Keputusan yang diambil Fadhil sudah sangat bulat. Hingga sepertinya sudah tidak ada lagi yang bisa menggoyahkan niatnya. Aqila merasa ada yang hilang dari dalam hidupnya. Hampa karena tak ada lagi candaan Fadhil yang kerap membuatnya kesal. Tapi sekarang justru sikap itulah yang membuat dia rindu pada sosok Fadhil.
Aqila rasanya ingin pulang saja. Di rumah itu, dia dan Fadhil jarang sekali bertegur sapa kecuali jika ada yang sangat penting. Semua yang berhubungan dengan keduanya pun otomatis mereka pisahkan. Seperti mencuci baju yang mereka kerjakan sendiri-sendiri.
Semakin hari Aqila semakin tersiksa apalagi dengan niat Fadhil yang entah kapan akan menikahi gadis pujaan hatinya. Aqila merasa nyeri yang teramat sangat. Membayangkan suaminya sebentar lagi akan menjadi milik wanita lain juga.
Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com