kerja, pria itu kemudian menidurkan wanita itu di ranjangnya, dan dengan penuh perhatian membawakan segelas air minum.
Angela duduk di ranjang sembari memegang pipi John, pria itu menatap mata zamrud dengan tatapan penuh rasa sayang. Angela berhasil membuat John menaruh perasaan kepadanya. Semuanya benar-benar dalam kendali.
Diliriknya jam yang ada di atas nakas sebelah ranjang, kurang delapan menit lagi sampai akhirnya Ryan selesai mengunduh semua data John. Ia tidak bisa bertingkah sok lemah, bisa saja mereka berpisah dan John datang ke ruang kerjanya.
Ayo berpikirlah, Angela, berpikirlah! – pikir Angela.
"John." Panggil Angela dengan menarik tangan John yang hendak pergi meninggalkannya.
"Hm?" pria itu berhasil duduk kembali ke ranjang.
"Apa kau tidak ingin membuka hadiahmu?" tanya Angela, terlihat kerlingan nakal dari mata hijaunya.
John tersenyum, ia kemudian mengusap wajahnya sebelum akhirnya menangkap wajah Angela. "Apa kau sanggup melayaniku?"
"Aku hadiahmu, apa kau ingat?"
"Aku akan membuat hadiahku terlihat sangat sempurna."
John kemudian berjalan ke arah almari yang ada di ujung kamar itu. Pria itu kemudian mengeluarkan sebuah gaun cantik mirip dengan gaun pengantin lengkap dengan tudung kepalanya. Ketika John sedang sibuk mencari-cari perhiasan pelengkap gaun itu, Angela menyeringai tidak paham dengan maksud pria paruh baya itu.
"Apa kau ingin aku memakai ini?" tanya Angela.
"Ya, itu adalah gaun mantan istriku, aku ingin kau memakainya sekarang." Kata John tersenyum, "aku akan mencari perhiasannya dulu, kau bisa ganti di sini."
Angela mengambil gaun itu dengan perasaan was-was, "baiklah."
Semenit berikutnya John kembali dengan membawa sebuah kotak yang berisikan perhiasan mutiara berwarna putih.
"Kau sudah memakai gaun itu?" mata John terus tertuju pada Angela.
John tertegun saat melihat Angela yang telah berdiri di tengah kamar dengan memakai gaun pernikahan – yang sebenarnya tidak bisa di kategorikan sebagai gaun pernikahan sih. Itu lebih mirip seperti gaun satin berwarna putih dengan belahan kaki yang tinggi ditambah dengan tudung putih.
"Kau tahu, Sofia?"
"Hm?"
"Aku baru saja berpikir, sepertinya kau tidak perlu mengenakan perhiasan apapun," John mulai menyeringai mesum menatap Angela.
Tiba-tiba saja, perasaan Angela berubah buruk. Dadanya terus berdebar-debar, ia takut jika nantinya jantungnya meledak berkeping-keping di dalam tubuhnya. Pria itu berjalan mendekati Angela sembali menggosok tengkuknya yang tidak gatal.
"Ada baiknya.... jika kita... melakukan kegiatan... yang menarik, benar begitu?" kata John setengah malu-malu.
Benar saja John berlagak malu-malu, tapi keringat dingin mulai membasahi tangan Angela.
Sadar akan alarm tanda bahaya yang menyala dalam dirinya, Angela mencoba untuk menenangkan dirinya sendiri. Angela mencoba untuk menyatukan kembali keberaniannya, memperkirakan hal-hal yang logis agar tidak memperburuk keadaan.
Angela menyeringai penuh arti, ia berjalan mendekati John sembari memegang tubuhnya sendiri.
"Aku tidak tahu apa spesialnya gaun ini, John. Tapi aku lebih suka kau memintaku telanjang dengan mengenakan kalung mutiara itu." Kata Angela menggoda. "Bukankah aku terlihat lebih seksi jika seperti itu?"
Jemari lentik Angela mengusap lembut dada John, meraba pelan dada bidang itu, lalu turun ke tangan kekar yang sedang memegang kotak perhiasan itu. Disaat yang bersamaan, Angela melirik ke arah jam yang menunjukan kurang dua menit lagi.
Namun, sebuah gerakan yang tidak terduga muncul dari John. Pria itu melempar kotak perhiasaannya dan kemudian melepas jas kerjanya sembari berjalan mendekati Angela.
Setelah itu ia menangkup wajah Angela, detik berikutnya John menciumnya dengan sangat buas. Gemas akan keseksian Angela, John menggigit bibirnya hingga membuat wanita itu mendesah. Sialnya, desahan Angela malah terdengar menggairahkan di telinga John.
Setelah itu, John menggendong Angela di pundaknya lalu membantingnya ke ranjang. Teriakan Angela tertelan saat John merobek gaun dengan kasar sebelum akhirnya mendorong tubuh kurus itu yang hendak berdiri.
John mencengkram leher jenjang itu dengan erat, pria itu kemudian mencumbu Angela dengan penuh nafsu dan kasar. Suara air liur erotis dari kedua mulut penuh nafsu itu menyelimuti seluruh inchi kamar mewah itu.
"Kau membuatku kehilangan kontrolku, Sofia." Bisik John penuh nafsu dengan terus mencekik leher Angela. Nafas John yang memburu terasa panas.
"John aakkhh.."
Pikiran Angela mendadak panik, ia sendirian di tempat ini, tidak ada pengawasan baik dari Ryan ataupun Marcus. Angela tidak tahu harus berbuat apa, pikirannya terlalu kusut dan penuh dengan ketakutan. John tak henti-hentinya mempererat cengraman di lehernya.
"Sssttt.. Jangan berbicara kecuali aku mengijinkanmu. Aku adalah suamimu, Sofia." John menjilat pipi Angela, tangan kirinya mulai masuk dan bermain-main dibalik celana dalam Angela.
Dia mencoba untuk memperkosaku! – teriak Angela dalam hatinya.
Angela meronta, namun John mengangkat tubuhnya dan membalikannya hingga menghadap ke ranjang. John mengambil sebuah dasi yang ada di dalam nakas, pria itu mengikat kedua tangan Angela.
"Oh, John. Pelan-pelan." Ujar Angela yang mencoba untuk terdengar tenang, sayangnya rasa takut yang ada di dalam dirinya malah membuat suaranya bergetar tak terkendali.
"Hei, aku tidak mengijinkanmu untuk berbicara, dasar jalang!" John menekan kepala Angela ke ranjang, tekanannya cukup kuat hingga membuat Angela tak bisa bernafas.
Angela mencoba untuk meronta saat John merobek celana dalamnya. Tiba-tiba Angela teringat dengan Lucas yang datang ke restoran, pria itu datang untuk melihat kedaaannya. Mungkinkah Lucas mengikutinya hingga kemari? Mungkinkah Lucas mengawasinya dari kejauhan?
Angela mulai berteriak mencoba untuk meminta tolong, ia berharap seseorang mendengarnya.
Kumohon siapapun! Ryan! Tuan Herman! Lucas! Tolong! – pikir Angela.
"Jika kau ingin kulepaskan, menurutlah, Sofia. Panggil aku 'suamiku'!" katanya.
Erangan John lebih terdengar menyeramkan daripada seksi, tubuh Angela merinding saat mendengar pria itu menurunkan resleting celananya, sementara jemari tangan kanannya mengusap lubang anal Angela.
"Istriku, kau tidak boleh ketakutan seperti itu," suara John terdengar menggila akibat menikmati momen ini, "aku tahu kau lebih menginginkan hukuman dari pada hadiah, bukan?"
Angela meronta, pria itu akan menggauli analnya!
Sial! Sial! Sial! – pikir Angela.
"Lucas! Tolong!" teriak Angela yang tertahan terkena ranjang.
Deg deg deg deg.
Pria itu kemudian menempelkan rudalnya ke lubang anal Angela.
"Rileks, Sofia. Kau akan terbiasa nantinya." desah John.
Aku akan mati! Tidaaaakk!!! - pikir Angela.
Ding dong! Ding dong!
Suara bel dari pintu utama berbunyi. Pria itu menarik kedua tangannya, ia mengumpat kesal sembari menutup kembali resleting celana. Setelah itu, John membalik tubuh Angela menghadap ke arahnya, membungkam mulut Angela dengan buntalan celana dalam yang telah ia robek.
John mengusap kepala Angela pelan dan berbisik, "tunggu di sini ya, istriku. Aku akan melihat siapa tamu kita malam ini, setelah itu, mari kita nikmati malam pengantin kita dengan tenang."
"Hhmp!!" teriak Angela sembari meronta.
Dasar sakit! – pikir Angela yang hanya bisa mengekspresikan lewat wajahnya sembari mengerang kesal.
Ding dong! Ding dong! Ding dong!
"Ya! Ya!" teriak John kesal.
John pergi sembari mengunci pintu kamarnya.
Ding dong! Ding dong! Ding dong!
"Oh, demi apapun yang ada di dunia ini! Tunggu sebentar!" teriak John yang samar-samar terdengar dari dalam kamar.
Angela mencoba untuk mengangkat kepalanya dan meletakannya ke bantal, ia juga mencoba untuk menarik nafas pelan lewat hidungnya. Pernafasannya terasa perih saat oksigen menyeruak masuk ke dalam paru-parunya. Tanpa di duga keringatnya mengucur membasahi seluruh mukanya.
Tubuhnya melemas dan gemetaran, ia benar-benar telah terlihat kacau. Gaunnya telah di robek dengan kasar dan menyisakan beberapa helai kain yang menutupi tubuh telanjangnya.
Angela menangis ketakutan.
Tidak lama berselang, telinganya menangkap suara langkah kaki mendekati kamarnya. Samar-samar ia juga mendengar suara John yang menggerutu.
Pria itu akan kembali! Dia akan kembali memperkosanya!
Jantung Angela kembali berdegup kencang, keringat mulai bercucuran. Ketakutannya semakin meningkat seiring dengan suara John yang semakin terdengar jelas.
Fuck! Fuck! Aku sudah mengira ini ide gila! - teriak Angela dalam hatinya.
-Bersambung ke Chapter #31-
Hai, Karlvier disini!
Terima kasih sudah setia membaca Shameless hingga chapter 30. Semoga Karlvier ada kemajuan dalam menulis ya :")
Sekedar memberikan pengumuman, Karlvier sedang sibuk akhir-akhir ini. Maaf apabila jadwal updatenya jadi berantakan, semoga kalian tidak kecewa. Untuk itu Karlvier mohon izin istirahat sebentar selama beberapa minggu, sembari menyiapkan chapter-chapter berikutnya.
Pokoknya dukung terus Shameless ya, kawal dua sejoli itu sampai ending hiks :")
Terima kasih atas cinta dan support kalian! Jangan lupa beri review dan bintang 5 ya hehe..