Pagi datang menyapa Vina dengan sorotan cahaya matahari menembus melalui jendela kamarnya.
"Udah pagi aja nih " gumam Vina melirik jam yang ada pada layar monitor laptopnya. "Huuaamm." Kantuk seakan menguasai dirinya setelah semalaman ia harus lembur mengerjakan pekerjaan kantor sembari mempertimbangman siapa saja karyawan yang akan ia pilih dan memenuhi kriteria penilaiannya sendiri.
"Merem dulu sebentar enak kali ya. Tiga puluh menit saja." Gumam Vina sembari meletakkan kepalanya pada tumpuan tangannya. Sekejap ia memejamkan mata seraya melepas lelah akibat lembur semalam.
Tanpa disasari lebih dari tiga puluh menit Vina memejamkan matanya. Hingga sang bibi asisten rumah tangganya berkali-kali mengetuk pintu untuk membangunkan si majikan.
"Non, non Vina. Bangung non, non Vina tidak bekerja ya? Kok belum bangun juga?" Suara bibi mengetuk pintu seraya membangunkan Vina.
Akan tetapi Vina tidak menghiraukannya. Ia enak tidur pulas. Hingga jarum jam terus berputar. Vina pun tak kunjung bangun juga.
Saat jarum jam menunjukkan diangka sembilan pagi, sekretaris Vina terus menghubungi bosnya itu berkali-kali.
Berkali kali juga getaran pada ponsel Vina yang diletakkan pada meja terus berderut hingga akhirnya getaran yang sampai pada telinga Vina membangungkannya dari tidur lelapnya.
Diraihnya ponsel miliknya. Setengah sadar ia melihat terdapat panggilan tak terjawab dari sekretarisnya. "Hah, lima panggilan tak terjawab dari Laila?" Diliriknya jam pada sudut dinding kamarnya "Astaga, sudah jam sembilan aja. Wah telat lagi deh."
Dengan terburu-buru, Vina langsung menarik handuknya dan masuk ke dalam kamar mandi. Tidak memakan waktu lama mengingat waktu sudah terlambat, Vina mempercepat mandinya dan lalu segera berganti pakaian kantor dengan stelan blazer hitam dengan celana berbahan kain yang senada dengan warna blazernya.
Rambut lurus serta pirang terurai merupakan ciri khas Vina kesehariannya.
Ia berlari turun menuruni anak tangga dengan flat shoesnya.
"Morning bunda." Sapa Vina mencium kening bundanya.
"Kamu ya Vin, seringkali kesiangan. Memangnya kamu semalam tidur jam berapa? Sampai bibi saja tidak bisa membangunlan kamu. Bagaimana kamu menjadi contoh karyawanmu yang lain jika kamu selalu terlambat. Cepat nikah deh, supaya ada yang membuatmu terbangun dipagi hari." Omel bunda Vina dimeja makan.
"Ah bunda berlebihan. Vina tidak sering bangun siang dan terlambat pula. Dan masalah nikah itu hal yang mudah. Yang terpenting saat ini adalah kebahagiaan bunda. Memangnta salah, kalau aku ini membahagiakan bundaku?" Sangkal Vina sembari mengoleskan selai kacang pada selembar roti tawar sebagai sarapan paginya.
"Sekali dua kali jika keseringan juga menjadi hal yang biasa untuk kamu nantinya. Vina, vina. Kamu itu sudah berusia kepala tiga. Sudah seharusnya kamu menikah, menata hidup dan masa depan kamu bersama keluaragamu. Meneruskan bisnis keluarga kita."
"Ah, sudah siang bund, Vina berangkat dulu."
Tanpa menghiraukan petuah bundanya, Vina langsung berangkat karena terus dikejar waktu.
"Dasar Vina, kalau bundanya sudah membahas masalah nikah saja, langsung nylimur dan pergi." Gumam bunda Vina terheran dengan sikap anaknya.
****
Sesampainya di kantor, Vina berjalan menuju ruangannya. Tidak lupa ia sedikit menyapa calon karyawan yang telah lolos pada saat interview.
"Selamat pagi semua, maaf saya terlambat. Selamat kalian telah lolos interview wawancara tempo hari. Hari ini akan diadakan tes praktik. Semoga kalian dapat mengikuti dengan baik."
"Baik bu." Jawab serentak para peserta.
"Oke Laila, panggil mereka satu persatu untuk masuk keruangan saya!" Seru Vina membalikan badan masuk kedalam ruangannya.
Namun sebelum masuk kedalam ruangan, mata Vina terhenti pada salah satu peserta yaitu Bagas. Vina memberikan senyuman tipis pada pria itu dan kembali berbalik badan masuk kedalam ruangannya.
Bagas pun membalas senyum dari Vina. Tapi sayang, Vina terburu membalikkan badan dan tidak sempat melihat senyum Bagas yang dihiasi lesung pipi menambah kemanisan padanya.
***
Tes tahap selanjutnya pada penerimaan karyawan baru telah dimulai sesuai dengan anjuran Vina sebagai pimpinan.
Para peserta di minta untuk mempraktikan cara mereka saat membersihkan ruangan. Dan juga Vina menilai etika mereka dalam menyajikan minuman kepada Vina ataupun karyawan lain.
Penilaian utama yang dinilai oleh Vina yaitu atitude. Baginya, attitude adalah faktor utama dalam dunia kerja selain skill. Percuma saja jika seseorang mempunyak skill dewa sementara atitudenya saja kurang. Skill, ilmu dapat dipelajari. Sementara etika yang baik adalah etika sopan santun yang sudah tertanam pada pribadi seseorang.
Satu persatu peserta telah melakukan tugas seleksi mereka. Kini tiba saatnya Bagas yang masuk untuk melakukan serangkaian tes yang akan diberikan oleh pimpinan.
Tok...tok...tok
"Permisi bu Vina." Sapa Bagas dengan sedikit membuka pintu ruang pimpinan. Bagas tidak langsung masuk begitu saja, namun ia masuk setelah Vina menyerunya untuk masuk.
Bagas benar-benar menjaga etika, kesopanan mulai dari awal masuk membuka pintu sampai ia berada dihadapan Vina.
"Halo Bagas, bagaimana hari ini? Siapkah untuk menjalani tes dari saya?"
Bagas mengangguk seraya menunduk menjawab pertanyaan Vina.
Vina mengetes Bagas sama halnya dengan yang lain, tidak ada yang dibedakan dari peserta lainnya meskipun Vina sudah kenal terlebih dahulu dengan Bagas.
Serangkaian pertanyaan dan perintah pimpinan telah dilakukan oleh semua calon karyawan. Kembali Vina meminta Laila untuk meminta mereka masuk keseluruhan masuk kedalam ruangan.
"Baiklah, terimakasih semuanya, kalian telah melakukan proses seleksi tes interview dan yang terakhir tes keahlian pada hari ini. Saya harap, keputusan saya ini dapat diterima, dan saya mohon maaf sekali kepada peserta yang tidak dapat keterima diperusahaan saya. Saya harap kalian jangan patah semangat dan tetap berjuang!" Petuah Vina dihadapan mereka
Vina memberikan ipadnya pada Laila selaku sekretarisnya. Ia menyeru Laila untuk membacakan siapa saja yang lolos dalam seleksi kali ini.
Laila mulai menyebutkan nama-nama yang lolos dalam seleksi. Awalnya Vina membutuhkan lima seorang office boy dan officr girl untuk perusahaannya. Tetapi, ia hanya mendapatkan dua office boy dan dua office girl yang penilaiannya masuk dalam kriteria Vina. Diantara nama-nama mereka terdapat nama Bagaskara aditama yang juga lolos dalam seleksi.
Sontak Bagaskara langsung sujud syukur karena telah lolos mendapat pekerjaan walaupun hanya menjadi OB di perusahan Vina.
"Selamat sekali lagi kepada kalian telah lolos dan tetap berjuang untuk yang belum lolos." Ucqp Vina bersalaman kepada mereka satu persatu.
Tidak berakhir begitu saja, walaupun hanya seorang OB, Vina juga memberikan persyaratan tertentu selain SOP (Standar Operating Procedure) dari perusahaan. Mengingat kejadian masa lalu pencurian yang dialami oleh ayahnya.
Didalam ruangannya, Vina dengan disaksikan oleh Laila sekretarisnya, ia menjelaskan beberapa aturan yang harus dipatuhi saat OB membersihkan ruangan tempat kerjanya di pagi hari ataupun selepas pulang kerja.
Ia mulai menunjukkan satu persatu tempat ataupun brankar yang tidak boleh disentuh oleh siapapun kecuali dirinya. Karena baginya, tempat itu adalah tempat yang sangat rahasia, dan dapat disebut nyawa perusahaan dan nyawa keluarganya.
Peserta yang lainnya fokus mengikuti dan memperhatikan apa yang diterangkan oleh pimpinan mereka, sementara Bagas tidak. Tanpa disadari oleh seluruh orang yang ada dalam ruangan tersebut, saat Vina menjelaskan tempat mana saja yang tidak diperbolehkan untuk disentuh, mata Bagas mencuri perhatian fokus ke salah satu brankas berwarna abu-abu pada sudut lurus dengan meja kerja Vina.
"Bagas!"
"Em iya bu." Suara Vina membuyarkan lamunan Bagas pasa brankaa itu.
"Kamu lihat apa? Ada apa disana?" Tanya Vira yang juga ikut melihat satu arah dengan Bagas
"Emm, tidak ada apa-apa bu, tadi sepertinya ada kecoa disana. Saya heran juga, tempat sebersih ini bisa ada kecoa masuk." Jawab Bagas dengan salah tingkah diposisi berdirinya.