webnovel

SATRIA

Siti_Handriani · Sports, voyage et activités
Pas assez d’évaluations
44 Chs

Terbongkar

"Langkah pertama telah berhasil, lanjutkan rencana selanjutnya."

Semua orang yang kini berada dalam forum itu mulai membubarkan diri. Satu persatu dari mereka keluar dari ruangan tersebut, menyisakan tiga orang yang kini tengah saling berhadapan.

"Nabila, kamu siap dengan peranmu?"

"Siap, Momma."

"Kamu?"

"Saya siap, Nyonya."

"Good, siapapun di antara kalian yang menghianatiku, lihat yang akan aku perbuat pada hidup kalian."

"Baik!" jawab kedua anak itu serempak.

"Keluar."

Akhirnya dua orang itu meninggalkan tempat diadakannya rapat.

Nabila memimpin langkah di depan orang itu. Berjalan dengan anggun namun ada keangkuhan di setiap langkahnya.

"Lo, harus bisa jauhin dia dari Satria , gimana pun caranya."

"Baik nona."

"Ingat!! Gue punya mata dimana mana buat awasin setiap pergerakan lo."

"Baik nona." Orang itu membungkukkan badannya sebagai tanda hormatnya pada Nabila.

.

.

.

"Kakakkkkkk...." Teriak Athena saat tangannya lengket dengan sesuatu yang membuatnya ingin muntah.

"Kakkk... jorokkkk ini ingus kakak, aahhkk kurang ajarrrrr!!!" Teriakan Athena begitu menggelegar di dalam mansion Azfary, Sakha kini telah sembunyi dengan bibir yang terus berkedut menahan tawa agar tak ketahuan oleh Athena di tempatnya bersembunyi.

"Gila, punya kakak kok gini amat sih?? Mana lagi itu orang. Minta di cubit kali yaaa, aahhh berasa masih ada di tangan Rye ingusnya." Rengek Athena merasa jijik.

"Hihihi.... " Sakha terus mempertahankan tawanya, ia sangat ingin tertawa kali ini mengingat apa yang ia lakukan tadi pada adiknya.

Flashback on

Sakha telah pulang, ia menatap adiknya yang terus murung saat berada dalam mobil. Akhirnya ide itu pun muncul saat Athena melewatinya melangkah menuju kamar.

Sakha mengikuti Athena hingga kamar gadis itu.

"Ada apa kak?"

"Enggak, pengen tiduran aja di kamar kamu, bolehkan??"

"Iya." Athena pun mempersilahkan Sakha masuk dalam kamarnya, ia segera memasuki kamar mandi.

Sakha memulai ide gila nya, dengan cepat ia keluarkan lem kertas dan juga cat air yang tadi ia bawa saat pelajaran seni di sekolahnya.

Lem kertas yang lengket dengan cat berwarna hijau kini telah tercampur, ia pun mencampurkan sedikit warna coklat agar lebih maksimal dengan hasilnya.

"Hahahaha... anjir... jijik banget gue.. ihhhhh."

Ceklek

Pintu kamar mandi terbuka menampilkan Athena yang telah memakai baju pendek dan hotpants serta rambut yang basah berantakan.

Athena melangkah seraya menggosok rambutnya dengan telaten menggunakan handuk di tangannya.

"Rye... aaahhh... ha... haaa... hhhaaaccuuhhh" Sakha menutup hidung serta mulutnya kemudian menjepit hidungnya seolah membersihkan hidungnya dari kotoran.

"Gapapa kan kak?? Minum obat ya, mau Rye ambilin?" Athena mendekat dengan wajah khawatir ia mengulurkan tangannya akan menyentuh kening Sakha.

Tanpa di duga oleh Athena, ssllleetttt olessss

Ingus buatan itu kini berpindah tangan pada Athena.

Dengan wajah shock, ia menatap sesuatu pada tangannya.

"Kakakkkkkkkk!!!!"

Flashback off

"Rye kesel banget sama kakak, hufffttt... sabar Rye, kak Sakha tuh emang nyebelin dari sananya. Ihhhh kesel deh..." akhirnya Athena pun pergi meninggalkan tempat itu dan kembali ke dalam kamarnya.

Sakha melihat sekitar dengan hanya mengeluarkan kepalanya, dirasa aman, ia segera menyibakkan gorden yang sedari tadi menjadi tempat persembunyiannya.

Namun,

"Cukup Tae, aku mohon !!!"

Saat mendengar teriakan sang bunda, Sakha kembali menyembunyikan dirinya. Jantungnya berdetak cepat, tangannya mendingin. Ia terus bertanya-tanya akan masalah apa yang kini menimpa keluarganya saat ini. Apakah ini yang membuat adiknya murung sedari tadi pagi?.

"Kamu yang cukup!!! Anak itu selalu membuat kesabaranku habis!!"

"Tae dia anak kita... kita bicarakan semua dengan kepala dingin, kamu sekarang baru pulang kerja, pasti lelah."

"Aku gak peduli Queen, pokoknya jauhi anak itu!"

"Tae Ily mohon,  jangan sampai keluarga ini hancur karena semua kecemburuanmu, dia anak kita Tae... anak kita!"

"DIA BUKAN ANAKKU, SAKHA BUKAN ANAK KITA WILLY!"

Deg!!!

"Aku bukan anak mereka? Lantas..."

"Kita masih mempunyai waktu satu tahun lagi untuk memberi tahunya Tae, Ily mohon... Ily sangat menyayangi Sakha, dia sudah Ily anggap sebagai anak kandung Ily hiks hiks... please ... Ily mohon." Ily bersujud di hadapan Tae yang kini tengah memendam amarahnya.

Istrinya begitu membela anak itu.

Sakha melihat sang bunda yang berlutut demi mempertahankannya membuat hati Sakha meringis perih. Bunda nya begitu menyayangi Sakha, itulah yang kini menjadi motivasi dalam hatinya.

"Terserah, aku sudah takkan peduli lagi dengan anak itu, sampai aku lihat kau mencium atau memeluk anak itu lagi, aku yang akan pergi dari sini."

Ily hanya menggeleng, ia tak suka akan keputusan Tae kali ini. Kenapa ia tak bisa kembali seperti dulu?,  Kenapa keluarga mereka tak kembali dengan canda tawa di setiap harinya?

Ada apa Tae? Kamu kenapa?

Tae meninggalkan Ily dengan wajah dinginnya.

"Hiks...hiks...Tae... Ily gak mau kehilangan kalian..."

Athena bersembunyi di belakang tembok yang berada di dekat dapur. Ia melihat dengan jelas pertengkaran kedua orang tua mereka. Bagaimana dengan kakaknya??

"Semoga kakak tak mendengar kenyataan ini... aku mohon Tuhan, aku tak ingin keluarga ini hancur." Batin Rye yang kini menatap pilu langkah kaki sang bunda yang sedang berjalan mendekati lift mansion mereka.

Setelah Ily memasuki lift, tanpa di duga oleh Athena, ia melihat Sakha yang kini keluar dari gorden tepat dibelakang tempat Tae berdiri tadi.

"Tidak, jangan!! Aku harap kakak tak mendengarnya." Gumam Athena yang begitu lirih terdengar menyakitkan.

Namun semua hanya menjadi harapan. Ia melihat Sakha dengan mata kosong dan juga badan yang bergetar hebat.

Athena segera berlari mendekati Sakha.

Greppppp

"Kak Sakha tetap kakak aku, ingat itu!"

"Gak Rye, kamu bukan adik kakak, kakak anak pungut, kakak bukan keluarga azfary, kakak ..."

"Sssttt... Rye mohon... jangan bicara seperti itu, ayo ikut Rye."

Athena dengan segera membawa Sakha ke taman belakang mansion mereka.

Mata Sakha kosong, tak ada kehangatan ataupun kerlingan jahil lagi dari tatapannya.

〰〰〰〰〰