webnovel

Rena Dreams

Auteur: Fifilani
Sports, voyage et activités
Actuel · 28.6K Affichage
  • 254 Shc
    Contenu
  • audimat
  • NO.200+
    SOUTIEN
Synopsis

Renata Zhafirah, seorang gadis remaja sederhana yang mempunyai sejuta impian. Salah satu impian terwujudnya adalah diterima disalah satu sekolah unggulan menengah atas. Rena sama seperti remaja pada umumnya. Baginya, fokus dimasa muda agar kelak masa depan akan cerah. Namun, bagaimana bila ternyata sebuah impian tidak selamanya bisa terwujud dengan diri sendiri? Bagaimana bila meraih sebuah impian juga membutuhkan bantuan orang lain? Sementara saat Rena baru memulai berkenalan dengan orang lain saja langsung menelan pil pahit. "Semoga kita bisa satu kelas nanti. Lumayan, punya teman cerdas adalah impianku," ucap Adit malah berlalu pergi. "Baru saja mau punya teman malah diacuhkan seperti ini," gumam Rena.

Chapter 1Diacuhkan

Jantung Rena terus berdegup kencang. Ia berdiri di depan papan mading. Sedari tadi mencari nama-nama yang resmi diterima sebagai siswa disalah satu sekolah menengah atas unggulan di kota Jakarta.

Rena belum juga menemukan namanya. Sengaja ia melihat list nama dari urutan terbawah karena dirinya tak berharap lebih jika namanya berada diurutan awal-awal. Lagipula, alasan klasik bagi Rena karena ia tak mengenakan kacamata.

'Masa aku harus gagal lagi diterima sekolah unggulan?' batinnya sambil terus menggeser jarinya kearah atas.

Rena terus menoba lebih teliti lagi mencari namanya sendiri, Renata Zhafirah. Dari urutan seratus, sekarang matanya beralih disekitar urutan dua puluhan disana.

"Wah, ini siapa yang punya nama Renata? Nilainya tinggi banget! Diurutan pertama lagi. Adit ada yang mengalahkan otak lu, Dek," decak salah seorang lelaki di samping kanan Renata.

"Bukan masalah, Kak! Lagian aku sudah bosan selalu menjadi yang pertama," jawab laki-laki yang bernama Adit dengan terkekeh.

Mereka yang sedang sibuk bersendau gurau, Rena malah sibuk dengan jalan pikirannya.

'Itu aku atau Rena yang lain?' batin Rena dalam hatinya.

Buru-buru Rena mencoba menengadahkan kepalanya, melihat lebih detail identitas urutan pertama tersebut. Sayangnya tubuhnya yang tidak terlalu tinggi ditambah lupa memakai kacamata, cukup menyusahkannya menelisik kebenaran perkataan mereka berdua disana.

"Em... maaf, aku boleh minta tolong sama kalian berdua?" tanya Rena pada mereka sambil tersenyum ramah.

Jujur, sebenarnya Rena orangnya pemalu. Ia begitu malu memulai sapaan pada mereka. Tapi apa boleh buat, rasa penasaran Rena lebih besar saat ini dibanding rasa malunya. Lagipula Rena belum juga menemukan namanya.

"Iya, ada apa?" tanya lelaki yang pertama kali berdecak kagum tadi.

Rena perhatikan ia sepertinya sudah lebih dewasa karena telah berkumis juga.

"Maaf, Kak. Itu yang paling atas nama lengkapnya Rena siapa, ya? Terus alumni sekolah dari mana?" pinta Rena dengan lirih sambil menujuk kertas pengumuman diatas sana.

Lelaki itu pun memberitahu pada Rena. Mendengar penuturannya, Rena pastikan itu adalah dirinya. Raut wajah terlihat begitu bahagia.

Ia tak menyangka jika dirinya yang hanya lulusan anak SMP di kampungnya, bisa bersaing dengan anak-anak kota di Jakarta. Bahkan sampai menduduki urutan pertama. Prestasi membanggakan bagi Rena sendiri.

"Kamu kenal orangnya, ya?" tanya lelaki tadi.

"Em, itu—"

Belum sempat Rena menjawabnya dengan lugas, laki-laki itu malah langsung berbalik badan.

"Pasti dia anak kaya dan terkenal di sekolahnya dulu. Benar gak, Dek?"

Rena pun hanya bisa menghela nafas pelan. Bagaimana mungkin pertanyaannya lelaki itu seakan tak berpikiran bahwa Rena yang dimaksud adalah Rena yang tengah berada didekatnya saat ini.

'Hei! Aku orangnya!' gerutu Rena dalam hati. Rasanya ia ingin menjerit saja dan bersikap sombong di depan orang itu.

"Kak Fadli! Kakak ini sedang berbicara pada orang lain. Sopanlah sedikit, Kak!"

Lelaki yang sedari tadi hanya memperhatikan kakaknya berceloteh dengan Rena, langsung menegur. Lelaki itu bernama Adit.

Ia mendorong pelan bahu kakaknya yang bernama Fadli. Mungkin Adit sengaja mendorong pelan kakaknya agar ia bisa saling berhadap-hadapan dengan Rena.

"Hei perkenalkan aku Adit. By the way, selamat kamu diterima di sekolah ini dengan nilai yang sangat tinggi. Semoga kita bisa satu kelas nanti. Lumayan punya teman cerdas adalah impianku," salam Adit dengan ramah.

Uluran tangannya pun langsung berada di depan Rena. Jujur itu membuat Rena sedikit gugup bertemu dengan orang baru lalu tiba-tiba mengakrabkan diri.

"Ma-maaf! Kamu kenapa bisa tau aku yang bernama Rena? Sedangkan kakakmu sendiri—"

"Itu," sela Adit sambil menujuk kalung yang berkalut dileher Rena.

Rena langsung menunduk melihat ke lehernya. Ya, Rena lupa. Ternyata Adit mengenali namanya dari tanda kalung huruf yang terkalut dilehernya.

"Astaga! Aku baru sadar ternyata dia orangnya!" timpal kakaknya sambil memukul bahunya Adit.

"Sorry-sorry. Aku tidak kepikiran kalau Rena di pengumuman itu adalah kamu," ujar kakak Adit sambil melihat Rena dengan tatapan kikuknya.

"Sudah yuk, Dek. Kita sudah ditunggu momma di depan!" lanjutnya terburu-buru dan langsung menarik tangan Adit.

'Baru mau punya teman malah diacuhkan seperti ini' gumam Rena memejamkan matanya sendirian.

***

Rena menyiapkan diri berangkat ke sekolah. Tidak ada yang istimewa baginya di hari pertama beralih status menjadi siswa SMA. Entahlah, pertemuan kemarin sore ternyata cukup membuat dirinya merasa kurang percaya diri bertemu dengan orang-orang baru.

"Renaaa! Jangan lupa pitanya di meja," teriak mama Rena begitu ia melangkah keluar.

Astaga! Hampir saja Rena melupakan salah satu perlengkapan atribut sebagai siswa baru. Ia bergegas mengambilnya lalu pamitan dengan mamanya.

"Doakan aku, Ma. Semoga hariku selalu indah berada di lingkungan yang baru." ujar Rena sambil menyalim telapak punggung mamanya bernama Mama Ika.

"Pasti, Nak. Jangan pernah berbelok arah. Ingat belajar yang giat biar jadi anak yang sukses. Mama percaya kamu anak yang kuat. Jangan minder," titah Mama Ika menatap anaknya dengan lekat.

Rena mengangguk pelan dan melemparkan senyum termanisnya.

"Pasti, Ma!"

Lepas setelah berpamitan dengan mamanya, Rena pun menyelusuri langkah demi langkah menuju ke sekolah. Beruntunglah tempat bernanungnya yang baru itu tidak jauh dari sekolah.

Hanya butuh waktu dua puluh menit untuk berjalan kaki. Mungkin bagi orang sepertinya cukup jauh, tapi bagi Rena hal itu sudah biasa.

Rena akui sudah kuat akan keadaan yang terhimpit. Jangankan berjalan kaki, bekerja dibawah terik matahari yang menyengat pun Rena tidak gentar. Ekonomi keluarganya memang jauh dari kata berkecukupan. Mamanya hanyalah seorang asisten rumah tangga.

Rena tidak mau menyusahkan mamanya. Ia pun nyambi bekerja mencari botol-botol bekas untuk ia jual dan menghasilkan pundi-pundi rupiah nantinya. Setidaknya keperluan untuk dirinya bisa ia tanggungi sendiri tanpa menyusahkan mamanya.

'Ada, tidak, ada, tidak' guman Rena dalam hati.

Berulang kali Rena ucapkan itu dalam hatinya sepanjang perjalanan ke sekolah. Pikirannya tertuju, apakah ada orang-orang yang mau berteman dengannya nanti?

Tidak terasa, akhirnya ia pun sampai di depan gerbang sekolah barunya.

***

Kegiatan pertama selepas upacara penerimaan siswa baru adalah pembagian tim, dimana ini adalah tugas bagi siswa baru untuk mengikuti rangkaian kegiatan sebagai siswa baru.

Pembagian tim ini adalah moment yang mendebarkan bagi siswa baru saat itu, termasuk Rena. Pandangan matanya hanya tertuju pada objek-objek benda mati. Tak berani ia berkontak mata disana dengan orang-orang.

"Baik adik-adik sekalian sekarang waktunya pembagian tim. Semuanya diharapkan berbaris sesuai warna pita,"

Arahan suara bulat kakak kelas itu semakin mendebarkan para siswa. Rena pun memperhatikan sekelilingnya untuk memastikan barisan. Ternyata sedari tadi ia salah masuk barisan.

"Kamu pitanya warna merah, ya?" tanya kakak kelas yang lain. Sepertinya ia adalah salah satu panitia kegiatan juga.

Rena tersentak kaget. Ia melihat pitanya di saku baju seragam sekolahnya. Ia langsung menepuk jidat sendiri.

"Saya baru sadar, Kak," ucap Rena terkaget.

"Warna merah di sebelah kanan dekat parkiran motor sana, kesana, Dek."

Rena langsung mengangguk cepat dan buru-buru berjalan ke barisan pita merah yang diarahkan kakak panitia tadi. Entahlah, beberapa teman yang menjadi peserta MOS terdengar berbisik-bisik dan sampai ke telinga Rena.

Mungkin karena Rena menjadi bahan perhatian sebab ia tiba-tiba berjalan sendirian ke tengah lapangan untuk sekedar pindah barisan.

TO BE CONTINUED

Vous aimerez aussi

FALLING IN LOVE

Khusus Dewasa!! "Mungkin Dia hadir di hatiku di awal perjalananku, tapi kamu hadir di akhir dari perjalananku hingga akhir hidupku nanti." (Aska Aliando) Berawal hanya karena sekedar candaan Karin, di sebuah kamar pasiennya di rumah sakit. Karin yang selalu jahil dengan tiap laki-laki yang baru di kenalnya. Karena di mata Karin, laki-laki semua adalah hidung belang. Yang patut untuk di permainkan. "Apakah kamu mau menjadi kekasihku?" Kata Karin dengan santainya. "Oke...aku mau menjadi kekasihmu." jawab Aska Aliando "Tapi ada syaratnya, kamu harus menyerahkan semua hartamu..apa kamu mau?" lanjut Karin dengan suara merayu. "Baik,..aku setuju! tapi harus ada surat perjanjian kontraknya..jika kita bisa menjalani 6 bulan hubungan ini, maka semua hartaku untukmu." sahut Aska dengan serius. Perjanjian sudah tertulis dan sudah di tandangani masing-masing..bersamaan hasil lab Aska yang sudah keluar. Aska di vonis Leukimia stadium 4. Dunia Karin berubah seketika, ingin dia membatalkan perjanjiannya namun takdir mengharuskan Karin di samping Aska. Mampukah Karin bertahan dengan hubungannya tanpa berdasarkan cinta?? Dan apakah Aska bisa bertahan dari penyakitnya..dan harus meninggalkan Karin beserta harta yang di berikannya pada Karin?? 'Jangan tinggalkan aku, aku mohon..kamu harus bertahan hidup untukku..jika aku harus bertahan untuk hubungan ini..kamu pun harus bertahan untukku..karena aku sudah jatuh hati padamu!! ( Karin Aadvantika )

NicksCart · Sports, voyage et activités
4.9
529 Chs

Farmakologi Cinta

Dikisahkan dua remaja SMA yang bersahabat. Danu yang tampan, pendiam, dan pintar, bersahabat dengan Pradita si cewek tomboy, tapi punya daya tarik tersendiri. Gara-gara kalah balapan, Pradita dihukum harus menjadi pacarnya Bara selama seminggu. Wah, beneran gak tuh pacarannya? Menurut para cewek-cewek, Bara itu adalah cowok tercakep dan terkeren seantero sekolah farmasi. Udah cakep, keren, tajir, model, pinter lagi. Aaah, sempurna banget sih? Gak juga. Bara juga punya kekurangan. Ia memiliki masa lalu yang tidak akan ia ceritakan pada siapa pun selain ... Pradita. Well, Danu tidak bisa tinggal diam melihat sahabatnya terjerat cinta pada cowok menyebalkan seperti Bara. Danu terus menerus mencari-cari kesalahan Bara hingga membuat Pradita jadi kesal. Padahal Danu sendiri sudah berpacaran dengan Arini, si gadis cantik manis seperti gulali. Pradita dan Danu jadi bermusuhan. Belum lagi, Pradita menjadi rebutan para laki-laki di sekolah. Jadi, sebenarnya Danu itu sayangnya sama Arini atau Pradita ya? Lalu, apa Bara sebenarnya sayang sama Pradita atau semua ini hanya sekedar permainan? Setelah lulus SMA, mereka semua berpisah dan menjalani hidup masing-masing. Suatu hari mereka saling bertemu kembali. Siapa sangka jika Pradita si gadis preman bisa berubah menjadi wanita yang anggun dan cantik jelita? Tidakkah Danu merasa menyesal karena sempat bermusuhan dengan Pradita? Akankah Danu mencoba untuk menyatakan perasaannya yang sebenarnya pada Pradita? Siapakah pria yang akan berhasil mendapatkan hati Pradita? Temukan kisah mereka hanya di Webnovel. PERHATIAN! Buku ini mengandung konten dewasa. Harap yang masih di bawah umur untuk tidak membaca buku ini. Bijaksanalah sebelum memilih bacaan Anda. Terima kasih. Silakan follow IG saya: santi_sunz9

Santi_Sunz · Sports, voyage et activités
5.0
405 Chs
Table des matières
Volume 1

audimat

  • Tarif global
  • Qualité de l’écriture
  • Mise à jour de la stabilité
  • Développement de l’histoire
  • Conception des personnages
  • Contexte mondial
Critiques
Aimé
Nouveau

SOUTIEN