webnovel

KITTY PO 70

Sejak melahirkan dua bayi, Apo sadar dia harus lebih dewasa. Si manis merasa malu jika manja, selama bisa sebaiknya memainkan peran ibu penuh cinta. Remaja itu membayangkan di luar sana banyak istri yang nasibnya buruk. Mau tidur saja harus "sering ribut" dengan bayi masing-masing karena meng-handle sendiri. Beda dengan dirinya yang didampingi banyak babysitter. Apo ingin bersyukur setiap hari, hanya saja menekan perasaan tetap sulit.

Seminggu setelah pencopotan gips, Apo mendengar Mile berdiskusi dengan Nee serta Songkit. Sebagai golongan dewasa, mereka membagi permasalahan bisnis sesuai porsi dan kemampuan yang dimiliki. Apo positif thinking dia tak diajak karena memang belum mampu, dari segi umur, pengetahuan, dan pengalaman benar-benar 0% paham. Mereka bertiga mungkin juga tak ingin membebaninya. Sebab 2 bayi itu tugas yang begitu besar. Meski begitu Apo sebenarnya tetap ingin terlibat, tak paham pun dia mau mendengar permasalahan bisnis Keluarga Romsaithong agar setidaknya tahu.

"Bagaimana, Mile? Siap kembali ke kantor betulan? Daddy akan mengusahakan loh kalau masih ingin istirahat. Tidak perlu sungkan-sungkan. Daddy hanya capek akhir-akhir ini."

Apo menguping dari balik guci ruang santai demi mendengarkan obrolan mereka.

"Tidak apa-apa, Daddy. Mile bisa. Sudah normal kok. Tenang saja. Apo kelihatan oke," kata Mile.

"Hmm, mau bagaimana kalau maumu begitu," ujar Nee.

"Mommy, please ya. Ini demi kebaikan Daddy. Beliau harus istirahat juga. Aku tidak mau membebani lebih lama karena koma-ku 5 bulan. Belum lagi liburannya kapan hari. Ya ampun ...."

"Kau bukanlah beban buat kami, stop, Mile."

"Daddy juga bukan waktunya bekerja lagi. Cukup bantu di rumah, oke? Daddy harus perhatikan asma Daddy."

Puncaknya Mile pun benar-benar menyanggupi masuk kantor 3 hari lagi. Setelahnya Apo buru-buru kembali ke kamar sebelum ketahuan siapa pun. Remaja itu melakukan rutinitas yang biasa. Mulai mandi hangat, ganti piama, memakai skincare, lotion, dan menutup jendela balkon. Dia sempat push-rank sebentar demi melepaskan kerinduan masa remaja. Si manis berusaha biasa ketika Mile datang. Dia memasang senyum untuk merahasiakan kegelisahannya.

"Wah, Sayang kok belum tidur?" tanya Mile.

"Anu, aku kan menunggu Phi-nya."

"Seriously? Ini sudah jam 1 lebih," kata Mile sambil mendekati Apo untuk mentransfer kecupan rasa kopi. "Ih nanti kalau telat tidur, bagaimana? Jelek yey ada bayang-bayang di bawah mata! Hayo!"

Sedikit banyak dada Apo hangat melihat Mile tak banyak berubah. Sang suami tetap mau sok-sok kekanakan, demi dirinya. Mengimbangi pasangan bagi Mile pun mungkin sama struggle-nya.

"Kalau aku jelek, Phi-nya akan tetap cinta?" tanya Apo.

"Iya dong, ckckck. Mana ada sih sejarah Nattawin jelek? Kamu cantik, manis, ganteng, imut, lucu, gemes, dan masih banyak lainnya--semua jadi satu, Sayang. Jelek-jelek dari mana."

"Perutku kan buncit sekarang."

Demi melihat reaksi Mile, Apo sengaja membuka perut berselulitnya.

"Wkwk, I can fix it. Jangan khawatir. Kapan-kapan kita nge-gym bareng, ya? Seperti maumu waktu itu."

"Kapan, Phi?"

"Hmm, coba Phi pikir-pikir dahulu."

"Kamis bisa?"

"Ha?"

Apo pun sengaja menyebut hari dimana Mile harusnya balik ke kantor. Remaja itu makin pintar membuat pasangannya jujur. Dia tidak mau Mile merahasiakan apapun, atau lama tidak memberitahunya, hingga kadaluarsa sendiri.

"Kenapa, Phi? Tidak bisa? Memang Phi-nya mau apa?"

Jemari Mile Phakphum meraih dagu si manis.

"Aduh istriku, hhhh ... kau memang sangat menakjubkan," puji Mile, meski tak ada kaitannya dengan topik obrolan mereka. "Kau seperti bisa membacaku, ya? Hebat. Jujur Phi mau aktif kerja lagi. Sayang, tidak apa-apa kan?" tanyanya.

Apo terdiam dengan mata menunduk.

"Sayang ...."

"Akunya ditinggal lagi?" tanya Apo. "Baru dua mingguan loh di rumah. Phi juga bangunnya lama banget."

"Sementara tidak untuk dinas. Hanya ke kantor kok, Cantik. Mommy masih sanggup pegang yang di luar, tapi Daddy cukup mengkhawatirkan minggu ini. Kau belum tahu kan? Daddy sebenarnya punya asma."

Apo tahu kok, baru saja tadi dengar.

"Oh."

"...."

"Kalau begitu aku nge-gym-nya sendiri saja, Phi," kata Apo. "Tidak apa-apa kok. Nanti angkat beban 3 kilo seperti sebelum hamil. Phi tidak perlu khawatir."

"Seriusan?"

"Umn."

"Benar tidak apa-apa?"

"Kalau kularang apa Phi Mile tetap berada di rumah?" tanya Apo. "Aku tidak mau menyesali kalau Pappy sampai kambuh. Phi Mile, semuanya akan baik-baik saja."

Memori kecil Apo mengingat kalimat terakhir sebagai pamungkas yang pernah diucapkan orang-orang padanya. Kini dia menggunakan itu kepada Mile, tapi tanda kedewasaan yang hakiki memang begitu kentara. Apo tak sanggup akting sempurna karena bibirnya nyumik-nyumik. Wajah remaja itu langsung memerah waktu menerjang selimut. Dia meringkuk di dalam empuknya spring-bed yang hangat nan mahal. Sewaktu bibirnya dielus dengan jemari, si manis malah menangis.

"Hiks, hiks, hiks ... Phi Mile ...." rengek Apo tidak tahan. Dia refleks berbalik dan memeluk perut sang suami. Sifat clingy itu ternyata mengakar, tak peduli seberapa sering dia menutupinya waktu ada orang lain. Berdua dengan Mile adalah tekanan besar bagi batin lemahnya. "Nanti kalau Apo kangen, bagaimana? Hiks, hiks ... Phi Mile aku nak ikutan di kantor saja, hiks ... hiks. A-Aku boleh tidak bawa baby-baby sekalian ke sana? Phi, maaf akunya mengganggu banget--hiks ... hiks, hiks ... Phi Mile ...."

Posisinya sekarang Jeff hamil besar dan Masu terlibat kesibukan lamaran resmi. Apo tak bisa in-touch dengan mereka terlalu intens karena situasi masing-masing rumit. Mile tahu dan memahami hal itu. Dia balas merangkul Apo dan puk-puk bagian punggungnya.

"Boleh, Sayang ...  hm? Dengar Phi tidak?" bisik Mile tepat di telinga Apo. "Tetap semangat ya, kalau nanti lanjut belajar memasak. Phi menantikan loh menu-menu makan siang limited edition. Setiap hari, datanglah ke kantor pada jam-jam istirahat. Kita makan bersama, biar aku lepas kangen sama si twin juga, bagaimana?" tawarnya. "Tapi kondisional juga. Kalau ada hal-hal mendadak, pasti kau kuberitahu. Selama tidak ada, ayo kita sama-sama, sounds good?"

Isakan Apo perlahan berhenti. "Eh? Tidak apa-apa, Phi?" tanyanya sambil mengusapi mata.

"Tidak dong. Buat istriku masak dilarang," kata Mile sambil mencolek hidung si manis. "Ayo buat janji kalau begitu? Ingat apa tadi kata Phi Mile?"

Apo pun mengulurkan kelingking kecilnya. "B-Boleh datang ke kantor biar makan siang sama Phi Mile?"

"Betul. Terus apa lagi?"

"Umn, sama baby-baby juga."

Mile pun terkekeh, sengaja belum mengacungkan kelingking.

"Satunya lagi apa, Sayang?"

"...."

Pipi si manis memerah. "Apa ya tadi ... kalau ada yang mendadak tidak boleh sakit hati?"

"HA HA HA HA HA HA Ha HA," tawa Mile pun langsung pecah. Diingat bagaimana pun perkataannya tadi bukan seperti itu. Namun intinya sama, jadi anggaplah setara. Mile tak bisa menahan gemas hingga dipeluknya Apo sepuas hati. Remaja itu pun tersenyum malu karena sadar betapa tingkahnya ada saja. Mau apa dikata, Apo menerima ciuman bertubi-tubi karena Mile terlanjur jadi gemas.

"Awwhhh! Phiii! Ha ha ha ha ha ha!" tawa Apo tidak sanggup.

Paginya, selagi masih sempat Mile pun langsung mengajak Apo olahraga. Keduanya lari-lari kecil mengelilingi rumah yang luasnya beberapa hektar sendiri. Jeda istirahat untuk minum isotonik dan makan irisan buah sebentar. Selang 15 menit mereka mengeluarkan sepeda gear untuk ditunggangi secara bersisian.

Lupakan Sammy dan Katty. Kedua baby tampak senang diajak ikut berputar dengan stroller yang didorong babysitter. Mereka tertawa-tawa setiap kali Mile dan Apo bersisipan di jalan memutar.

"Sammy jiyek! Katty jiyek!"

Mile lewat dan membunyikan bel sepedanya ribut.

"Iiiii! Phi Mile jangan hina baby-baby Kitty!

Awas yaaaaaa!!"

"Kau pun kalah kalau dua putaran ke depan duluan Phi Mile!"

"Haaa? Sejak kapan peraturannya begitu? Phi Mile--b-bisa tidak mengalah sedikit?"

"Ha ha ha, tidak akannnn!"

"Phi Mile curaasaang!"

"Ha ha ha ha ha."

Apo pun menggoes sepedanya semakin kencang. Dia ikut ribut membunyikan bel di setir, yang ujung-ujungnya menabrak satu pot strawberry. Mile mengajak berhenti, padahal baru 5 menit. Bagi Mile untuk olahraga pertama yang penting dilakukan, hitung-hitung pemanasan. Lelaki itu juga mempertimbangkan otot kaki Apo, agar benar-benar luwes dulu. Si Romsaithong senang karena Apo tidak merasakan ngilu berarti.

"Mau roti!" kata Apo tiba-tiba.

"Ow, sudah lapar?"

Mile menghentikan sepedanya di depan gerbang.

"Iya, Phi. Boleh temani ke toko bakery sebentar? Itu loh yang diperempatan jalan."

"Hmm, kalau begitu tunggu ya."

"Lho, kok?"

"Phi Mile tidak bawa dompet!"

Mile pun segera turun dari sepedanya. Dia masuk sendiri, karena dompet berada di dalam kamar. Desain rumit nakas jadi menyebalkan tiba-tiba. Lelaki itu keluar lagi setelah memasukkan benda yang dituju dalam saku.  "Ayo, Sayang!"

"Eh? Kita memakai sepeda juga?"

"Iya, c'mon!" ajak Mile. "Sudah lama aku tidak makan roti!"

Pukul 8 lebih keduanya sampai rumah. Mile dan Apo skip sarapan karena kenyang jajan tepung. Apo sendiri menyusui baby-baby sebentar selagi Mile angkat beban sendirian. Repetisi 25-25 dilakukan dengan menarik 40 kilogram sebagai awalan. Padahal dulu Mile kuat dengan beban 100 hingga 130 dalam satu set gerakan. Karena ototnya lemah, dia perlu mengulas dari awal lagi.

"Phi Mile, kok sudah berkeringat aku tetap ditemani?" tanya Apo setelah 20 menit lebih menggendong Sammy dan Katty gantian. Dadanya belum ditutup karena Katty masih semangat menyedot asupan. Dia duduk manis di sebelah Mile yang napasnya mulai berisik sekali.

"Huh? Hhh ... ya," sahut Mile sambil menoleh ke Apo sebentar. "Nanti kau menyusul langsung treadmill saja, Sayang.

Angkat bebannya mulai besok saja."

"Ugh, tapi--"

"Pelan-pelan yang penting konsisten."

Apo tidak bisa membantah lagi, karena menurutnya masuk akal. Remaja itu sarapan senampan makanan rendah kalori usai Sammy-Katty puas. Mile ikutan gabung hitung-hitung istirahat. Lelaki itu duduk mengangkang dalam ruangan gym selagi Apo menyuap telur rebusnya.

"Kenapa?" tanya Mile, tiba-tiba menyadari Apo melirik dagingnya. "Mau?"

Apo membuang muka merahnya. "Tidak kok, Phi. Aku kan sudah memakan bagianku."

Wkwkwk, tumben nafsu makannya membesar. Perasaan porsi Apo sudah dilebihkan demi memproduksi ASI.

"Ini, makan saja." Mile memindah daging sapinya ke piring Apo dengan sumpit ramping. "Jangan malu. Kalau kurang kusuruh pelayan mengambilkan lagi."

"Ih, Phi Mile tidak perlu ...."

Mile menjauhkan nampannya. "Eits, tidak bisa," cengirnya. "Sudah, sudah. Ayo makan. Setelah ini kita treadmill sambil nonton netflik baru. Apa itu yang barusan rilis? Ariel

Apo pun menunduk segan, tapi dimakannya juga daging itu. Si manis kadang-kadang mengerling ke Sammy dan Katty. Kedua baby tampak mengoceh seperti biasa, kadang kala berusaha keluar dari stroller dalam itu.  "Makasih ...." katanya, lalu tersenyum ke Sammy yang tangannya coba meraih bagian pinggiran. "Xixixi, kau takkan bisa, Sammy. Duduk saja belum kuat."

"Nnngg, nng. Mmnn, mnn," balas Sammy yang tersenyum dengan kedipan begitu manja. "Mmnnn ...." Dia memukul-mukul alas lembut seolah benda itu bisa jebol. "Nnn, nnn ...."

"Apaaa?"

Sammy makin gembira, begitu pun Katty yang menyedot empengnya semakin gencar. Padahal tidak ada susu yang keluar dari sana, tapi Katty tidak nakal, walau sempat merengek minta beany kepalanya dilepas. "Mmnn, mmm. Mm, mm."

"Kegerahan kali," kata Mile. "Coba itu bebaskan rambutnya. Jam segini kan udara tidak sedingin pas subuh."

"Iya juga, Phi."

"Mmn, mnnn ...."

Katty tampak bahagia setelah rambut awut-awutannya tercium udara. Mile menyelipkan helaian lembut dia agar rapi dan tetap jelita. Rencana chill netflik-an memakai dubbing Thailand terlaksana juga, karena sambil lari treadmill.

"Ha ha ha ha, lucu sekali kepiting itu!" tawa Apo di tengah-tengah berlari.

Bisa kau bayangkan Ariel berbicara Thailand? Efeknya memang jadi lucu.

"Wkwk, dia bernyanyi untuk Ariel," kata Mile, sambil mengurangi kecepatan laju. "Tapi kusarankan jangan kebanyakan membuka mulut sih, Sayang. Soalnya napasmu akan cepat habis. Ayo fokus biar olahraganya maksimal."

Apo pun kaget atas teguran Mile Phakphum, tapi langsung senyum dan kembali bersemangat lagi. "Oke ...."

Tiga hari kemudian tidak ada lagi tangis sang inkarnasi kitten. Apo mampu mengantar Mile ke depan teras saat pamitan ke kantor. Pikirnya, toh nanti siang pun mereka bertemu. Apo berjinjit untuk memberikan ciuman singkat di bibir. Dia melambaikan tangan kepada  Mile yang melakukan hal yang sama untuknya.

"Hati-hati, Phi Suami!" cengir Apo.

"Iya, Sayang. Dah dulu."

"Dah ...."

"Sampai jumpa nanti ya, Phi tunggu."

"Okeee!"

"Hati-hati juga kalau lagi nyusul datang! Bawa bodyguard!"

"Iyaaa, xixixi ... papay!"

Suara balasan Mile tak terdengar lagi karena sudah masuk mobil.

Apo sendiri tak kesepian karena Masu bilang tadi pagi lamaran resminya

rampung, dalam artian semalam itu momen pertukaran cincin di hadapan dua keluarga. Ada acara makan-makan dengan para kerabat terdekat. Masu bahkan langsung diajak Earth untuk hang-out, sekaligus mencari buku di toko Seth Delioze, yang merupakan terbesar di Bangkok.

[Masu: Apo! Apo! Ensiklopedia yang kau cari ketemu! Aku dapat!]

Tiba-tiba ada chat dari yang bersangkutan.

[Masu: Tentang kiat-kiat menjadi pilot, kan? Termasuk tokoh-tokoh pilot dunia yang inspiratif]

[Masu: Nih, lihat]

Masu mengirimkan foto-fotonya.

[Masu: So, kubeli ya?]

Apo segera membalas.

[Apo: Wahhh, keren. Iya, beli. Berapa itu harganya? Aku nak bacaan yang banyak di rumah. He he]

[Masu: Itu loh, ada barcode dan bandrolnya di samping]

[Masu: 2.057,74 baht]

[Masu: Mahal sih, tapi dapat 3 part-nya sekaligus. Lengkap lagi. Ada banyak gambarnya di dalam. Cetakan mewah!]

[Apo: Tidak apa-apa. Beli saja]

[Apo: ku-TF, yaw. Lebihannya buat jajan saja. Love you 1000 kali, Masu. Jangan khawatir ongkirnya juga kuganti]

-Transaksi Anda berhasil. Sebanyak 4.569,85 baht berhasil dikirimkan-

Belum ada 5 detik Masu Junyandingkul sudah heboh sendiri.

[Masu: ANJIR YA APO! ANJIR!! ITU SIH LEBIHANNYA BUAT JAJANKU

5 HARI! SIAAAALLLL! BANYAK KALI! Askskskksksks .... Phi Earth pokoknya takkan kuberitahu! Biar nanti dia tetap bayar uang makan Muehehehe. TAPI MAKASIH YA! NANTI PASTI SEGERA KUKIRIM! SERIUSAN INI BANYAK BANGEEEEREEET!!]

[Apo: Oke, happy weekend]

[Apo: Aku tunggu bukunya di rumah. Gak sabar bacaaa]

[Masu: #SHOCK IN DYING]

[Masu: Oke, siaaaaap. Ilysm, toooo]

Apo ketawa-ketiwi karena cara bicara elegan Masu kala on-campus dulu hilang. Tidak tahu apa sebab detailnya di sana, tapi Apo senang karena Masu terasa lebih dekat seperti ini.

"Ya sudah. Sekarang ayo masak-masak, Sammycatt!" ajak Apo. "Kita buat lidah Daddy menari nantinya. Xixixixixi ...."

Bersambung ..