webnovel

sahabatku si pembuat onar

Romansa Anak Muda
Actuel · 1.7K Affichage
  • 1 Shc
    Contenu
  • audimat
  • N/A
    SOUTIEN

What is sahabatku si pembuat onar

Lisez le roman sahabatku si pembuat onar écrit par l'auteur Dinda_Anastasya publié sur WebNovel. ...

Synopsis

Vous aimerez aussi

Tangled Hearts

As both of them stood leaning against the cold railing of the balcony, silence reigned upon them. It held different meanings for either. She usually preferred the silence. It brought calmness to her mind, a sense of sanity. But this one? It was maddening. It let a storm of thoughts enter her mind. Images of what could've happened; of what could still happen flashed across her inner eye. It terrorised her. Haunted her, letting a sole drop of tear run down her cheek. She wiped it away immediately. Even though he looked straight ahead in the distance at the night sky hovering over the city lights, with a side glance he noticed it. She was trying to hide her tears. On other occasions, he would do anything for her to shut up but right then, he wanted her to say anything. Anything at all. A word, at least. The silence stretched infinitely, tension in the air becoming thicker and thicker with each passing second. He opened his mouth to speak, but was pushed away when her fists collided against his hard chest. "Don't. Don't say a single word. There's nothing you can say to make me feel better!" She sobbed loudly. "Did you hear what the doctors said? Didn't you?!" Her fists pounded against his chest but it didn't even make him flinch. He caught her arms in mid-air and shook her, hoping that would send some sense into her, "Calm down!" He said, "We're in a hospital! And you cannot blame me for what happened." He added but somewhere deep down he knew, he was to be blamed for what catastrophe had happened that night. "Get out! I don't want to see your face and I don't want you to be anywhere near him!" She announced, tearing her gaze away from him while gritting her teeth in anger. She expected an apology from him but only received a rude reply. "I don't want to see your face either!" He confessed and stormed out of the room.

iincendiia · Sports, voyage et activités
Pas assez d’évaluations
30 Chs

A Bad Boy Tries To Fall in Love

Aku menatap gerbang yang menjulang tinggi di hadapanku, dengan bermodal nekat aku memilih sekolah yang lumayan jauh dari rumahku. Dengan langkah yang tegak dan dagu di angkat aku langsung berjalan masuk ke dalam sekolah. Ah betapa tidak sekolah ini sekolah impian untuk di daerah kampung yang lumayan besar ini. Murid yang banyak, sekolah yang memilki banyak ruangan hanya untuk tempat estrakuliner, ruang laboratorium, basket dan juga segala tetek bengek jenis olahraga. Suasana yang masih segar karena memilki banyak pohon yang rindang dan juga di depan sekolahan ada hamparana sawah yang luas, bukankah itu surga dunia? Matahri mulai bersinar dengan malu-malu, bersamaan itu setiap murid akan selalu datang ke sekolah ini dan juga akan selalu bersenda gurau dengan teman sebayanya. Dengan langkah malu-malu aku masuk ke dalam sekolahan yang sudah terlihat beberapa anak murid yang sudah siap melakukan Masa Orientasi Sekolah yang di laksanakan oleh panitia osis. Bruk “Eh sorry, engga sengaja.” aku mengusap lututku yang sedikit licet karena tersungkur badanku olehnya. Aku menatap matanya dan seketika aku meneguk ludah dengan susah payah. ‘Sialan apakah dia badboy yang akan memaki gue?’ batinku bertanya-tanya sedangkan lelaki yang ada di hadapanku hanya diam sembari menatapku tanpa berkedip. “Lo gpp?” tanyanya dnegan mengaruk kepalanya dan aku hanya menganggukan kepala saja. “Tapi lutut lo berdarah?” dengan suara yang terbata-bata sehingga membuat aku langsung menggelengkan kepala karena merasa ada yang salah. Oke aku perjelaskan, lelaki yang ada di depanku lumayan tampan dan juga dia memilih sedikit terlihat bad boy namun masih bisa aku toleransi. Wajah yang tirus tapi rahang yang lumayan tajam mempunyai pesona tersendiri bahkan dia memiliki kulit yang lebih putih ketimbang wajahku. "Sorry, engga sengaja tadi nabrak." ujar dia dengan suara terbata-bata tapi akhirnya aku bisa menormalkan detak jantungku saat melihat matanya yang teramat teduh. "Ta...," belum dia melanjutkan percakapannya tiba-tiba terdengar suara yang begitu jelas sehingga membuat dia pun langsung terjeda. "KEPADA SELURUH MURID YANG MENGIKUTI MASA ORIENTASI SEKOLAH SILAKAN MASUK KE DALAM AULA MOHON SEGERA MASUK KE DALAM AULA." dengan terburu-buru aku pun langsung menundukkan kepala sembari berpamitan kepadanya dan meninggalkan sosok lelaki yang ada di hadapanku dan tanpa aku sadari bahwa seseorang tersebut sedang menatapku dengan tersenyum tipis.

saputranugroho · Sports, voyage et activités
Pas assez d’évaluations
1 Chs
Table des matières
Latest Update
Volume 1

audimat

  • Tarif global
  • Qualité de l’écriture
  • Mise à jour de la stabilité
  • Développement de l’histoire
  • Conception des personnages
  • Contexte mondial
Critiques

SOUTIEN

empty img

À venir

En savoir plus sur ce livre

General Audiencesmature rating
Rapport