webnovel

PERJALANAN III

Dengan perut yang kenyang, dia berdiri dengan semangat, melanjutkan perjalanan, mendaki gunung, memanjat tebing, semua telah dia lalui.

Kini dia telah sampai, di eshtyn empire Yang telah hancur dan seperti kota zombie.

Setelah berjam-jam mengelilingi kota pertama, dia sama sekali tidak mendapatkan hasil. Lalu dari kejauhan terdengar suara yang sangat keras. Suara itu berasal dari seekor gajah raksaksa yang telah berubah menjadi monster.

Setiap langkahnya, membuat tanah bergetar seperti gempa bumi, tanaman yang gajah itu lewati, pasti akan layu. Setiap langkahnya juga menciptakan kawah yang sangat besar, sebesar telaga.

Tiber merasa merinding melihat sosok besar itu. Dia terpaksa maju karena tidak ada pilihan lagi, setelah tanah disekelilingnya menjadi lubang yang sangat dalam, dia tidak bisa lari.

Diapun maju, menerjang kepala gajah itu, tapi sekuat tenaga dia melompat, dia tidak akan sampai ke kepala gajah itu, yang tingginya sudah melewati gedung. Diapun terjatuh, dan terinjak mengenaskan oleh gajah itu.

Tapi dia masih belum menyerah, dengan ajaib dirinya bangkit kembali setelah terinjak oleh kekuatan dahsyat tersebut. Pertama yang selalu bersamanyapun kembali bersinar terang, Dia menyuruh Tiber untuk memakannya.

Meski awalnya ragu, karena permata itu sangat keras, sehingga mustahil baginya untuk menelannya. Tetapi setelah berpikir sejenak, tidak ada pilihan lagi.

Diapun langsung menelan permata itu, tiba tiba sebuah benda keras muncul didadanya, yang tidak lain adalah permata yang ia telan tadi. Diapun merasakan kesakitan yang luar biasa, tapi juga kekuatan yang luar biasa.

Permata itu meningkatkan kecepatannya, dan kekuatan fisik yang lainnya. Dia kemudian meremas kulit gajah itu, lalu menyeret gajah itu sekuat tenaga, hingga gajah itu terlempar jauh....

Di suatu tempat, sesosok misterius datang kesebuah hutan, tempat buah keabadian.

Diapun mulai menelusuri hutan itu untuk mencari buah keabadian. Tapi alangkah terkejutnya, dia melihat seluruh buah keabadian telah habis tak bersisa.

Diapun sangat marah, mengepalkan tangannya sekuat-kuatnya seperti akan melakukan pembalasan.