Lucas masih terus menciumnya, membayangkan dirinya yang sukses menyentuh hati Angela dan membiarkan wanita itu menangis atas kekalahannya. Dimomen yang harusnya ia bertindak angkuh dan arogan, Lucas sengaja menunjukan sifat lembutnya kepada Angela.
"Jadilah milikku, Angela." Bisik Lucas disela-sela mereka berciuman.
Harusnya Angela mengangguk dan menjawab lirih. "Ya."
Dan kemudian mereka berciuman kembali.
.
.
.
Tapi, itu salah.
Itu tidak sebenarnya terjadi.
Kenyataannya, Angela mendorongnya hingga membuat Lucas mundur beberapa langkah. Saat Angela mencoba untuk melancarkan aksinya, disaat itulah Lucas mengambil paksa cincin yang ada di jemari wanita itu.
Angela mengelap mulutnya yang basah. "Kembalikan cincinku." Ujarnya dengan mengulurkan tangannya ke arah Lucas.
Lucas juga ikut membersihkan mulutnya dari bekas air liur keduanya. Rencana pengambilan cincinnya sukses, hanya saja rencana untuk membuat Angela menangis dan bersedia menjadi miliknya gagal. Tapi ia tidak akan menyerah.
"Akan kukembalikan, tapi kau tahu aku orang macam apa, bukan?" tanya Lucas.
"Dasar bajingan tengik! Masih kurang puaskah kau memperkosaku diwaktu muda dan bercinta denganku di hari-hari lalu? Aku ini wanita yang telah bertunangan, Lucas!" teriak Angela dengan berjalan ke arah Lucas.
Lucas mundur beberapa langkah, ia mendorong Angela untuk menjauh darinya. "Tidak tidak tidak." Katanya dengan menggoyangkan jari telunjuknya.
Angela berdiri berkaca pinggang. Ia meniup poninya tanda kesal. "Apa maumu? Katakan dengan jelas."
"Jadilah wanitaku." Jawab Lucas singkat.
"Tidak." Sahut Angela dengan mantap.
"Sayang sekali, padahal cincin ini lumayan bagus." Jawab Lucas dengan mengangkat cincin itu ke udara dan memperhatikannya dengan rinci. "Hanya saja dia terlihat kotor, kau tidak pernah membersihkannya ya?"
"Jangan banyak bicara, kembalikan cincinku!" teriak Angela dengan berjalan ke arah Lucas.
Lucas mengangkat tangannya saat Angela hampir saja berhasil merebut cincin itu. Kini tubuh keduanya berdekatan, Angela menatap mata Lucas dengan penuh kebencian. Saat Lucas mencoba untuk mencium Angela, wanita itu melengos dan menjauh.
"Sayang sekali, padahal kau tadi sudah terlena dengan ciumanku." Celoteh Lucas menggoda.
Angela terkekeh.
"Menciumku dan menyentuh hatiku, sehingga aku bersedia menjadi wanitamu secara sukarela, itu bukan yang kau harapkan?" tebak Angela dengan menyilangkah kedua tangannya di dada. "Jangan mimpi, Lucas! Aku tidak akan pernah menjadi wanitamu!"
"Baiklah kalau begitu, aku asumsikan kau tidak membutuhkan cincin ini." Kata Lucas dengan duduk di kursi kerjanya.
Angela terlalu kesal dengan sikap Lucas yang tidak sopan terhadapnya. Ia kemudian melepas gulungan rambutnya, entah mengapa kepalanya terasa sangat sakit saat rambutnya terikat kuat. Ia mengatur nafas perlahan sebelum akhirnya duduk di sofa dengan menyilangkan kakinya.
Disisi lain, Lucas yang sedang duduk mengembangkan senyumannya saat melirik kaki jenjang Angela.
"Kau melakukan ini karena kau menginginkan sesuatu dariku." Kata Angela memecah keheningan. "Tidak mungkin kau akan menuruti permintaanku, jika aku tidak melakukan sesuatu untukmu."
Mendengar suara Angela yang mulai tenang, Lucas kembali menyeringai. "Sudah kuduga, kau bukanlah wanita yang akan menggunakan emosi sembarangan." Puji Lucas.
"Apa maumu? Selain jadi wanitamu."
"Aku ingin kau menemaniku ke pesta dengan para anggota eksekutif lima perusahaan besar malam ini." Jawab Lucas.
"Menemanimu? Kau kira aku pelacur?"
Lucas mengangkat kedua pundaknya. "Aku hanya mengira kau wanita yang suka kuajak tidur."
Angela memutar matanya, Lucas pintar sekali bermain-main dengan kesabarannya.
"Lalu apa imbalan yang kudapat?"
"Aku akan mengembalikan cincinmu." Kata Lucas menunjuk cincin yang ia letakan di atas mejanya.
"Tidak." Jawab Angela menajamkan matanya. "Aku ingin lebih dari itu."
"Baiklah, aku akan mengembalikan pendanaan Silver Oak." Kata Lucas lagi.
Angela terdiam.
"Tapi, tentu dengan satu syarat lagi jika kau ingin dana itu kembali." Lanjut Lucas dengan senyuman liciknya.
"Hah!" Angela membelalakan matanya.
"Bagaimana?" tanya Lucas lagi.
Angela mengusap wajahnya. Tidak disangka, ia akan membuat perjanjian seperti ini, yang sialnya Angela lakukan bersama dengan Lucas. Meskipun awalnya ia tahu Lucas bukan tipe orang yang akan membantunya secara cuma-cuma tanpa imbalan. Tanpa sadar, Angela telah terjerumus dalam permainan give and take yang diciptakan oleh iblis putih itu. Ia mengerang kesal.
Mata zamrud itu melirik Lucas yang sedang asyik menyesapi kopi sembari menunggu jawaban darinya. Ia melihat Lucas memasukan cincinnya ke dalam plastik dan memasukannya ke dalam saku jas bagian dalam. Pria itu tersenyum begitu sadar Angela meliriknya.
Angela menghela nafasnya, sepertinya tidak ada jalan lain.
"Baiklah." Jawab Angela. "Hanya menemanimu. Malam ini saja."
Lucas berdiri dari kursinya, berjalan mendekati Angela, ia mengulurkan tangan kanannya.
"Kau akan menemaniku malam ini dan kau akan mendapatkan cincinmu kembali." Ujar Lucas santai. "Do we have a deal?"
Angela berdiri dan menyambut tangan Lucas. "Deal." Jawabnya dingin.
Lucas menarik tangan Angela dan berbisik di telinga wanita itu, "aku akan mengirim gaun yang lebih bagus dari kemarin, kenakan itu, jangan membuatku malu." Ia mengatakannya dengan sangat sensual.
Angela bergidik saat merasakan tangan Lucas mengusap belakang punggung dan pinggangnya. Ia menutup matanya, tangan besar nan hangat itu mencoba menghipnotisnya. Tapi, untuk saat ini ia harus bersikap rasional. Angela kemudian memegang tangan Lucas, lalu membuangnya.
"Aku harap kau menjemputku, tuan cabul." Kata Angela.
"Ya. Tentu saja."
*
Malam itu Angela keluar dari kamar, lalu berdiri di depan cermin besar. Susah payah ia memakai anting asimetris pemberian Lucas. Setelah itu ia mengenakan kalungnya.
Kemudian ia menggulung rambutnya dan menguncinya dengan tusuk konde berwarna emas. Malam itu ia memandangi dirinya sendiri.
Sexy dress berwarna merah yang menampilkan dadanya yang bulat itu sukses membuat Angela kesal. Setengah hati ia memakai pakaian terbuka seperti ini. Ia terlihat seperti seorang pelacur yang disimpan oleh orang-orang eksekutif.
Pakaian itu terlalu ketat, ia bisa merasakan setengah pahanya terekspos saat ia menunduk memakai sepatunya.
"Demi cincin dan Silver Oak." Katanya meyakinkan dirinya sendiri.
Tok tok tok.
Angela menoleh, seseorang mengetuk pintu apartemen. Ia berpikir, apakah ada tamu untuk Noel? Bukankah Noel sudah berpamitan dengan tetangga dan teman-temannya.
Angela membuka pintu. "Ya."
"Kenapa lama sekali?" tanya Lucas.
Angela terkejut. Matanya membulat saat melihat Lucas yang telah memakai pakaian rapi berdiri di depan pintu apartemen Noel. Pria itu melirik Angela dengan kedua tangannya yang ada di dalam saku celananya.
"Eh!"
Angela kemudian menutup pintu. Ia masih tidak menyangka Lucas akan menjemputnya langsung seperti ini. Padahal bisa saja ia menyuruh Marcus. Angela masih belum siap bertemu dengan Lucas, ia bahkan belum siap menunjukan pakaian ini kepada pria brengsek itu.
"Kau sudah berdandan atau belum?" tanya Lucas tidak sabaran.
"A-aku sudah kok." jawab Angela terbata.
Wait, kok aku terbata begini? - pikir Angela dengan menutup mulutnya.
Lucas memainkan gagang pintu dan memaksa untuk masuk ke dalam. Angela mendorong pintu itu.
"Sebentar, aku akan memakai jaketku dulu." kata Angela yang masih bersikeras untuk mendorong pintu itu.
"Lalu mengapa kau tidak membiarkanku masuk?" tanya Lucas yang masih mencoba untuk membuka pintu.
"Tunggu saja diluar, aku tidak akan lama." jawab Angela.
"Lama." kata Lucas yang langsung memberikan tenaga pada dorongannya.
"Kya!"
Angela terjatuh terduduk di lantai saat Lucas melangkahkan kakinya masuk. Pria itu tersadar dan melirik Angela. Ia menyeringai.
"Heh, kau mencoba menggodaku?" tanya Lucas. Mata merahnya meneliti lekuk tubuh Angela yang jatuh terduduk di hadapannya.
"Kau yang mendorongku!" kata Angela kesal mencoba untuk berdiri.
Saat Angela sedang mencari-cari jaket dan tas kecilnya, Lucas yang berdiri bersandar pintu keluar, mata rubbynya terus memperhatikan bagian dada Angela yang setengah menyembul ke luar. Ia mengusap dagu bawahnya.
"Apakah itu tidak terlalu ketat?" tanya Lucas.
Angela memakai jaketnya. "Sangat ketat. Aku tidak bisa bernapas."
Lucas berjalan ke arah Angela, ia kemudian menarik tali di pundak Angela, mengendurkannya perlahan.
"Ini bisa dikendurkan." Gumam Lucas santai.
Angela terkejut, ia kemudian memukul tangan Lucas. "Cabul ya anda." sarkas Angela. "Aku bisa melakukannya sendiri."
"Baiklah."
Angela kemudian mengendurkan tali yang satunya. Benar kata Lucas, bila ia mengendurkan talinya, bagian dadanya tidak akan terasa seketat sebelumnya. Ia bisa bernapas sekarang.
Sementara Lucas, ia melirik seluruh isi ruangan apartemen ini. Ia lalu melangkahkan keluar dari apartemen dengan menutupi hidungnya.
"Mari keluar dari sini, aku tidak suka bau pria itu." Katanya.
Sudah jelas, mana ada laki-laki yang mau datang ke sarang laki-laki yang lain? Jika bukan karena
Angela yang tinggal di tempat ini, tidak mungkin Lucas akan datang kemari.
*
Benar kata Lucas, pesta itu adalah pesta yang hanya dihadiri oleh para eksekutif dari perusahaan besar saja. Tamunya juga tidak terlalu banyak. Saat Angela menurunkan kakinya, seorang pria bertubuh besar menyambut Lucas dengan ramah.
"Selamat datang, Lucas Scorgia!" ujarnya dengan berjalan memeluk Lucas.
"Terima kasih, Umut." jawab Lucas dengan membalas pelukan pria itu.
Angela tersenyum melihatnya. Dalam hatinya ia menyengir ngeri melihat pria bernama Umut itu. Pria itu terlampau besar a.k.a gendut. Sangat gendut. Lihat saja perutnya, Angela seperti bisa mendengar jeritan para kancing kemejanya. Angela iba melihatnya.
Umut melirik ke arah Angela. Pria itu menyengir sambil berkata, "siapa wanita ini, Lucas?"
Lucas memeluk Angela dengan erat. Pria itu tersenyum ramah ke arah Umut. Dalam hati Angela, sudah pasti Lucas akan memperkenalkannya sebagai kekasihnya. Ada rasa bangga dalam hati Angela.
"Pelacurku." Jawab Lucas yang seketika itu meruntuhkan kepercayaan diri Angela. Angela menoleh cepat ke arah Lucas. "Cantik, bukan?"
"Oh, kau membawa pelacur yang lain lagi ternyata." Umut mengusap-usap dagunya.
"Yang ini spesial, aku rela membayar 2 unit aston martin hanya untuk semalam." Ujar Lucas melebih-lebihkan.
"Hhmm.. dimana kau menyewanya?" tanya Umut yang malah tertarik dengan Angela.
"Dia khusus untukku, Tuan Umut. Aku membelinya dengan harga khusus. Benar begitu, Sofia?" Lucas mengecup pipi Angela.
Sofia? Siapa lagi itu?
Angela yang tidak mengerti apa yang diucapkan oleh Lucas hanya bisa tertawa. "Betul."
Umut masih memperhatikan Angela dari ujung rambut ke ujung kaki. Ia tersenyum mesum ke arah Angela.
"Baikah, mari masuk. Pestanya sudah di mulai." Lanjut Umut dengan mempersilakan Lucas dan Angela masuk.
Pesta itu dipenuhi oleh wanita-wanita seksi setengah telanjang. Para wanita itu duduk menemani para pria hidung belang, ada yang menjadi pelayan minuman, ada juga yang menari erotis diujung ruangan.
Dua jam kemudian, terlihat Angela keluar dari kamar dengan keadaan lemas. Ia terengah-engah sembari mencoba untuk mempertahankan ledakan emosi di kepalanya. Angela berjalan menyusuri dinding sebelum akhirnya ia melihat Lucas sedang bersenang-senang dengan wanita lain.
"Brengsek!" gumamnya dengan menggenggam tangan kanannya.
-Bersambung ke Chapter #21-