Chapter 24. PATH OF INCEST
Hari berlalu menjadi bulan, dan bulan berganti menjadi tahun. Raia tetap berkultivasi tanpa henti, walaupun Lily akan selalu menggodanya dan mengatakan lelucon dewasa.
Meningkatnya tahun, begitu juga dengan meningkatnya basis budidayanya.
Setahun yang lalu atau sekiranya, Raia mengalami kemacetan dan tidak dapat meningkatkan levelnya lebih jauh, tetapi beberapa hari kemudian setelah kemacetan, energi yang kaya akan aura kehidupan tiba-tiba muncul entah darimana, Raia tidak menghabiskan banyak waktu dan mulai menyerap energi penuh kehidupan tersebut.
Segar dan penuh energi.
Sulit dijelaskan dengan kata-kata, yang pasti adalah Raia menjadi bersemangat.
Sekaligus menderita.
Setiap Raia menyerap energi penuh kehidupan tersebut, tubuhnya perlahan menjadi lebih kuat dan kesehatannya meningkat.
Bukan hanya itu, tetapi Raia juga merasa setelah ia menyerap energi ini, energi yang diperlukan untuk meningkatkan level telah terisi 5% dan itu adalah margin yang cukup besar.
Selama beberapa tahun, ia hanya dapat mengisi 19% energi dari 100% yang dibutuhkan untuk meningkatkan level.
Tetapi dengan menyerap energi ini, ia meningkatkan persentasenya menjadi 24% dan itu hampir seperempat.
Tetapi, ada keuntungan selalu ada kerugian, setelah menyerap energi ini, Raia merasa energi yang ia kumpulkan diserap entah kemana.
Bagian bawah pusarnya terasa panas dan sesuatu telah menyerap energinya langsung dari pusatnya.
Semua makhluk hidup memiliki wadah untuk menampung energi di tubuh mereka, dan manusia memilikinya di sekitar bagian bawah pusar.
Setiap hari terasa menjengkelkan, tetapi Raia tidak berputus asa, ia terus menyerap energi kehidupan itu lebih cepat dan lebih banyak dibandingkan energinya yang hilang.
Kemudian, waktu berlalu sangat lambat dan Raia masih terus melakukan hal yang ia lakukan selama waktu yang tidak diketahui.
Tetapi satu-satunya kabar baik adalah Raia saat ini sudah berada di level 90, dan ia menyelesaikan kultivasi yang selalu ia lakukan setiap hari, dengan ledakan energi mana yang mengamuk keluar dari tubuhnya dengan meledak-ledak.
*Crakk*
Suara pecahan terdengar dan Raia perlahan membuka kedua matanya, langit-langit tidak jauh darinya terlihat retak dan seberkas cahaya buram menyinari satu-satunya kegelapan.
"Sudah selesai?"
Raia menoleh kebawah dan melihat putri satu-satunya yang ia miliki, Lily, perlahan membuka matanya yang mengantuk.
"Iya, sudah selesai. Setidaknya untuk saat ini." Raia menepuk kepala Lily dengan senyum yang ia bentuk tanpa sadar.
"Omong-omong Lily, sejak kapan kamu tidur dipangkuan ku? Aku bahkan tidak merasakan beratnya." Raia bertanya pada Lily yang masih setengah sadar.
"Aku adalah perwujudan dari energi hingga untuk saat ini aku tidak memiliki berat badan. Ditambah kami saat ini berada di dunia mental hingga tidak mungkin untuk memiliki massa."
Raia menghela nafas, ia melupakan bahwa putrinya terbuat dari energi yang sama sekali tidak memiliki massa.
"Apa ayah tahu sudah berapa lama ayah berkultivasi?"
Raia memiringkan kepalanya menunjukan ia sendiri bingung. Walaupun Raia sedang berkultivasi ia tidak lupa untuk selalu menghitung hari.
Raia mengingat ia kehilangan hitungan terakhirnya, saat hitungan itu sekitar 5 tahun, dan jika ia mengira-ngirakannya lagi maka ia sudah berkultivasi selama 10 tahun.
"10 tahun kan?"
"Apakah itu benar?"
Apakah itu benar? Raia bingung, ia sudah menghitung waktunya seakurat mungkin dan ia pastinya tidak melakukan kesalahan hitungan yang terlalu besar.
"Entahlah, apakah hitungan ayah salah?"
"Aku juga tidak tahu, menurut hitungan ku yang sebenarnya ... Waktu yang ayah habiskan saat berkultivasi sudah menginjak 100 tahun."
Mendengar kata seratus tahun, Raia membelalakan mata, bahkan lebih terkejut saat ia melihat wajah Lily yang serius.
"A-apakah itu benar?!" Raia bertanya dengan tidak pasti dan berharap bahwa Lily akan memberikan jawaban yang lain.
Jika itu benar, maka Raia sudah membuang-buang waktu selama seratus tahun dan ia membayangkan bagaimana perubahan yang dialami keluarganya selama waktu yang lama itu?
"Menurut perhitungan ku, itu benar bahkan sangat akurat ... Tetapi, setiap aku menghitung waktu dengan metode yang berbeda, hasilnya akan berbeda pula."
"Haa? Apa maksudnya menghitung dengan metode yang berbeda?" bahkan Raia sendiri menampilkan ekspresi bingung dan bertanya pada putrinya.
"Rata-rata jantung orang dewasa akan berdetak 100.000 kali perhari, sementara itu, rata-rata manusia akan mengambil nafas 17.000-30.000 kali perhari."
Raia hanya bisa diam, ia banyak membaca buku di bumi tetapi ia selalu lupa isinya setelah membaca yang lain. Tetapi itu dibumi, disini ia bisa membaca ribuan buku tanpa lupa satupun info penting. Tetapi Raia tidak menduga bahwa ia melupakan pengetahuannya di bumi.
"Saat aku menghitung dengan memperhatikan nafas ayah, aku dapat mengira bahwa satu hari sudah lewat karena ayah sudah melewati 17.000 nafas.
Tetapi saat aku memperhatikan yang lain, aku merasa aneh karena detak jantung ayah hanya berdetak sekitar 10.000 kali.
Hal ini membuat ku tidak pasti tentang waktu yang sebenarnya, dan ayah mengatakan hanya 10 tahun sudah lewat padahal aku sudah menghitungnya 100 tahun.
30 tahun dihitung melalui detak jantung, dan 70 tahun melalui metode mengambil nafas."
Lily akhirnya diam dan ia melihat ekspresi yang Raia buat.
Buruk.
Waktu terlalu kacau untuk dihitung.
Melihat itu, Lily tidak menunjukan kebingungan sama sekali tetapi wajahnya yang mengantuk masih terlihat.
"Jika ayah tidak punya hipotesis, maka aku punya."
Mata Raia bersinar dan ia menatap Lily dengan bangga, seperti yang diharapkan dari anakku.
"Biarkan ayahmu mendengar."
"Hehe~ tepuk aku lebih banyak!"
"Baik~ terima ini!" Raia menepuk kepala Lily lebih banyak dan sesekali Raia membelai rambutnya.
Raia memandang rambut warna putih agak kebiruannya, warna itu terlihat menyejukan mata dan membuat Raia bernostalgia dengan keluarganya.
Lily tidak bodoh dan jelas ia melihat itu, ia akhirnya berbicara dengan tepukan di kepalanya. "Menurut perkiraan ku ... Itu kakek!"
"Kakek? Ahh~ ayah! Kenapa dengan dia?"
Raia sempat bingung dengan kata 'Kakek' tetapi Raia segera ingat dengan keadaanya saat ini.
"Ya, kakek masokis itu! Ayah mungkin tidak mengetahuinya tetapi kakek adalah penyihir waktu."
"Hoo~ aku pikir kemampuannya adalah kristalisasi."
"Itu tidak salah juga, apakah ayah ingat saat ayah di kelilingi kristal?"
"Ya, itu adalah yang paling mejengkelkan! Lily, ingat, jika kamu bertemu kakek pastikan tendang selangkangannya! Ini dendamku padamu anakku."
"Ahh~ kakek yang malang ... Tetapi yang ia lakukan sebenarnya adalah mengacaukan aliran waktu disekitar ayah, yang membuatnya menjadi kristal padat. Kristal padat inilah sumber dari kekacauan waktu yang terjadi disini. Aku tidak yakin apakah ini benar atau tidak, tetapi pastikan setelah system ayah aktif, ayah akan bertanya pada system."
"Oke, akan kuingat baik-baik, tapi pastikan kamu akan memanggilnya Rui nee-san atau sejenisnya dilain waktu."
"A-apa? Kenapa kamu terlihat sangat ogah untuk itu? Apakah kamu membenci Rui? Atau kamu berbuat salah padanya?"
...
"Aku hanya tidak mau." setelah diam sesaat ia menjawab kekhawatiran ayahnya. "Ri atau apalah selalu mengatakan bahwa ia akan membuat anak terlebih dahulu dengan ayah sebelum aku dan itu menjengkelkan!"
Hmm ... Jadi yang membuat Lily termotivasi untuk membuat anak bersamaku adalah Rui?
Raia tidak tahu harus bagaimana tetapi jika Rui sudah kembali aktif, ia memutuskan untuk memanjakan Rui semampunya karena pekerjaan bagus yang ia buat.
"A-ayah!! Apa yang ayah pikirkan dasar mesum! Apakah kamu berniat berhubungan badan terlebih dahulu dengan Rui sementara aku sendirian di sini?!"
Saat ia Raia terdiam, ia melupakan fakta bahwa Lily dapat mengetahui pikirannya. Lalu Lily, aku tahu kamu ingin membuat anak, tetapi tidak sekarang.
"Tidak! Aku tidak akan berhungan badan terlebih dahulu, setidaknya untuk saat ini."
"Lalu bagaimana dengan di masa depan?"
"Hmmh ... Sederhana, kamu akan mendapatkan saudara lain itu saja."
"Ayah!!! Hamili aku dulu maka akan kubiarkan anda membuat anak dengan yang lain! Bagaimana dengan pendapatmu?!"
"Owwkeeyy baaaayiik-baayiik, Lily, jawwwngan mwaainkan pvipi ayahmu!"
"Oh~ baik." kemudian Lily melepaskan pipi ayahnya dan melihat bahwa ia merah ditempat ia mencubitnya.
"Ughh! Agak sakit." Raia mengerang kesakitan sambil menyentuh pipinya yang sebenarnya adalah pura-pura.
"Lemah!"
"Lemah? Hoo~ bagaimana dengan ini!!!"
"T-TWwungg awyyah~ jawnganw mwainkwan wakwuuu! Waayahh!!"
"Ahh? Kenapa pipi ini begitu kenyal! Aku gemas!"
"Swttop-swtoop!!"
Raia memandang Lily yang memiliki air mata disudut matanya dengan pipi memerah.
"S-sakit~ ayah, jahat! Hmmph!" Lily menggosok pipinya yang sakit dan menggembungkan pipinya. Terlihat merah dan lucu seperti seekor hamster.
Ya tuhan~ terlalu imut!!
"Owwn ... Terimakasih."
Ah ya benar, aku lupa akan hal itu lagi.
Raia melihat Lily yang mencoba tetap memiliki ekspresi malasnya, tetapi sekarang itu sepenuhnya memerah.
Sifatnya yang satu ini, adalah kombinasi antara sifat Raia dan Sany, sama seperti Sany, tidak tahu seberapa malunya dirinya, ia hanya akan mengalihkan pandangan dan tidak mencoba untuk menutupi wajahnya dengan telapak tangannya.
Jika ia ingin menutupi wajahnya yang malu, Sany akan segera membenamkan wajahnya di bantal atau sesuatu yang dianggapnya nyaman.
Waktu berlalu dengan ayah dan anak saling membicarakan hal-hal lucu atau yang menurutnya seru.
Hingga akhirnya momen harmonis mereka terganggu dengan ruangan yang sedikit bergetar.
"Aku kira itu datang lagi, dan kali ini dalam jumlah yang besar. Bisakah kamu membantuku untuk menyerap sebagiannya?"
Raia berbisik di telinga Lily yang duduk dipangkuannya.
"Walaupun aku tidak pernah mempraktikannya, aku mengetahui semua yang harus dilakukan dari pengetahuan ayah."
"Begitu saja lebih baik." Raia mengangguk dan memeluk lebih erat putrinya.
Raia merasakan firasat buruk dan baik secara bersamaan, lalu dengan pengalamannya ia tahu bahwa ia akan segera berpisah dengan anaknya. Tetapi ia merasakan firasat baik yang lebih besar, lagipula tempat ini adalah inti kesadaran miliknya, jadi jelas ia bisa mengunjungi tempat ini lagi sesuka hati.
Tapi, Raia bertanya-tanya, "Bagaimana cara memasuki ruangan ini kembali?"
"Sederhana saja, jika kamu ingin masuk maka masuklah." Lily yang bersandar di dada Raia, sedikit monoleh kearahnya dan berkata dengan senyum.
Raia senang.
Ia merasa bodoh untuk menghkawatirkan hal yang tidak perlu, ya ini adalah tempat miliknya, rumahnya, kenapa ia perlu izin untuk memasuki rumahnya sendiri?
Haha bodoh! Raia mengelus kepala Lily, ia juga menikmatinya.
Sekali lagi momen harmonis terganggu dengan sejumlah besar energi memasukinya.
Energi yang memasuki tempat ini jauh lebih banyak daripada yang bisa ditampungnya. Dan itu membuat ruangan ini mengalami kekacauan energi dan akibatnya retakan di langit-langit menjadi semakin lebar dan semakin banyak.
"Lily!"
"Iya!"
Tiba-tiba di dahi Raia, tato lingkaran gelap tercipta. Terlihat begitu gelap dengan cincin berwarna agak keemasan di tengahnya. Itu terlihat mendominasi tetapi elegan di saat yang sama.
Tetapi itu bukan hanya tato biasa karena energi yang berlimpah di ruangan itu segera dikurangi dengan cepat. Ya benar, tato itu menyerap aliran energi yang begitu kaya tanpa berhenti sedikitpun, dan energi yang ia perlukan untuk meningkatkan ke level 91 hampir terpenuhi.
"Jadi ini?" Raia kagum. Tetapi segera ia mengubah ekspresinya karena ia merakan energi yang ia simpan mulai terkuras entah kemana.
"Bajingan! Mari kita bermain tarik ulur!" Setelah Raia mencapai level 90, konstitusi tubuhnya meningkat 3 kali lebih banyak daripada saat ia level 89.
Dan Raia merasa kultivasinya berada di level lain, itu terbukti jelas karena tato hitam inilah salah satu manfaatnya, ia bisa berkultivasi melalui cara apapun, tidak harus duduk, sekarang ia bisa berkultivasi sambil bermain atau tiduran.
Waw, menjadi lebih kuat hanya dengan tiduran adalah hal baik.
Raia melihat bahwa Lily mengalami sedikit kesulitan menyerap energi, dan itu wajar mengetahui bahwa ini adalah pertama kalinya.
Tetapi Raia harus terkejut karena beberapa detik kemudian, Lily membuka kedua telapak tangannya dan pusaran energi tercipta di telapak tangannya.
Perlahan-lahan, energi yang begitu kaya akan aura kehidupan dipadatkan menjadi sebuah pil makanan kecil.
Raia kagum dengan keahliannya, ia merasa bahwa dirinya kurang kreatif dan fleksibel untuk beberapa hal.
Retakan di langit-langit semakin banyak dan lebar karena tarikan dari kedua kubu secara perlahan menghancurkannya baik dari luar ataupun dari dalam.
Saat waktu berlalu dan energi kehidupan sepenuhnya habis, sementara energi yang ia simpan semakin terkuras.
Raia menghela nafas dan melihat bahwa Lily menatapnya dengan penuh harap.
"Ada apa?"
"Jangan bodoh! Apa kamu akan menyerah sekarang? Makan ini segera dan hancurkan tempat ini!"
Raia terdiam melihat putrinya yang tiba-tiba membentaknya. Ia merasakan sensasi yang aneh dan ia tidak tahu apa itu.
Apakah ini yang dirasakan seorang ayah saat mengetahui putrinya mulai dewasa?
Huhu~ sedih! Putriku sudah dewasa!
Oh tunggu, walaupun dia anakku dia sebenarnya seusiaku.
"Aku akan menunggu beberapa hari lagi."
"Bodoh! Jika seperti itu levelmu akan turun lebih dulu! Sekarang atau tidak selamanya!
A-apa? Apa ayah ingin mengatakan bahwa aku lebih baik yang menyerapnya? Aku berterimakasih untuk itu tetapi ayah lebih membutuhkannya!
Yaaa!!! Ayah menolaknya lagi! Aku tahu pikiran ayah! Segera keluar dari ruangan ini dan buat banyak istri!"
Raia terdiam, ia sama sekali tidak memiliki peluang untuk mengelak dengan pikirannya yang dibaca. Tetapi ia tidak merasa jengkel sama sekali dan justru merasa senang.
"A-ayah cabul! Apa kamu suka diintip?!"
-_-
Aku mengubah pikiranku.
Raia menghela nafas memutuskan untuk tidak menanggapi.
Tetapi Raia tidak mengetahui sebuah fakta penting.
*gucchu!*
Raia membelalakan matanya saat bibirnya mengenai sesuatu yang lembab dan manis.
Raia tidak diberikan kesempatan untuk melakukan perlawanan, karena Lily segera menciumnya lebih dalam dan Raia hanya bisa menerimanya, menerima sesuatu memasuki mulutnya.
Lily menyelesaikan ciuman itu dengan seutas air liur tergantung dimasing-masing lidah mereka.
Raia menatap putrinya dengan rumit saat ia merasakan sebuah pil berada di mulutnya, karena Lily sudah begitu keras untuk membantunya, ia harus menerimanya.
Segera Raia menelan pil tersebut bersamaan dengan liur manis Lily, memikirkan dirinya menelan liur putrinya, itu membuat sesuatu dalam dirinya bangkit dan ia mulai menikmati perasaan itu, perasaan saat ia menikmati tubuh anaknya.
Maka dengan adegan klise ini, sudah jelas bahwa Raia memasuki jalur Incest!
Raia mulai memiliki pikiran untuk menyenangkan putrinya suatu hari.
Tepat saat pil melebur di dalam tubuhnya, energi yang dibutuhkan untuk meningkatkan level sudah sepenuhnya penuh.
Dan dengan kecepatan sangat luar biasa cepat, energi di dalam tubuhnya diserap gila-gilaan di setiap bagian tubuhnya.
Tubuhnya secara perlahan berevolusi, ototnya tidak semakin banyak tetapi siapapun bisa melihat ototnya dibalik piyamanya.
Tubuhnya seimbang, tidak memiliki terlalu banyak otot atau terlalu besar seperti binaragawan, tetapi cukup seimbang dengan tinggi badannya.
Raia merasakan energi yang ia simpan sudah sepenuhnya habis diserap tubuhnya, segera energi yang merembes keluar dari tubuhnya mulai menghilang, karena tubuhnya mengisolasi energi tersebut hanya agar tetap di dalam.
Bersamaan, sesuatu yang selalu menyerap energinya pun ikut berhenti.
Raia tahu bahwa ia telah menginjak level 91, level dimana itu lebih tinggi daripada ayahnya.
Raia melihat Lily yang juga menatapnya penuh harap, Raia mengerti dan mencium bibir tipis Lily.
Itu bukan ciuman penuh gairah atau apapun, Raia hanya memberinya ciuman ringan dan segera menyudahinya.
Raia melihat Lily memerah dan ia terlihat sangat malu, Raia berpikir bahwa itu wajar karena itu adalah ciuman pertamanya.
Seperti yang ia rasakan sebelumnya, tubuhnya menginnginkan hal yang lebih. Tetapi Raia segera mengendalikan nafsunya karena tempat ini bukan sesuatu yang pas untuk melakukan itu.
"Aku rasa, sudah saatnya ayah untuk pergi."
"Ya, ayah akan segera mengeluarkanmu dari sini, secepatnya."
Lily meringkuk dalam pelukan.
Suasana hening, tetapi Raia memiliki kesadarannya akan hilang, ia terasa sangat mengantuk dan ia mencoba menahan kantuknya sedikit lebih lama tetapi percuma. Ia mencium dahi Lily dan akhirnya ia hehilangan kesadarannya.
...
Raia merasakan tubuhnya berat, dan ia membuka mata, tetapi ia segera menutupnya kembali saat ia melihat semuanya bercahaya.
Menyilaukan!
Raia berjuang membuka mata dan perlahan mencoba terbiasa dengannya, tetapi ia tetap merasakan sensasi aneh saat ia melihat cahaya menyilaukan.
Tetapi pandangan Raia teralihkan saat melihat seseorang yang menyerap semua cahaya menyilaukan itu.
Raia merasa bahwa ia harus berterimakasih kepada orang ini karena membantu matanya terbiasa, dan ia juga merasakan kenyamanan pada orang ini.
Raia sedikit memundurkan wajahnya untuk melihat seperti apa rupa orang ini dengan jelas.
Ia melakukannya, dan segera ia melihat seperti apa rupa sebenarnya orang itu.
Wanita. Itu jelas dari postur tubuhnya.
Tetapi saat Raia melihat wajahnya, ia tidak bisa berkata apa-apa.
Surga ...
Aku bersumpah pernah melihat wajah ini disuatu tempat tapi ia tidak ingat dimana itu.