Tidak bisa memasak, tetapi nekat masak, itulah Reva pagi ini. Semalaman lelah bermain, pagi ini perut Reva sangat lapar. Sebetulnya Reva bingung mau masak apa, ingin membangunkan Sean tapi dia tidak enak.
Setelah nasi matang, Reva hanya menatapnya dengan gamang. Haruskah Reva memasak nasi goreng?
"Apa kamu bisa bicara sama nasi?"
Reva tersentak kaget saat tubuhnya di peluk dari belakang. Belum lagi gigitan kecil di telinga, membuat Reva semakin bergeliat geli. "Kok kamu udah bangun sih? Siapa yang bangunin kamu? Tidur lagi aja, ini masih pagi. Ya walaupun udah jam tujuh sih."
"Gimana bisa saya tidur kalau kamu ga ada di samping saya?"
"Halah! Daritadi meluk guling, akunya dikacangin."
Pundak Reva yang terekspose membuat Sean sangat leluasa membenamkan wajahnya. Aroma tubuh Reva benar-benar candu untuk Sean. Kedua tangan Sean yang bebas, meraba lembut dua bukit kembar yang sangat kencang. Sean juga merasa kalau buah dada Reva semakin besar dan kencang.
Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com