Jika biasanya selalu ada sosok laki-laki di sampingnya, kali ini Reva benar-benar merasakan hampa. Selama di rumah sakit, pria itu tidak pulang bahkan terus bertahan di sisinya. Reva menunduk, dia mematap kelung yang tersemat di di lehernya. Bukan hanya kalung, tetapi ada cincin dan gelang. Sean benar-benar membelikan sepaket.
'Perhiasan cantik untuk wanita yang cantik.'
Sudut bibir Reva terangkat membentuk lengkungan senyum tipis. Bukan hanya sentuhan, semua sikap Sean memang tidak pernah gagal bagi Reva. Reva juga ingat saat Sean mengutarakan keinginannya untul menikah.
Coba katakan, pria gila mana lagi yang berani mengatakan hal itu pada wanita lain? Sedangkan dia sudah mempunyai istri.
Tekad Reva memang sudah bulat untuk pergi ke sini, bahkan Sean tidak mengizinkan. Selain itu, Reva pun mematikan total ponselnya agar dia tidak tergoda untuk menghubungi. Baru beberapa hari menjauh, tetapi rasa kangen itu sudah hadir.
Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com