webnovel

Re Life In Anime World

Saya seorang otaku yang hanya suka berdiam diri di kamar sembari menonton anime terkadang melihat manga erotis. Aku mungkin seorang manusia yang gagal namun aku tetep berpendirian teguh pada budaya otaku ku ini, aku tak ingin keluar untuk sekolah ataupun berinterkasi, aku tidak ingin sama sekali. Orang tua ku bahkan sampai tak peduli lagi padaku, namun dibalik ketidak pedulian mereka, mereka masih lah orang tua yang sayang padaku, tak lupa setiap hari mereka menyisakan makanan untuk ku makan. Suatu hari aku menonton anime yang bercerita tentang kehidupan sosial, disitulah aku menonton dan menonton hingga aku merasakan hatiku bergejolak. "Mengapa diriku menjadi seorang pecundang seperti ini? Aku harus mengubah hidupku ini!" Aku berlari keluar kamar untuk mengatakan kepada orang tua ku bahwa diriku akan berubah, namun naas aku tersandung plastik makanan ringan dan menghantam lantai kamar dengan kepala terlebih dahulu. Pandangan ku kabur, saat ku sentuh dahi ku darah terlihat di tangan ku, saat itu pula Tuhan mengambil nyawa ku. #jika ada kata yang kurang tepat, segara komen agar cepat di perbaiki dan kalian bisa lebih enjoy dalam membaca cerita ku

U_ardi · Anime et bandes dessinées
Pas assez d’évaluations
273 Chs

220.) We Are

Dua hari di rumah sakit dan akhirnya pulang.

.

Masih tinggal di apartemen.

Keluarga besar masih berada di apartemen kami, sebab mereka masih membantu mengurus tiga bayi kembar dan si ibu.

Jam 8 malam.

Ruang tamu menjadi ruang tidur sekeluarga (keluarga Yumi saja, ibuku dan Oono kembali ke apartemenmya)

Aku hendak bergabung tapi sudah tidak muat, jadi ya sudah tidur sendiri saja di sofa.

"Haruka, nantinya kamu akan sewa babysitter?" ibu bertanya

"Iya bu, soalnya nantinya aku dan Yumi akan sibuk dengan urusan masing masing"

"Duh duh kasihan anak anak mu nanti dong"

"6 bulan sampai bulan september, baru setelah itu kami sewa babysitter"

"Kamu masih akan kuliah Yumi?" ayahnya bertanya

"Masih yah, sayang jika aku tidak melanjutkan kuliah"

"Hmmm, susah juga jika begitu, bukannya apa tapi menyewa pengasuh bayi itu terkadang riskan, mulai dari perlakuan ke bayimu, makannya bagaimana, dia jujur atau tidak dan lain lain, apa kalian tidak khawatir?"

"Ya mau bagaimana lagi yah, jika satu bayi mungkin masih kuat kami gantian jaga, tapi jika 3 tidak mungkin" balas ku

"Nanti setelah kami pergi kamu mau minta ibumu dan Oono membantu mengurusnya?"

"Yap, soalnya ya aku masih ada kuliah dan kerja" ucap ku

"Hmm jika kalian butuh bantuan untuk mengurus bayi bilang saja ke ibu, ibu bisa membantu sekitar 2 minggu dalam sebulan jika kalian ingin" ucap ibunya

"Kebaikan ibu akan saya gunakan nanti"

.

1 minggu kemudian keluarga Yumi balik ke Tokyo, tinggal aku dan Yumi di apartemen.

Sembari menunggu bayi yang tengah tidur ku barengi dengan mengerjakan novel, niatnya 150 tamat, tapi ternyata plot baru muncul di otak ku jadi sekarang lanjut hingga 192.

Jam 6 petang.

"Jangan mainan laptop terus, itu anak di lihat jangan sampai ada nyamuk yang menggigit" ucap Yumi mengingatkan(dia sedang menyusui bayi pertama)

(Nama bayi, Utaha, Megumi, dan Rika)

"Sebentar toh, ini mau selesai juga"

"Dasar!!"

.

.

10 menit kemudian si Rika menangis.

Ku lihat pipinya merah.

"Tuh kan di gigit nyamuk!" ucap Yumi marah

"Iya aku tau"

"Bawa sini"

Ku gendong dan ku elus pipinya, lalu ku serahkan ke Yumi.

Lanjut menulis.

"Masih mau mainan laptop?" tanya Yumi mengkode dengan tatapan seram

"Tidak ini laptopnya mau ku matikan kok" balas ku langsung menutup laptop.

..

Ku gendong Rika, karena ia sudah kenyang dan tidak nangis lagi, cuma tinggal membuatnya tertidur saja.

"Kamu yakin tidak butuh susu formula?" tanya ku ke Yumi

"Sepertinya tidak perlu, cadangan asi ku masih banyak soalnya, lihat ku tekan saja masih keluar" ucapnya sambil memperaktekannya.

"Hey anda!! , tidak perlu di perlihatkan juga" ucap ku

"Ya biar kamu tau, btw aku lapar by, buatkan aku makanan atau pesankan makanan berat"

"Kamu order saja di Wagnaria food, pesankan 4 porsi nanti malam ibu dan Oono kemungkinan menginap di sini soalnya"

"Oke, mana ponsel mu"

"Pakai ponsel mu saja"

"Gak ada saldonya"

"Ya pakai sistem cod kan bisa"

"Ga ada voucher jika seperti itu, dah sinikan Ponsel mu"

"Hmmmzzz, ini di saku belakang ku"

Yumi merogohnya.

Pesan dan 12 menit kemudian makanan sampai.

"By ambilkan sendok dan garpu" Yumi menyuruh

"Kamu ambil sendiri bisa tidak, ini aku masih menggendong si dedek"

"Richan sudah tidur itu, taruh saja di keranjangnya"

"Kamu ingat kata ibuku kan, kamu harus banyak berjalan karena itu baik untuk mempercepat penyembuhan mu"

"Iya tapi sekarang ambilkan dulu, aku malas berdiri" (Yumi sedang duduk soalnya)

"Hilih"

Ku ambilkan barang permintaannya itu.

.

Lanjut gendong Rika.

"Sudah jangan di gendong terus, biarkan ia tidur" Yumi memarahi ku

"Shutt diam saja kamu, jangan banyak ngatur ngatur"

"Nanti nangis aku juga yang repot" kata Yumi

"Mana ada nangis, lihat dari tadi masih diam"

"Dah aku gak mau debat" ucap Yumi jadi kesal

"Ya sudah kamu diam makanya" ucap ku

"Buuuu" Yumi memanyunkan bibirnya

.

.

Jam 7.30 ibu dan Oono datang ke apartemen ku.

"Kalian jika mau makan, itu ada makanan dari Wagnaria" ucap ku

"Iya, Oono kamu makan dulu, biar ibu yang membantu Haruka dulu" ucap ibuku

"Baik bu"

.

.

Ku serahkan Rika pada ibu, untuk Megumi dan Utaha masih menyusu pada Yumi (tiap 1 jam harus minum asi bayinya)

"Kamu masih ada kerjaan Haruka?" ibuku bertanya

"Hanya tugas kuliah bu, paling 30 menit kelar, ibu tolong bantu Yumi dulu ya"

"Baiklah, kamu fokus saja belajarnya"

Belajar di samping Oono.

"Kamu sudah di terima di universitas Shinomiya Oono chan?" tanya ku memulai obrolan

"Sudah kak, prodi Management seperti kak Yumi" balasnya

"Tidak jadi management kelautan?" tanya ku lagi

Oono menggeleng.

"Tidak di izinkan oleh ibu?" tanya ku

"Bukan, tapi aku mau lebih berguna di sini, lagian kakak juga punya anak 3 juga, biar nantinya saat aku selepas kuliah bisa bantu mengurusnya"

"Duh, jangan seperti itu, aku jadi tidak enak jadinya, masa kamu mengorbankan masa depan mu hanya untuk membantu ku" ucap ku

"Itu bukan masalah, hidup ku bisa berubah dan berwarna juga karena kakak, jika semisal dulu di stasiun aku tidak ketemu dengan kakak pasti hidup ku tidak seperti ini juga"

"Kamu jangan terlalu memuji, pertemuan di stasiun itu seperti takdir, kamu tau bukan takdir itu yang membuat tuhan, jadi ya berterima kasihlah pada tuhan, aku jujur beneran tidak mau jika kamu mengorbankan masa depan mu untuk membantuku"

"Sudah ku katakan, itu tidak masalah, lagian management kelautan dan management itu hampir sama, nantinya aku bisa kerja di dekat laut juga"

"Ya sudah jika itu memang maumu, jika mau nambah bilang saja akan ku pesankan lagi"

"Ini sudah cukup" (paket hemat 1450 yen, dapat burger, nasi dan ayam, minuman lemon apel, dan dapat Waffle rasa coklat)

.

Mengerjakan tugas menggambar objek 3d.

Karena aku sudah terbiasa menggambar jadi ya tugas itu terbilang mudah.

Jam 7.50 tugas ku selesai.

Lanjut ke belakang dulu.

Masukan semua popok bayi ke mesin cuci (bekas ompol), tuangkan detergent cair yang aman untuk kulit bayi, lalu tambahkan pewangi di tempatnya.

Lalu nyalakan (15 menit)

.

Kumpul bersama keluarga.

"Semuanya kok diam sih, apa gak ada nangis nangisnya gitu" ucap ku malah khawatir karena dari tadi putri ku diem bae

"Bersyukurlah selagi masih diam, jika nangis satu biasanya yang lain ikut ikutan loh" ucap ibuku

"Eh jika begitu ya jangan, tidak bisa tidur nanti akunya"

.

.

"Ibu wisuda kapan?" Yumi bertanya

"Masih lama, 2 tahun lagi mungkin"

"Widih, anaknya saja belum selesai s1, tapi ibunya udah s3" ucap ku

"Ya jika kamu tidak terima ya kuliah saja nanti sampai s3, kamu pikir mudah apa s3 itu, daftarnya saja sudah sulit, mapelnya pun susah juga, apalagi saat membuat laporan penelitian" balas ibuku

"Aku sih cukup s1, biar anak anak ku saja yang s3" ucap ku

"Hilih bilang saja tidak mau belajar"

"Ya itu salah satunya, aku mendaftar ke universitas seni juga karena tidak mau mikir susah"

"Hmmz" ucap mereka bertiga bisa paham

.

"Kalian jadi beli rumah nantinya?" ibuku bertanya

"Emm sebenarnya uang ada, tapi sayangnya semua property di sekitar perusahaan Shinomiya dalam radius 5km sudah di kuasai oleh Shinomiya group, pembangunan dengan perencanan matang adalah target Shinomiya group di masa depan" ucap ku

"Begitu ya, sebenarnya ibu sudah menduga hal ini, Shinomiya group itu pencaplok segalanya, mengingat ia perusahaan terbesar di dunia ya tak heran juga akan terjadi seperti itu, lalu kalian mau tetap ingin punya rumah?"

"Masih, ada yang menjual di radius 6 km, rumahnya besar lantai 3, dengan kolam renang dalam dan bagusnya lagi itu merupakan smart home" ucap ku

"Harganya?" tanya ibuku langsung

"250 juta yen" balas ku

"Uang kalian ada berapa?"

"340 juta yen, tapi rasanya sayang jika uangnya di gunakan buat beli rumah segitu banyaknya"

"Jangan sayang uang, tapi segitu memang mahal sih, cari yang di bawah 100 juta yen apa tidak ada?"

"Ya sebenarnya ada, tapi jaraknya jauh dari sini. Di sini mahal kan karena saham Shinomiya group naik juga, imbasnya harga tempat di sekitar perusahaan naik" ucap ku

"Cari lahan kosong tidak ada?"

"Emmm ada kayaknya"

"Ya beli itu saja, lalu bangun rumah"

"Ya nanti ku pikirkan dulu sih, soalnya tanah di sini mahal juga"

Jam 10 tidur, lalu jam 12 nya bangun karena ketiga putri nangis.

Aku dan ibuku bertindak cepat.

Sembari menunggu Yumi menyusui satu persatu, kami gendong bergilir dulu untuk menghentikan tangisnya.

"Jangan sampai mengeluh karena lelah, jadi ibu memang susah jika begini keadaannya" ucap ibuku ke Yumi

"Iya bu"

.

.

.

.

1 hari berubah jadi minggu lalu bulan dan akhirnya berganti tahun.

Sudah genap usia putri putri ku 1 tahun.

"Papa papa" ucap Rika tapi masih belum jelas

"Papa, besok gas liburan?" Yumi bertanya

"Iya, eh btw si Utaha kemana?" tanya ku karena yang ku lihat hanya ada Megumi dan Rika

"Dia sedang di bawa ibumu ke mini market"

"Owh begitu"

..

.

.

Skip 1 tahun.

Ibu ku sudah wisuda s3 di Universitas Miyagi.

Kami datang untuk mengucapkan selamat dan merayakan keberhasilannya.

.

1 tahun kemudian giliran aku yang wisuda.

Anak anak sudah berusia 3 tahun 3 bulan, sudah dimana masa masa aktif dan ingin tau segala yang di lihat.

Masih bekerja sebagai mangaka, soal novel aku sudah menghentikan penulisannya di volume ke 325 tapi ya sekarang masih tetap berjalan penerbitanya.

Jam 6 pagi.

"By aku mau mengerjakan skripsi nanti siang bersama teman ku, kamu jaga anak anak ya" ucap Yumi

"Ya, mereka bisa ku bawa ke apartemen tempat ku kerja juga"

"Jangan ke sana, kamu tunggu saja di rumah atau ajak ke taman saja, aku hanya sebentar paling 2 jam, dari jam 9-11"

"Ya aku mengerti, btw liburan musim panas nanti kita ke Tokyo yuk, berkunjung ke tempat orang tua mu"

"Boleh saja"

.

Dor dor dor!

"Papa mama" teriak Utaha dari luar kamar kami

Ku bukakan pintu, ku lihat ada Utaha dan Megumi

"Kenapa sayang?" tanya ku

"Rika chan panas dahinya" ucapnya

Yumi yang mendengar langsung bertindak begitu juga diriku.

.

Yumi mencoba mengompresnya dulu.

"Rika chan baik baik saja?" Utaha bertanya

"Richan baik, kalian keluar dulu ya, nanti kalian ikut ikutan kena panas takutnya"

"Keluar kemana?" Megumi bertanya

"Ke dapur saja, tunggu papa memasak"

"Baik" ucap mereka menurut

.

Di dapur aku sedang masak pancake dan bubur lembut.

"Bagaimana keadaan Richan" tanya ku sambil memasak

"Masih belum bangun"

"Oh, ya sudah jangan bersedih begitu, kalian mau pancakenya di oles apa?"

"Mau rasa selai Nanas" ucap Megumi

"Aku madu saja"

"Baiklah tunggu sebentar"

.

Makanan siap, ku berikan masing masing anak dua potong dan segelas susu.

"Papa antarkan ini ke Richan dulu ya, kalian makan di sini saja"

"Oke Papa"

.

.

Ku masuk ke kamarnya.

"Sudah turun panasnya?" tanya ku

"Belum, sepertinya kita perlu membawanya ke dokter"

"Ya nanti lihat kondisinya dulu, kamu makan saja dulu, akan ku suapi Richan"

"Oke, jika ada apa apa panggil aku"

.

Yumi keluar kamar, lalu ku bangunkan Richan untuk makan.

"Aku tidak mau makan" ucapnya saat akan ku suapi

Ku gunakan siasat jahanam.

"Richan apa lupa tetangga sebelah, dia masuk rumah sakit karena tidak makan loh, nah di rumah sakit nanti malah bakal ada dokter yang menyuntik kamu, kamu lupa bulan lalu kamu di suntik?" tanya ku

Rika teringat dan kaget.

"Tapi aku tidak nafsu makan"

"Oh ya sudah jika mau di suntik dokter" ucap ku lalu berdiri hendak keluar kamar

"Papa!!!!! Aku mau makan!"

"Nah begitu kan beres, ini buburnya juga enak kok, rasa buah dan manis rasanya" ucap ku

Ku suapi perlahan hingga satu mangkuk kecil habis.

"Ini minumnya" ucap ku menyerahkan segelas air mineral

"Susu tidak ada?"

"Emm ada tapi kamu nanti malah muntah takutnya jika minum susu, jadi minum ini saja dulu ya" ucap ku

Richan paham.

.

30 menit kemudian demam Richan turun.

Giliran Yumi yang menjaga dan aku sarapan.

"Duh duh baru di tinggal sebentar ruang tamu sudah berserakan oleh mainan" ucap ku

"Nanti bereskan loh ya" sambung ku

"Oke Pap" balas Kedua putri tadi

.

.

Jam 8.30 Yumi berangkat untuk mengerjakan skripsinya.

"Jika ada apa apa dengan Richan telepon aku" ucapnya sebelum pergi

"Iya, sudah sana pergi, hati hati bawa mobilnya"

.

Yumi pergi, Aku masuk ke dalam rumah.

Note : Jadinya Haruka beli tanah kosong seluas setengah hektar, dimana itu bekas sawah seharga 300 juta yen.

Lalu bangun rumah impian yang habis dana sampai 30 juta yen.

Harga mungkin lebih tinggi dari beli rumah jadi, tapi ini lebih worth it sebab ia masih punya sisa lahan yang nantinya bisa di gunakan untuk berkebun ataupun di jual di masa depan, bisa di bilang investasi masa depan.

.

.

Urusan jadi mangaka ku pending dulu sampai jam 1 Siang menunggu Yumi pulang dulu baru ku tinggal bekerja.

Jadi sekarang ngurus mereka bertiga dulu.

Mulai dari memandikan satu persatu, untuk Rika hanya ku usap saja badannya dengan handuk basah.

Selanjutnya biarkan dua putri main sendiri sementara itu aku di kamar Rika untuk menunggunya.

"Papa elus rambut ku" ucapnya menyuruh ku

Ku elus perlahan hingga ia tidur.

Tiap 30 menit ku tengok 2 yang lain.

Ring!!

"Halo By bagaimana keadaan Richan?" Yumi bertanya

"Baik, sudah turun panasnya, dia sedang tidur ini"

"Aku tidak tenang mengerjakan skripsi ini, apa aku pulang saja ya"

"Ya jangan, kamu fokus saja di tugas mu, kerjakan yang baik dan benar agar kuliah mu selesai tahun depan" ucap ku

Note : kan Yumi cuti di semester ke dua, nah aturan kuliah itu, membayar cuti sesuai jadwal semesternya, sekarang bulan Agustus yang artinya ini masih masa semester ganjil, jadi menurut aturan di atas Yumi bisanya membayar cuti di semester genap, yang akan di adakan januari hingga Mei, untuk bulan sekarang daripada nganggur mending mengerjakan skripsi saja.

.

.

.

"Tapi aku tidak bisa fokus mengerjakan juga ini"

"Bisa bisa, kamu jangan seperti anak kecil yang mudah goyah karena sedikit goncangan, kita harus disiplin waktu, agar nantinya kamu menuai dengan baik di akhir"

"Baiklah akan ku coba"

Telepon ku matikan.

.

Ku telepon Yatora

"Duh bos kenapa telepon, aku sedang sibuk skripsian ini, katanya jadwal di ganti jam 1" ucap Yatora

"Oh sedang sibuk ya, maaf mengganggu ku kira kamu longgar"

"Aku dan Yuka sibuk sekarang, keputusan akhir revisi akan datang sore nanti, btw boleh izin?" tanyanya

"Ya tidak boleh, jika kalian izin bagaimana kelanjutan manga ku nanti, masa kalian tega membuat ku mengerjakan sendiri"

"Kami tega!"

Telepon langsung ku matikan sebab aku tak mau mendengar keluh kesah mereka.

.

.

Ku telepon ibuku.

"Halo Haruka ada apa?" tanyanya

"Bu, kamu bisa bantu aku menunggu Utaha dan Megumi tidak?"

"Memangnya ada apa?"

"Ini Rika sakit lagi, sementara Yumi sedang ada urusan mengerjakan skripsi, ini Utaha dan Megumi sedang bermain tanpa pengawasan"

"Em sepertinya tidak bisa, ibu ada seminar jam 9.30 soalnya"

"Duh ya sudah jika begitu" ucap ku

"Rika sakit apa memangnya?"

"Seperti yang lalu, yaitu badannya panas"

"Hmm, kamu sudah periksakan ke dokter?"

"Ini ku kompres sudah turun panasnya"

"Oono tidak bisa datang?"

"Ia juga mengurus skripsi"

.

.

.

Jam 10 pagi.

Keluar kamar.

"Megumi Utaha, kalian ingin ngemil tidak?" tanya ku

"Gak, kami mau main saja" balas Utaha

"Tidak lapar?"

"Tadi kan sudah sarapan pa" ucap Megumi

"Kan itu tadi, ayah buatkan wafer mau?"

"Bukannya tadi pagi sudah itu?"

"Itu waffle, yang ayah bilang ini wafer"

"Tango?"

"Bukan wafer yang itu, tapi yang di gulung"

Mereka jadi tertarik.

Ku buatkanlah wafer itu.

Cukup teflon serta adonan cair.

Tuang adonan di teflon panas, tunggu hingga agak coklat lalu guling.

10 menit sudah ada 3 porsi (isi 8).

"Wah sudah siap" ucap Utaha

Ku serahkan tiap anak satu porsi, ada cocolan selai strawberry dan coklat, untuk minumnya cukup teh dingin.

"Jika kurang bilang papa lagi, papa ada di kamar kalian oke" ucap ku

Mereka mengangkat jempol.

.

Di kamar, Rika ku bangunkan untuk makan sekaligus ku suruh minum obat agar suhu tubuhnya tidak naik lagi.

"Ini enak pa, tidak seperti masakan mama" ucap Rika saat mencoba snack buatanku

"Jangan bilang begitu, mama buat juga e enak kok"

"Iya enak tapi lebih enak buatan papa"

"Sudah jangan di bandingkan, habiskan jika kurang nanti papa buatkan lagi"

"Humm"

.

.

Jam 11.

Yumi pulang.

"Sudah baikan Rikanya?" ia bertanya

"Sudah, kamu lelah tidak? jika tidak masakan sekalian untuk makan siang, aku mau istirahat sejenak" ucap ku

"Akan ku masakan nanti, btw di meja dapur ku bawakan cappuccino, minumlah jika mau"

"Ya bawakan kemari dong"

"Ambil sendiri"

"Hmmm dasar istri jahat" ucap ku

"Biarin, bwkkk"

.

.

.

Jam 1 siang, berangkat bekerja ke apartemen.

Dua orang sudah di lokasi.

"Bagaimana skripsi kalian?" tanya ku

"Hehe sukses" ucap mereka berdua secara bersamaan

"Wahh selamat, kapan Wisudanya?" tanya ku

"Gelombang terakhir, tanggal 30 September" ucap Yatora

"Kamu juga Yuka?" tanya ku

"Yap sama"

"Selamat ya pokoknya, btw kalian selepas wisuda mau kembali ke Tokyo atau tetap di sini?"

"Aku akan memulai debut manga Time Pause, aku sudah mulai membuat Chapter 4 ini" Ucap Yuka

"Wow berarti sudah di setujui oleh editor?" tanya ku (minimal 3 chpter saat mengumpulkan untuk di seleksi, jadi sebisa mungkin mangaka membuat 3 chpter awal secara baik dan semenarik mungkin)

"Yap, bulan Oktober baru mulai terbit di majalah mingguan"

"Lalu kamu Yatora bagaimana?" tanya ku

"Aku akan memulai debut juga, tapi bukan di sini, melainkan di Tokyo, shounen jump"

"Wahh aku di tinggal sendiri dong dalam menggarap Last day" ucap ku dengan ekspresi pura pura sedih

"Tenang bos, kami mulai debutnya masih september akhirnya atau oktober awal, jadi sampai akhir september kami masih bisa jadi asisten mu" ucap Yatora

"Umm, btw nanti malam mari kita minum minum untuk merayakan kesuksesan kalian" ajak ku

"Tentu"

.

.

.

Kerja sampai jam 7.30 malam.

Pulang langsung mampir ke tempat minum.

Pesan bir gelas besar dan makanan berat yang bisa di emil.

Bersuka ria bersama, sembari bercerita tentang kelucuan hidup masing masing dari kami.

.

Jam 9.30 pulang.

Ku antarkan mereka ke apartemennya sebab aku yang bawa mobil.

.

.

.

Sampai rumah jam 9.50

"Anak sedang sakit, bisa bisanya malah minum" ucap Yumi memarahi

"Ya maaf, lagian ini juga untuk merayakan kesuksesan skripsi Yatora dan Yuka" ucap ku

"Mereka akan wisuda tahun ini?"

"Yap, september akhir katanya"

"Wahhh senang rasanya melihat teman berhasil juga, btw kenapa tidak bilang dari tadi, jika tau begitu mending makan dan minum di rumah saja"

"Ya janganlah, ada anak anak juga, lalu kelanjutan skripsi mu bagaimana?"

"Emm, sudah 1/2 jadi"

"Baguslah"

"Lalu Yatora dan Yuka apa akan tetap jadi asisten mu?" Yumi bertanya

"Tidak, mereka akan memulai debut sendiri sendiri, keduanya kembali ke Tokyo" balas ku

Yumi sedikit kaget.

"Kenapa begitu, apa gaji menjadi asisten mu tidak cukup bagi mereka?"

"Kurasa tidak, gaji tertinggi soal asisten itu ya ada padaku, gaji sampai 500 rb yen dan ada bonus jika ada garapan iklan"

"Lalu kenapa mereka ingin mulai debut?"

"Mangaka itu ingin mengekspresikan manganya tanpa adanya batasan, jadi kurasa mereka memang sudah waktunya memulai debut, lagian manga ku kan akan segera tamat" ucap ku

"Eh bohong, jika tamat kamu mau kerja apa"

"Ya jualan somay kan bisa atau jadi tukang nasi goreng" canda ku

"Jangan bercanda lah, tagihan perbulan kita banyak loh"

"Iya iya aku tau, aku sudah mulai mempersiapkan manga baru juga ini, dengan genre yang beda dan cerita yang masih fresh juga"

"Kenapa sih tidak lanjutkan saja, manga mu tahun ini dan kemarin ada di posisi pertama kan?"

"Ya memang, tapi kurasa sudah waktunya mengakhiri ceritanya, aku tidak mau memaksakan juga, btw kamu tidak mau kerja memangnya setelah wisuda?" tanya ku

"Ya mau lah, tapi ku tunggu kamu longgar dulu saja dan anak anak sudah tk"

"Jika begitu ya sudah aku tidak memaksa, yuk tidur" Ajak ku

"Um"

"Main boleh?" tanya ku mencoba coba

"Jangan, aku sedang masa subur ini"

"Loh ya bagus"

"Tidak ada tambah anak lagi ya papa Haruka" ucap Yumi

"Tambah lagi tidak masalah kok, tapi biarkan tiga putri kita sudah sd kelas 2 atau tiga"

"Tapi bagaimana jika hasilnya malah kembar lagi, jika dua oke tapi jika tiga, pasti susah kan"

"Makin ramai makin bagus"

Yumi mencubit kedua pipiku.

"Gak, dua cukup, tiga kelebihan satu, jadi tidak ada tambah lagi" ucap Yumi

"Ada kok ada, tambah 2 lagi tidak masalah"

"Ihh aku tidak mau hamil lagi, itu melelahkan dan perlu perjuangan saat persalinan juga"

"Tidak masalah, kita bisa berbagi sakit kok"

"Idih bagaimana caranya coba" ucap Yumi

"Loh kamu apa lupa, saat kamu hamil kamu menyuruh ku apa saja"

Yumi mengingat ingat masa masa kelam bagiku itu.

"Itu belum seberapa jika di bandingkan aku yang hamil kale"

Yumi menantang.

Tetap tenang dan Fokus laku debat.

"Yang minta rendang dari Wagnaria pas jam 11 malam siapa ya, oh iya juga yang minta nasi keblui jam 2 dini hari, ah aku ingat juga minta rujak khas Indonesia dan Harus dari toko Indonesianya, padahal waktu itu jam 3 dini hari..."

"Stop stop, itu kan hanya menuruti aku yang ngidam" ucap Yumi menyela

"Wah kamu bilang 'Hanya?' aku bisa tersinggung loh ini" balas ku

"Dah ah pokoknya jangan tambah anak lagi, lagian anak banyak banyak untuk apa juga, 3 orang putri sudah cukup"

"Loh makin rame makin asik"

"Up gak!"

Next!! (masih sisa 1 chpter lagi ternyata wkwkw)