webnovel

Alasan di balik sikap itu..

Merah padam wajah Mei menahan amarahnya. Kotor wajahnya karena debu di taman ini. Teriknya sinar matahari membuat baju Mei basah oleh keringat.Di depan nya, berdiri sepupu laki laki Mei yang juga merasa sangat marah.Di pojokan taman, tiga adik Mei mengangis histeris melihat Mei bertengkar dengan sepupu mereka itu.

"Tatapan matamu itu Mei. Benar benar menjijikkan sekali !. Kau pikir kau berhak menatap ku dengan mata menjijikkan mu itu ?. Dasar miskin.! " Pixel, nama sepupu Mei yang paling sombong di keluarga Bapak nya.Memang keluarga Pixel kaya raya.Hal itu membuat Pixel merasa bahwa Mei dan adik adiknya itu tak pantas ada di rumah keluarga Tan. Keluarga besar Mei.

Berlari Mei mendekati Pixel.Ditarik nya kerah baju Pixel. Lalu dia sikut lutut kaki Pixel,hingga Pixel jatuh menghantam tanah. Lalu Mei mengunci gerakan Pixel dengan mencekik leher Pixel.Tak berkutik Pixel di bawah cengkraman Mei.Merah padam wajah Pixel berusaha untuk bernafas. Mei sudah hilang kendali. Rasa benci sudah memenuhi dirinya.

"Kau adalah orang kaya bodoh yang paling tidak bermartabat.Kau tahu itu ! Aku bahkan tak sudi menjadi kerabat pria brengsek seperti mu !, jika bukan karena uang ayahmu, kau itu hanyalah sampah masyarakat.Aku juga benci melihat mata birumu itu.Mata biru mu itu menyembunyikan sosok sampah seperti mu sehingga kau tampak bak malaikat baik hati. Kau bahkan kalah bergulat dengan seorang anak perempuan yang lebih muda satu tahun dengan mu.Kau itu lemah ! Mati saja kau sana !" Pixel sudah semakin sulit bernafas sekarang.Matanya mulai redup.

" Hentikan Mei.Lepaskan cengkraman tanganmu itu. Sikapmu itu benar benar menunjukkan betapa rendahnya kelas mu !." Bibi Lisa, Ibunya Pixel datang setelah mendengar aduan adiknya Pixel,Jon.Ibu Pixel adalah anak perempuan kedua di keluarga Tan.

Pixel masih duduk terbatuk di taman rumah besar ini.Ibu nya menepuk nepuk punggung putranya itu.Membantu putranya bernafas normal lagi.Sedangkan Mei menangis dan kemudian berlari ke ujung taman tempat adik-adiknya berdiri. Adik-adiknya juga menangis.Lalu Mei menarik lengan ketiga adiknya, mengajak mereka masuk ke rumah besar itu.Mereka berempat berjalan dengan penuh kesedihan dan air mata. Diiringi dengan teriakan dan sumpah serapah bibi Mei.

Selama seminggu ini Mei dan adik-adiknya harus tinggal di rumah keluarga besar Tan. Mamak Mei ingin agar keluarga Mei mengambil hak asuh mereka berempat.Jadi selama seminggu ini mereka sedang dalam masa percobaan. Tiga puluh menit lalu, Mei dan adik-adiknya sedang duduk di taman rumah itu.Mereka hanya bercanda dan bermain.Namun, Pixel datang dan memukul Juni, adik kedua Mei. Juni adalah anak yang bicaranya gagap. Dia sering mengalami bully karena bicaranya yang gagap. Mei merasa tak terima dengan sikap Pixel yang mengolok olok cara bicara Juni. Kemudian Mei memukul wajah Pixel sampai bengkak. Hal itu membuat Pixel terdiam dari tawa nya dan marah. Lalu terjadi lah pertengkaran itu.

"Juni, Ahadia, Januari, kalian jangan menangis lagi. Sebentar lagi Mamak pasti datang menjemput kita.Mamak pasti menepati janjinya." sesegukan Mei berusaha menenangkan adik-adiknya.

"Kapan Mamak datang kak ? Januari takut dengan bibi galak itu kak." Adik Mei yang paling kecil memeluk nya erat.Ingus Januari menempel di baju Mei.Mei lalu mengelap bersih hidung Januari dengan bajunya sendiri.

"Malam ini Mamak datang kok, Januari. Tetapi Januari harus janji agar tidak cengeng lagi. Mamak pasti datang." Mei berusaha menenangkan adik-adiknya dan dirinya sendiri.

Pintu kamar mereka di gedor kuat dari luar.Terkejut Mei dan adik-adiknya yang mendengar.Mei merasa sedikit takut bibi nya akan melanjutkan amarah nya itu.Dia memutuskan tidak membuka pintu kamar itu.

"Kak Mei, Bibi Lia datang.Dia ada di ruang tamu.Dia datang menjemput kalian."Jon, adiknya Pixel teriak dari balik pintu kamar itu.Lalu balik arah, tak ingin mendengar jawaban Mei, dia hanya memberi tahu.

"Dengar itu Januari.Mamak datang menjemput kita. Jadi ayo berhenti menangis dan temui Mamak." bujuk Mei ke Januari agar dia berhenti menangis.

Januari berlari menuju Mamak dengan kencang. Dia benar benar rindu dengan Mamak.Di peluk nya erat Mamak, lalu dia duduk di atas paha Mamak. Wajah Mamak tampak sangat lelah. Keriput Mamak di dahi semakin banyak. Pandangan mata Mamak redup. Semakin menampakkan kelelahan yang di rasakan nya saat ini. Di depan Mamak, duduk Bibi Lisa bersilang kaki. Menatap tajam Mei yang duduk di samping Mamak nya.

"Berarti kau dan adikku sekarang resmi bercerai ?." Tatapan mata bibi Lisa tajam sekali.Tidak kalah tajam dengan pandangan mata Bapak Mei.

"Ya, mulai sekarang kami bukan lagi suami istri." Mata Mamak terlihat berbinar menahan tangisnya.

Chapitre suivant