webnovel

Chapter.00 {Prolog}

*Ding! Dong! Ding!*

Suara bel sekolah berbunyi, menandakan waktu untuk pulang sekolah. Para murid yang memiliki klub pergi ke ruang klub atau lapangan sedangkan ada beberapa murid yang langsung pulang.

"Kalau begitu, aku pulang dulu" seorang gadis cantik berjalan menuju pintu keluar

Dia adalah, Kana Izumi Kelas 11-B.

"Oh, sudah mau pulang? Kau tidak ke ruang osis?" Tanya gadis lainnya yang juga teman sekelasnya. Dia adalah Nakashima Hotaru, ketua OSIS di sekolah ini.

"Maaf, aku harus membantu bibi ditoko"

"Haha... Sibuk seperti biasa, tidak hanya cantik dan pintar saja. Kamu juga suka menolong orang lain... Berbeda dengan seseorang" Hotaru berkata sambil melihat saudaranya

"Oy! Siapa yang kau maksud?" Dia adalah adik kembar Hotaru, Nakashima Haruto

"Hmm... Entahlah~"

"Hahaha, kalau begitu aku pergi dulu, sampai ketemu besok. Ketua Hotaru, dan Haruto"

"Sampai jumpa, Izu-chi! Dan juga saat diluar ruang OSIS kau harusnya memanggilku Hota-chan!"

"Hotaru, jangan buat Kanna kerepotan!"

"Cih!"

"Hahaha... Dah~" dan Izumi pun meninggalkan mereka berdua

""Ya""

"Ah! Aku lupa, sekarang ada rapat di ekskul lari!" kata Horuto

"Ya pergi sana, Hush-hush!"

"Awas kau dirumah!" Dan Haruto juga pergi meninggalkan kelas

"Jangan lupa! pastikan kamu mendapatkan posisi sebagai ACE dihari olahraga" teriak Hotaru di lorong kelas

"Ya! Serahkan kepada diriku yang tampan ini!"

"Kau tidak tampan tahu!"

"Berarti kau juga tidak cantik~"

"Kau...!"

"Hahahaha..." Haruto tertawa lepas dan melarikan diri dari Hotaru

"Hah~ mereka pergi"

Karena dikelas hanya tinggal dia sendiri, Hotaru memutuskan untuk langsung pergi ke ruang OSIS.

Selama perjalanannya ke sana, banyak murid dan guru yang menyapanya.

Seperti yang diharapkan dari siswi teladan, bukan?

Tiba-tiba Hotaru melihat dari atas gedung sekolah, seorang gadis yang berlari terburu-buru.

"Hmm? Apakah klub memasak sedang absen? Atau dia..." Hotaru melihat gadis yang dia kenal

Dia teman sekelasnya dan juga teman masa kecil Izumi, Endou Natsumi.

Dia melihat Natsumi tampak berbeda dari biasanya, entah dari raut wajahnya atau atmosfir disekitar terasa lebih... Gelap?

"... Mungkin cuma perasaanku saja"

...

Izumi saat ini sedang membantu Bibinya untuk mengelola toko kue.

"Izumi, sudah larut. Aku bisa menutup toko sendiri"

"Baik! Aku pergi dulu"

"Ya, hati-hati"

Hari ini sudah larut dan sepertinya akan turun hujan, karena bisa terlihat awan gelap dan beberapa kali terlihat kilatan cahaya.

"Oh! Bukankah ini Izumi?"

"Selamat malam"

"Kau baru selesai membantu Bibimu?"

Orang-orang disekitar sini mengenal Izumi karena dia sering membantu Bibinya dan juga, dia cukup terkenal karena parasnya yang cantik dan memiliki pesonanya sendiri.

"Ya, selamat malam"

"Hati-hati saat pulang, ya! Meskipun kamu sering kemari tapi tetap saja lebih baik untuk berhati-hati. Karena kita tidak tahu apa ada orang yang berniat mencelakakan kita"

"Ya, terimakasih atas kekhawatirannya. Aku pergi dulu!"

""Ya""

"Ingat! Jangan ikut orang yang mencurigakan!"

""Hahaha...""

"Hahaha, aku bukan anak kecil lagi, tahu!" kata Izumi sambil menengok para lansia

"Hahahaha... Bagi kami kamu tetap gadis kecil kami"

""Benar""

Izumi tahu mereka hanya bercanda, tapi tetap saja itu sedikit membuatnya kesal. Karena sebal diperlakukan seperti anak kecil, Izumi pun berpamitan kepada mereka.

Sepanjang jalan banyak orang berlalu-lalang dengan senyuman di wajah mereka, gedung-gedung yang tinggi dan memancarkan lampu seperti pohon natal. Keramaian dari pusat kota bisa lihat dan dirasakan disini.

Keseharian normal ini... Yang terbaik!

*Clab*

"Ah! Sial! Kenapa harus sekarang!?"

Dia merasakan sesuatu mengenai wajahnya, itu adalah air hujan yang sudah mulai turun.

"Ah! Padahal tinggal beberapa blok lagi sampai ke halte! Apa boleh buat, lewat jalan pintas saja"

Izumi berbelok memasuki jalan yang sedikit gelap karena kurangnya lampu pencahayaan jalan.

Di dalam jalan ini menakutkan ini Izumi berjalan dengan cepat.

"Uuh! Kenapa seram sih!"

"Meeong!!"

"Uwaah!!?"

Seekor kucing hitam keluar dari tong sampah, sepertinya dia sedang mencari makanan.

"Moh! Dasar! Jangan buat aku jantungan, tahu!"

Kucing hitam itu melihat kearah Izumi sebentar dan pergi... Atau lari dari sesuatu.

*Tap*

Izumi mendengar sebuah suara langkah kaki, itu membuatnya menjadi lebih waspada terhadap sekitarnya

*Tap tap*

Suara langkah kaki itu semakin mendekat. Izumi mempercepat langkahnya dan benar saja... Dia diikuti!

"Siapa!? Aku tidak peduli siapa kau! Asal kau tahu saja, aku ini pemegang sabuk hitam!" Karena merasa dia diikuti, Izumi sedikit mengancamnya

Dia!?

"Oh, kau rupanya! Kau membuatku sedikit takut, tahu! Nat-chan"

"... Ya" orang yang berjalan dibelakang Izumi mulai terlihat, dia adalah seorang gadis yang dikenal baik olehnya

Gadis yang tinggi rata-rata dan memiliki rambut pendek yang khas. Teman masa kecil Izumi, Endou Natsumi.

"Nat-chan? Ada apa? Saat hujan begini kau tidak bawa payung atau jas hujan"

Izumi tahu klub memasak akan selesai saat jam enam sore, jadi dia berpikir ada sebuah acara di klub karena Natsumi yang terkenal rajin akan aneh jika pulang di jam malam.

"Ah, itu... Ketinggalan, ya! Ketinggalan... Haha"

"Begitu. Dari pada disini lebih lama, ayo berteduh seharusnya didekat sini ada toko" karena hujan mulai deras Izumi berniat pergi ke minimarket untuk membeli sebuah payung

"... Ya"

Saat Izumi mulai berjalan dia menyadari bahwa Natsumi hanya berdiri di tempat.

"hmm? ... Ada ap–!? Nat-chan, kenapa kau menangis?!"

"Hiks... Izumi, aku– aku baru saja ditolak, hiks... Huwaaaa" entah kenapa tiba-tiba Natsumi menangis, air matanya bercampur dengan air hujan

Hah~ kukira ada apa, ternyata soal itu. Sahabatku Nat-chan saat ini, tidak. Dari dulu sudah menyukai seseorang. Seniornya di klub memasak yang terkenal karena sikap lembutnya.

"Sudah-sudah, berhentilah menangis, ayo bicara sambil jalan"

Saat mereka berjalan dan mulai bicara. Natsumi menceritakan kejadian disekolah.

"... Begitu ceritanya"

"Umu, aku sedikit mengerti" mendengar cerita sahabatnya Izumi sedikit bingung... Karena dia 0% pengalaman soal percintaan.

Jadi, saat dia mau menyatakan perasaannya dia malah ditolak oleh seniornya... Tapi, sepertinya ada sesuatu yang sedikit janggal disini. Karena dia bukanlah orang yang cengeng.

"Hiks! Bagaimana ini? Senpai menolak ku. Hiks"

Karena Natsumi mulai menangis lagi jadi Izumi mulai memeluknya agar membuat dia tenang.

"Hais, sudahlah jika kalian tidak berjodoh jangan terlalu dipikirkan, jika kamu butuh teman curhat kan ada aku disini, jadi jangan menangis la– Cough!!" Izumi tiba-tiba batuk dan merasakan panas yang luar biasa menyakitkan dari sekitar perutnya

Apa!? Ini... darah! Aku baru saja batuk dan mengeluarkan darah!? I-ini... Apa yang terjadi?!

"Hiks, maaf Izumi... Tapi, ini juga salahmu!"

"H- ha!? Cough!"

Salahku? Apa yang dia bicarakan!?

"Apa kau tau? Saat senior menolakku dia bicara seperti ini. 'Aku hanya menyukai Kanna Izumi saja tapi jika itu kau, maka itu mustahil!'. Apa salahku!? Aku masih bisa menahan jika dia hanya menolakku! Tapi, tapi dia berkata sesuatu seperti itu! Membandingkan diriku dengan kamu! A-aku sudah muak! Aku sudah muak memendam perasaan ini! Tapi... Apa hasilnya?"

Kau.... Sepertinya ada kesalahpahaman disini!! Ugh–!! Sial ini benar-benar sakit!!!

Tangan dan kaki Izumi mulai mati rasa, ini mungkin efek karena mengeluarkan banyak darah dan juga kedinginan dibawah hujan.

Saat Natsumi melepaskan pelukannya, Izumi bisa melihat darahnya yang bercucuran dari perutnya dan, ada juga darah di pisau yang Natsumi pegang.

"Cough! Cough! Na... Nat-chan... Cough!"

Kenapa? Kenapa sahabatku sendiri rela membunuhku hanya karena alasan yang tidak jelas ini? Haah, sial! Kenapa harus sekarang pandanganku mulai kabur.

*Bruk*

Izumi terjatuh karena seluruh kekuatannya untuk berdiri telah habis, dia bisa melihat jelas air mata jatuh bercampur dengan air hujan di pipi Natsumi... Tapi, di raut wajahnya penuh sukacita dan nafsu!

A-ada apa ini?! Senyuman itu... Itu bukanlah senyuman Natsumi yang kukenal!!

Kemana gadis periang itu pergi? Seseorang yang bisa saling menjaga rahasia, tertawa bersama, mau suka ataupun duka akan saling melengkapi, sahabatku... Natsumi.

Natsumi perlahan mendekat sambil mengangkat tinggi pisau yang berlumuran darah.

Ja-jangan! Hentikan ini!! Tolong hentikan ini!!!

"Hehehe... Izumi, tolong jadilah jembatan untuk... Hubunganku dan senior! Sekarang ini adalah kisah milikku!! Hehehehehehehehehehehehehehehehe"

*Jebleb!*

"AAAaaaggh—!!!!"

Pisau itu tepat menusuk ke perut Izumi, dan darah semakin banyak darah bercucuran.

"Aaagh!! Hen– tolong hentikan!! Sakit!!"

"Hehehe... Hahahahahaha... Sakit? Bagus sekali! Aku berniat agar kau merasakan rasa sakit yang kurasakan! Jadi matilah! tapi sebelum itu nikmati ini hingga ke neraka, Izumi!!"

*Jleb!* *Jleb!* *Jleb!* *Jleb!* *Jleb!* *Jleb!* *Jleb!* *Jleb!* *Jleb!* *Jleb!* *Jleb!* *Jleb!*...

Lagi dan lagi tusukan itu dilakukan oleh Natsumi. Lagi dan terus berlanjut. Hingga...

Izumi melihat sebuah cahaya kecil yang berkedip sedikit jauh dari tempatnya sekarang, karena tempat itu gelap dia hanya bisa melihat cahaya itu... Cahaya dari sebuah smartphone yang sedang merekam video.

Si-siapa?... !!?

Meski pandangannya mulai kabur dia bisa merasakan perasaan familiar dari orang itu.

"Aagh... Ku... Mohon– cough! To... Long... Cough!!"

Larilah!!! Disini berbahaya! Setidaknya, setidaknya kau juga tidak terluka!! Kumohon!

Karena melihat Izumi memohon untuk dikasihani, Natsumi tersenyum puas. Tapi, dia menyadari sesuatu... Izumi tidak memohon kepadanya, tapi ke seseorang– seseorang yang berada dibelakangnya.

"Siapa!!?"

Natsumi langsung menyadari sosok itu lalu mulai mengejarnya. Izumi ditinggal sendirian dengan darah yang keluar dari luka tusukan pisau... Perlahan rasa sakit yang luar biasa itu hilang dan pandanganku menjadi kabur.

Ah~ apa aku akan mati disini? Padahal banyak pekerjaan yang harus diselesaikan, dan juga aku masih belum selesai menonton anime musim ini, dan membaca komik juga novel yang akan rilis... Ah! seharusnya besok! Besok adalah event di game dengan rate-up UR 80%. Sayangnya aku tidak bisa main lagi.

Perasaan dingin itu seakan mencengkeram seluruh tubuhnya, Izumi sudah tidak bisa terlihat lagi cahaya kehidupan dimatanya.

Disini gelap juga dingin... apakah ini yang disebut flashback sebelum kematian?

Dia mengingat kembali orang-orang yang dia sayangi.

Ayah, ibu... Maaf aku tidak bisa menemani kalian lagi. Kakek, nenek... Terima kasih atas ajaran kalian selama ini. Paman dan bibi juga, maaf dan terima kasih atas segalanya.

*Hiks*

Hotaru... Maaf, kau sekarang harus mengerjakan tugas osis sendirian. Tapi selama ada anggota lainnya dan Haruto, pasti mereka akan membantumu untuk menyelesaikannya.

Sahabatku, Natsumi, jangan sampai kau bertindak salah lagi, dan juga kau harus bertanggung jawab atas segala perbuatanmu ini!

Dan Haruto... Aku sebenarnya sudah mengetahui perasaanmu kepadaku, haha. Maaf, jika tahu akan begini aku pasti akan menyatakan perasaanku duluan... Aku benar-benar minta maaf... Aku sangat-sangat mencintaimu, Haruto.

Tolong, selamatlah...

"Hiks! Hiks! Seharusnya sekarang aku sudah di alam baka, kan? Setidaknya aku sudah beberapa kali berbuat kebaikan, setidaknya aku masuk neraka walaupun hanya sebentar... Tapi kenapa aku masih disini?"

Rasa sakit dan dingin itu sudah lama hilang. Tapi, perasaan memiliki tubuh, dan kebiasaan bernafas masih ada... Pertanda bahwa Izumi masih hidup

"Ok, ini menakutkan— Ugh!!?"

Dia merasakan tubuhnya seperti tertimpa? Tapi ini seluruh tubuhnya yang merasakan, seakan... Dia sedang ditekan, diselimuti atau dikurung oleh sesuatu.

Huh!? Ini... Apa cuma perasaanku saja atau ini semakin ketat? Sempit? Yah, apapun itu ini sulit sekali untuk bergerak! Ugh! Lagi!?

*Krak!*

Suara itu? Apakah ada sesuatu yang retak? Yah, siapa peduli. Tapi kenapa sekarang jadi lebih sejuk? Dan juga udara yang menyegarkan ini...

...

"Ah! Aku sudah dapat melihat kepalanya! Sedikit lagi yang mulia!"

*Krak!*

Seorang pelayan mengawasi sebuah telur didalam ruangan yang megah, diawasi oleh sesosok mahluk yang besar.

"Uh! Cepatlah! Aku tidak sabar lagi!"

*Krak!* sebuah kaki putih mungil terlihat

*Trak!* Lalu sebuah ekor yang keluar

*KrrrrrrkTrakssh!* Telur itu pecah sepenuhnya, memperlihatkan sebuah mahluk berwarna putih... Kadal? Bukan! Itu adalah seekor bayi naga!

"Dia sudah lahir! Dia anak perempuan yang manis!"

"Kyuu~"

Bayi naga itu gemetaran, mereka berdua memakluminya karena untuk keluar dari telur akan memakai banyak energi.

"Ah, aku ingin mengendongnya"

"Silahkan... Tapi anda harus menonaktifkan skill anda terlebih dahulu"

Lalu mahluk besar itu yang juga merupakan naga berubah menjadi seorang manusia.

"Ah, baik! lihat dia... Imutnya! Selamat datang di dunia ini putri kecilku" dia memegang bayi naga itu dengan sangat hati-hati, seakan jika dia menambahkan sedikit kekuatan, bayi itu akan mati.

"Kyuu~"

"Kyaa! Lihat dia gemetaran begini, Imutnya!"

Hmm, Berisik sekali...

"Ya, nona! Ah! Dia akan membuka matanya!"

Ada apa sih—!!?

Bayi naga itu membuka matanya, terlihat bola mata yang cantik berwarna emas

"Kyuuuu!!?"

Huh? Haaah!!? Tung-tunggu sebentar!! Seharusnya aku sudah mati, kan? Tapi... Kenapa disini? Dan juga mereka besar!! Jika diungkapkan dengan kata-kata itu adalah gunung Everest!

*Tok tok*

"Bolehkah aku masuk?"

"Oh, Arga. Lihat! Dia sangat manis kan?"

"Ya... Dia seperti kamu" sesosok bayangan besar mulai berjalan perlahan menuju kedalam ruangan

"Kyuu! Kyuuu!"

Tunggu!! I-itu kan!? Apakah mataku rusak? Itu kan... Naga!

Sosok bayangan itu adalah seekor naga emas.

"Oh, dia melihat kearah mu! Fufufu, sepertinya dia tahu siapa papanya!"

Jangan bilang aku seperti yang ada di komik dan novel yang sering aku baca... Aku telah bereinkarnasi!

"Dia cantik sepertimu, Lecty"

"Tentu saja! Dia adalah putriku!"

"Putri kita, jangan lupa matanya bermata emas sepertiku!"

"Kyuu!?"

Haah!!? Tunggu dulu! Berarti wanita yang sedang memelukku ini adalah ibuku yang sekarang? Eeh!?! Berarti besar kemungkinan, hehehe... Itu juga akan aku warisi kan? Eheheh... Akhirnya aku bisa mempunyai itu!

Dan berarti dia ayahku? Umu, orang tuaku disini juga menawan... Tapi, bukankah ibuku ini cantiknya tiada tara? Aku sudah bertemu banyak orang tapi belum pernah melihat seorang pun yang memiliki aura sepertinya. Ayahku juga, dia tampak berwibawa dan dapat bertanggung jawab.

karena Izumi melihat kearah pria itu– ayahnya terlalu lama jadinya wanita– ibunya yang sekarang menggodanya "Hmm? Ada apa, si imut kecil? Itu papamu, loh"

"Kyu kyuu!"

Iya, aku sudah tahu! Tapi masalahnya aku belum punya nama, kan? Ayo beritahu aku namaku!

"Apa dia lapar?"

"Kyuu..."

Hmm... Sepertinya belum. Yah, tapi aku agak sedikit lapar

"Hmm... Sepertinya bukan itu. Ah! Ngomong-ngomong, apa kau sudah menemukan nama untuk putri kita?"

"Kukuku... Tenang saja! Aku punya nama yang bagus untuk diberikan kepada putri kecil kita"

"Hoho... Benarkah?"

"Ugh! B-benar... Ya! Mungkin?"

Sepertinya ibuku ini suka menjahili orang, ya? Dan juga, apa maksudnya mungkin!?

"Jadi siapa namanya?"

"Sherly... Sherly Arks Yggdrasil"

"Oh! Itu nama yang cantik!"

"Benarkan! Aku bisa melihat dia nanti akan menjadi ratu yang memimpin seluruh naga di masa depan"

"Tentu, dia kan putri kita. Juga seorang putri kerajaan Yggdrasil, jadi hampir mustahil ada orang yang dapat mengalahkannya, kan"

"Kukuku... Tentu saja! Dia juga adalah salah satu ras tertinggi dan terkuat, ras Dragonoid"

"Kyuu!... Ku-kyuu? Kyuuu!?"

Tunggu sebentar!!! T-tadi baru saja aku di sebut sebagai apa? Putri kerajaan!?

EEeeeeeeh!? Tidak hanya bereinkarnasi. Aku juga menjadi putri kerajaan dari bangsa ras naga!!? Apa yang akan terjadi kepadaku mulai sekarang?

"...Kyuuu~"

Dan juga, apa itu Dragonoid? Apa berbeda dengan naga (Dragon) pada umumnya...???

.

.

.

.

.

«To be Continued»

Chapitre suivant