webnovel

Perempuan Matre

Amora sekali lagi mengaca sebelum masuk ke ruangan Rendi. Ia mengetuk pintunya dengan mesra seakan lagi membelai pemilik ruangan itu. "Masuk!!" Suara Barito khas suara Rendi ga sesuai banget sama wajahnya yang imut-imut. Pria dewasa tapi wajahnya imut-imut membuat Ia ingin nyubit. Amora membuka pintu dengan anggun lalu berjalan seakan di atas catwalk sambil senyum-senyum menggoda. Rendi menatap dengan heran. Semakin lama Ia melihat Amora Ia merasa Amora semakin bertingkah aneh.

"Makan siang, Pak" Katanya sambil terus tersenyum manis umpama sekuntum bunga yang tebar pesona agar Sikumbang mau hinggap di kelopaknya yang Indah. Ditangannya terdapat baki yang berisi makan siang untuk Rendi. Lalu baki itu disimpan dengan sangat sopan di depan Rendi.

"Apa kamu habis menang Arisan?" Kata Rendi sambil membuka penutup makanannya penuh minat. Ia sudah kelaparan setengah mati.

"Iya Pak?? Memangnya kenapa? Maksudnya apa ya, Kho saya tidak mengerti?"

"Dari tadi kamu senyum-senyum sendiri"

"Oh itu he..he..he...eheum.." Amora batuk-batuk kecil. Sialan Ia senyum-senyum menggoda malah dikira senyum-senyum karena menang Arisan. Apa senyumnya kurang menggoda.

"Kamu batuk-batuk, nanti makanannya kecipratan batuk kamu lho, Apa sebaiknya kamu segera minum obat batuk" Kata Rendi sambil menutup kembali makanannya lalu memandang khawatir pada Amora.

Amora merah padam kesal banget karena Rendi takut makanannya kecipratan batuk dia. Tapi bukan Amora kalau ga pede abis. Ia bicara lagi dengan suara yang semakin didesah-desah.

"Terimakasih Pak sudah mengkhawatirkan Saya" Amora tersenyum makin genit.

"Bukan Kamu yang saya khawatirkan tapi kalau kamu batuk nanti nular ke Saya.." Rendi berkata dengan tenang.

"Aaargh...." Amora tampak mengeram kesal. Ga peka amat sih ni orang. Apa dia tidak tahu bagaimana memperlakukan wanita cantik seperti dia. Yang jatuh cinta pada dia antrian panjang banget. Lha ini jelas-jelas Ia sendiri yang jatuh cinta pada Rendi tapi Rendi malah ga peduli. Menyebalkan.

"Kalau begitu Saya permisi dulu.." Kata Amora akhirnya Dia nyerah dulu untuk kemudian mengatur strategi kembali.

"Cari obatnya yang bagusan sedikit jangan lupa kalau masih ga sembuh minum antibiotik" Rendi masih berbicara mengingatkan sekertarisnya.

"Siap Pak" Kata Amora sambil misruh-misruh kesal.

Sambil menutup pintu Amora mengepalkan tangannya. "Lihat saja nanti lama-lama Aku dukunin kamu biar kapok. Kata lagu juga kalau Cinta ditolak maka dukun bertindak. Pakai ajian jaran goyang sekalian. Biar muter-muter di kaki Aku." Amora berdesis pada dirinya sendiri pake ngancam-ngancam segala.

Padahal sih ancaman dimulut doang. Sebagai orang penakut kelas wahid boro-boro pergi ke dukun yang identik dengan makhluk ghaib. Amora lihat bayangannya sendiri di malam hari saja bisa lari terbirit-birit.

Ia lalu duduk lagi mengerjakan pekerjaannya. Sampai tidak terasa sudah waktunya istirahat. Ia menguap lalu menggeliat untuk merilekskan badannya. Pas lagi menggeliat pintu ruangan Rendi terbuka. Walhasil geliatan Amora terlihat langsung. Amora jadi tergagap dengan wajah merah padam menahan malu. Seorang sekertaris harusnya memiliki attitude yang baik. Ini malah nguap sama menggeliat ga karuan. Kepergok langsung lagi sama Bosnya.

"Memang sudah waktunya tidur siang bagi anak balita. Karena Kamu bukan Balita, Aku harap Kau masih bisa bertahan sampai pukul 4 nanti" Kata Rendi mengingatkan bahwa waktu pulang masih lama.

"Ga apa-apa Pak, ini cuma sedikit mengantuk saja. Semoga bapak tidak langsung baper." Kata Amora sambil cengengesan.

"Sedikit mengantuk atau banyak akan berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Dan mengantuk walaupun sangat manusiawi tapi sangat terlarang di dunia kerja. Maka aturlah jam biologis Kamu agar tau kapan waktunya ngantuk, kapan harus tidur, kapan harus istirahat dan seterusnya."

"Oh ya ya..Pak. Saya Paham. " Amora menatap penuh kekaguman. Orang cakep walaupun lagi ceramah ga ngebosenin tetap aja cute abis. Ngomong-ngomong mengapa sampai usia 27 masih melajang. Pacar ga punya boro-boro istri. Padahal wanita mana yang tidak akan meleleh melihat tongkrongan Rendi. Itu mata juga dingin banget sama cewek-cewek. Walaupun bertegur sapa dengan ramah tapi sorot matanya tetap kosong.

Rendi sendiri bukannya tidak tahu para gadis mengaguminya. Tapi bagi Rendi jatuh cinta itu cukup sekali seumur hidup. Begitu Dia disakiti tidak ada lagi pintu yang akan terbuka untuk makhluk yang namanya wanita. Rendi masih Ingat dengan jelas bagaimana Ia dulu dibuang bagai sepatu usang hanya karena Ia pura-pura miskin. Ya..wanita itu wanita yang sangat Ia cintai ternyata memutuskan cintanya hanya karena harta.

Dulu waktu kuliah Ia begitu percaya diri bahwa Ia bisa mendapatkan cinta suci hanya dengan modal dirinya sendiri. Hingga Ia lalu menyembunyikan identitasnya sebagai ahli waris dari perusahaan yang ternama di negaranya. Hidup bergelimang harta tetapi kekurangan kasih sayang ibu membuat hidup Rendi sedikit posesif dan ketakutan. Sehingga Ia akan mencari wanita yang menerima dia apa adanya bukan menerimanya karena kekayaan yang Ia miliki.

Sejak awal kuliah Ia tidak membawa kendaraan apapun kecuali motor jelek yang sengaja Ia beli dari tukang kebunnya. Lalu ketika tampangnya yang memang tampan masih bisa menarik perhatian para gadis Ia jatuh cinta pada seorang wanita yang sebenarnya sama sekali tidak kaya.

Wanita itu cenderung miskin dan pendiam. Wajahnya juga sebenarnya cantik tetapi masih standar jika dibandingkan dengan wanita-wanita yang menaksirnya. Apa daya cinta memang tidak bisa memilih. Rendi malah cinta setengah mati. Walau nyatanya Ia ternyata jatuh cinta pada wanita yang salah. Setelah berhubungan sekian lama akhirnya ditingkat akhir Rendi memantapkan untuk menikahinya. Dan ketika Ia hendak mengungkapkan identitas aslinya Ia kalah cepat dengan wanita itu yang meminta putus terlebih dahulu karena Ia lebih menerima dijodohkan oleh orangtuanya dengan seseorang yang lebih kaya dari Rendi.

Harga diri Rendi langsung tertoreh melihat ternyata si wanita itu juga terlihat menerima dengan suka rela bahkan mulai demonstratif memperlihatkan hubungannya dengan pria itu. Rendi melihat pria itu membawa mobil dengan merk biasa-biasa saja. Tetapi jelas tidak bisa dibandingkan dengan motor bututnya yang terkadang sering mogok. Padahal wajah pria itu biasa-biasa saja kalah telak sama dirinya.

Sedihnya tidak terkira. Rendi yang memang baik hati dari orok langsung baper tingkat dewa. Kalau ga ingat dosa ingin rasanya menenggelamkan diri di Pantai Laut Selatan yang terkenal ganas dengan ombaknya.

Sejak saat itu Rendi menutup hati dari semua wanita. Dia berpikir wanita dengan kecantikan biasa saja seperti itu apalagi dengan kecantikan luar biasa. Makanya semakin cantik gadis itu Ia semakin antipati. Rendi selalu berpikiran bahwa semua gadis di dunia ini sama matrenya.

Tidak banyak yang tahu kisah cintanya termasuk kakek dan Ayahnya. Ketika Ayahnya membawa masuk seorang wanita dengan dua anak perempuannya ke dalam rumah mereka. Rendi yang baik hati dengan sukarela menerima kedatangan ibu tiri dengan dua anaknya. Rendi selalu bersyukur bahwa Ia seorang laki-laki sehingga Ia tidak mengalami nasib seperti Cinderella rebutan Pangeran tampan dengan dua adik tirinya.

Apalagi kemudian Ibu Tirinya lalu melahirkan seorang adik perempuan untuknya. Lengkap sudah kebahagiaannya. Ayahnya sendiri tidak pernah memaksa Rendi untuk memiliki pasangan hidup. Ia sangat menghormati apapun keputusan anaknya. Ia mencintai Rendi dengan segenap jiwanya. Kenyataan bahwa Rendi menerima keluarga barunya membuat Ayah Rendi semakin menyayanginya.

Rendi mengaburkan pandangannya dari Amora. Ia mencari Anton Kepala bagian Humasnya untuk pergi meninjau lokasi pembangunan Apartemennya. Dilihatnya Anton juga sedang menunggunya sehingga akhirnya mereka berdua pergi meninggalkan Amora yang berkaca-kaca ditinggalkan sama Bos gantengnya.

***

Anton duduk disamping sopir pribadi Rendi. Sementara Rendi duduk di belakang sambil memandang ke arah jalanan yang padat merayap. Ia adalah pegawai yang paling sering diajak meninjau lokasi pembangunan proyek oleh Rendi. Umur mereka selisih tiga tahun.

Anton lebih tua tiga tahun dari Rendi. Dan Ia sudah memiliki 2 anak. Nah ini Bosnya entah apa yang ditungguin. Kalau nunggu bidadari jatuh dari langit mah yakin ga akan ada. Apalagi pake mimpi kaya Jaka Tarub nyuri bajunya lalu nikahin pemiliknya.

"Pa.." Anton memanggil Rendi.

"Iya.." Kata Rendi sambil tetap menatap macetnya jalan raya.

"Maaf banget nih Pak. " Anton bicara hati-hati sekali.

"Kenapa?" Rendi balas menatap Anton.

"Tapi sekali lagi maaf ya Pak. Gini Pak..Bapak ini kan tampannya kebangetan Pak. Bapak juga kaya raya. Maaf banget Pak. Kenapa Bapak belum menikah Ya? Padahal para gadis pasti banyak yang mencintai Bapak? Bapak kan tinggal tunjuk jari saja" Anton bertanya. Rupanya Ia sudah tidak tahan dengan ke misteriusan Majikannya

Rendi menatap Anton dengan pandangan heran. Sejak kapan Kepala Bagian Humasnya jadi ngurusin hubungan dirinya dengan perempuan. Bukan hubungan perusahaan dengan masyarakat.

"Setahu Aku, Kau ini kan Kepala bagian yang mengurus permasalahan perusahaan dengan pihak luar. Bukan mengurus permasalahan diriku. Apa sudah mau resign dari perusahaan ku?" Rendi langsung nyolot. Apa si Anton itu ga tahu kalau Ia paling ga suka ditanyakan tentang jodohnya. Rendi bicara dalam hatinya.

"Aduh..maaf Pak. Cuma nanya aja..Maaf ya Pak. Jangan dimasukkan kedalam hati Ya. " Anton langsung pucat pasi. Baru ditanya segitu doang itu Si Bos langsung nyolot kaya perempuan lagi terkena pra menstruasi. Mengerikan.

"Kalau begitu jangan tanyakan Aku lagi pertanyaan ga bermutu" Rendi mengomel-ngomel.

"Siap Pak" Kata Anton sambil diam seribu bahasa.

Chapitre suivant