"Apa lagi ini, Re?" Jihan menatap Reva dari atas sampai bawah.
Reva masih mundur, kini dia bisa merasakan kalau punggungnya menabrak dinding. Saking panik dan takut, Reva sampai tidak sadar kalau dia sudah sampai toilet di dalam ruangan Sean. Keduanya masih terdiam, bahkan Jihan tidak mengeluarkan sama sekali selain mengikuti.
"Hebat ya? Masih berani ternyata? Urat malu kamu putus atau gimana, Re?" Jihan bersedekap dada menatap Reva. Rasanya Jihan sudah muak marah, lelah menegur, tapi kalau didiamkan hatinya sangat sakit.
"Pergi, Han, pergi."
"Stop, Jihan."
"Stop!" Reva refleks berteriak saat Jihan semakin mengikis jaraknya. Seharusnya tempat ini aman untuk Reva, tapi nyatanya tidak. Kenapa bisa Jihan di sini?
Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com