webnovel

20. Memasuki Kawasan Istana Raja Buto Ijo Bagian III

Memasuki kawasan buto ijo ini ada tiga pintu yang di jaga siluman. Yang pertama pintu masuk kawasan, pintu penghubung dari hutan lapis tujuh ke kawasan istana buto ijo. Yang mana pintu masuk kawasan ini di jaga oleh siluman lebah. Yang ke dua adalah pintu masuk gerbang istana. Pintu ini sudah terletak di dalam kawasan istana buto ijo pintu ini sebagai sarana masuk utama ke istana buto ijo. Pintu ini di jaga dua ular hijau raksasa.

Nah saat ini ke tiga pendekar itu sudah berada di depan pintu masuk istana. Tinggi pintunya saja lima meter. Lalu berapa tinggi penghuni istana ini?. Istana buto ijo sangat besar, terbuat dari batu bata di padukan dengan hiasan tanaman-tanaman bunga. Di istana juga terdapat jendela-jendala, di atas jendela ada lubang-lubang kecil untuk ventilasi udara masuk. Serta penataan tamannya juga bagus. Area halaman istana yang luas. Di sudut istana terdapat beberapa patung berbentuk ular. Hal ini menambah kesan mistis di suasana istana buto ijo.

Ke tiga pendekar itu masih keliling istana, mengamati keadaan dari depan istana, samping istana maupun belakang istana. Sangat luas sekali, tapi mereka tidak menemukan buto ijo. Ya! Buto ijo lagi bertapa di dalam istana, makanya semua pintu depan, samping dan belakang tertutup semua.

Ngeeek!

Ngeeek!

Ngeeek!

Suara kuda dari tiga pendekar yang sedang berputar-putar menyusuri istana buto ijo.

"Indah sekali istana ini, sederhana hanya batu bata tapi penataan berbatuannya yang bikin bagus," kata Nyai Wungu.

"Iya, Dinda dan sangat luas sekali kawasannya, serta sangat besar istanyanya," kata Kiai Wungu.

"Ngomong-ngomong buto ijo apa di dalam istana ini dan apakah dia memiliki prajurit di dalam iatana itu," kata Pangeran Arya.

"Iya mungkin Raden, buto ijo itu di dalam istananya, ini kan istana miliknya. Tapi kalau dia punya prajurit aku tidak tahu?" kata Nyai Wungu.

"Iya benar," kata Pangeran Arya.

"Semoga dia tidak mempunyai prajurit, karena ini musuh yang paling kuat yang akan kita hadapi," kata Kiai Wungu.

"Iya semoga saja," kata Nyai Wungu.

"Tapi dari tadi kita berputar-putar mengelilingi istana buto ijo, tapi tidak ketemu dengan buto ijo. Bagaimana kalau kita dobrak saja salah satu pintu masuk istana ini?" kata Pangeran Arya.

"Betul! Aku setuju," kata Kiai Wungu.

Mereka berkuda ke arah depan pintu istana.

"Hai buto ijo keluarlah! Kami menantangmu. Para siluman dari hutan ilusi lapis satu sampai lapis tujuh sudah kami bunuh saatnya kami membunuhmu," teriak pangeran Arya.

"Jika kau tidak keluar akan kudobrak pintu istanamu," sanggah Kyai Wungu.

Belum sampai pintu istana di dobrak, akhirnya pintu itu terbuka sendiri. Kemudian muncul sepuluh sosok manusia berbadan hijau. Tinggi manusia itu dua meter. Ya? Mereka tak lain adalah jenis buto ijo juga. Tetapi bukan rajanya. Melainkan buto ijo prajurit.

Cekrek!

Suara pintu terbuka. Kemudian mereka berbaris salah satu menjawab tiga pendekar itu.

"Hai manusia, lancang sekali kalian masuk ke sini. Kalian juga sudah membunuh siluman peliharaan Raja buto dari hutan lapis satu sampai hutan lapis tujuh, sebenarnya apa mau kalian," kata satu prajurit itu

"Karena ulah dari dukun gelap peliharaan buto ijo membuat kami sengsara, kalian harus membayarnya," kata Nyai Wungu.

"Kurang ajar! Serang!" kata prajurit buto itu.

Hiyat!

Huuk!

Hiyat!

Huuk!

Hiyat!

Huuk!

Mereka di keroyok sepuluh prajurit buto ijo, sepuluh prajurit buto ijo itu menggunakan senjata gada.

Pertempuran berlangsung sangat sengit. Pangeran Arya melawan tiga orang, Nyai Wungu melawan tiga orang dan Kiai Wungu melawan Empat orang.

Hiyat!

Teng!

Hiyat!

Teng!

Hiyat!

Teng!

Suara adu senjata dari mereka tak dapat di hindarkan. Tetapi ada kalanya 3 pendekar itu terpojok. Pangeran Arya dan Nyai Wungu terpental ke tanah sedang kan Kiai Wungu terpental ke tembok istana.

"Ah," erang tiga pendekar itu kesakitan.

"Ha...ha...ha...! Lebih baik kalian pulang saja. Padamkan niat kalian untuk bertemu dan membunuh junjungan kami Raja Buto ijo," kata prajurit buto ijo.

Ketika terpental dan menghantam tembok Kiai wungu sempat meditasi selama satu menit. Akhirnya Kiai Wungu mendapat jawabannya. Kiai Wungu terbang menghampiri istri dan anak angkatnya. Dia berbisik-bisik kepada mereka.

"Dinda, Raden aku sudah tahu jawaban dari semua ini, mereka ada titik lemahnya," kata Kiai Wungu.

"Apa Romo," kata Pangeran Arya.

"Jelaskan kanda," kata Nyai Wungu.

"Kalian lihat tanda bintang yang ada di punggung mereka? Itu adalah titik kelemahan mereka," kata Kiai Wungu.

"Kita atur strategi Romo," kata Pangeran Arya.

"Iya Raden, Aku dan Raden menggunakan senjata gada untuk memukul titik lemah mereka. Sedangkan bundamu menyerang dengan selendang ketika mereka sudah sekarat. Hantapkan mereka ke tanah," kata Kiai Wungu.

"Iya Kanda," kata Nyai Wungu.

"Iya Romo," kata Pangeran Arya.

Prajurit buto itu mengelilingi mereka bertiga. Dan seperti ingin mengajaknya berduel lagi.

"Ha...ha...ha...! Hai kalian kenapa malah bisik-bisik apa kalian takut dengan kami atau merencanakan ingin kabur?" kata Prajurit buto.

"Ha...ha...ha...!" tawa Prajurit buto.

"Ha...ha...ha...!" tawa Prajurit buto.

"Ha...ha...ha...!" tawa Prajurit buto.

Kemudian tiga pendekar itu berdiri dan menantang balik mereka.

"Baiklah majulah kalian,"

Pangeran Arya dan Kiai Wungu maju. Sementara Nyai Wungu terbang ke atas mengamati prajurit buto yang sekarat. Setelah itu Nyai wungu melancarkan selendangnya untuk mengikat dan membanting prajurit buto itu.

Ini adalah aksi dari Kiai Wungu menghadapi prajurit buto. Dia berhasil menumpas enam prajurit buto.

Hiyat!

Teng!

Teng!

Teng!

Hiyat!

Brukh!

"Ah!" erang prajurit buto yang terkena gada itu.

Gada dari Kiai Wungu mengenai titik lemah. Dan prajurit buto terlihat sekarat. Saatnya Nyai Wungu beraksi dengan selendangnya.

"Dinda saatnya sekarang!" kata Kiai Wungu.

Nyai Wungu membalas dengan menganggukkan kepala.

Hiyat!

Sreet!

Bruuk!

"Ah" erang prajurit buto yang di banting oleh Nyai Wungu.

Setelah terbanting akhirnya mati.

Sedangkan ini adalah aksi dari Pangeran Arya menghadapi prajurit buto. Dia berhasil menumpas empat prajurit buto.

Hiyat!

Teng!

Teng!

Teng!

Hiyat!

Brukh!

"Ah!" erang prajurit buto yang terkena gada itu.

Gada dari Pangeran Arya mengenai titik lemah. Dan prajurit buto terlihat sekarat. Saatnya Nyai Wungu beraksi dengan selendangnya.

"Bunda saatnya sekarang!" kata Pangeran Arya.

Nyai Wungu membalas dengan menganggukkan kepala.

Hiyat!

Sreet!

Bruuk!

"Ah" erang prajurit buto yang di banting oleh Nyai Wungu.

Setelah terbanting akhirnya mati.

Kerja sama mereka membuahkan hasil. Sepuluh Prajurit buto tewas di tangan mereka.

"Syukurlah berhasil kanda," kata Nyai Wungu.

"Iya dinda. Kerja sama kita sangat berarti," kata Kiai Wungu.

"Betul Romo. Romo cepat sekali mengalahkan mereka. Romo dapat enam aku dapat empat. Bagianku di ambil Romo. Ha...ha...ha...!" kata Pangeran Arya.

"Ha...ha...ha...! Tawa Kiai Wungu dan Nyai Wungu.

"Mungkin Raden kalah cepat dari Romo, makanya jatah Raden di habiskan Romo, ha...ha...ha...," kata Nyai Wungu.

"Yang penting mereka semua sudah mati," kata Kiai Wungu.

"Iya Romo," kata Pangeran Arya.

Mereka bertiga tertawa terbahak-bahak setelah mengalahkan prajurit buto itu. Mereka beristirahat sejenak untuk memulihkan tenaga. Sekitar tiga jam mereka terduduk di bawah pohon halaman istana.

Bersambung.