webnovel

My Bastard Man!

Peringatan: Rate: 21+ Harap bijak dalam memilih bacaan. Manora James, seorang wanita yang sangat mencintai Aldrich Hamilton, yang tak lain merupakan kekasihnya sejak bangku perguruan tinggi. Keduanya memilih menikah ketika Aldrich memiliki pekerjaan tetap di perusahaan milik keluarganya. Namun, semakin hari sesak semakin menyelimuti hatinya. Bagaimana tidak, Aldrich yang dulunya sangat perhatian dan sangat mencintainya kini berubah menjadi dingin dan tak tersentuh olehnya. Jangan lupakan kebiasaan pria itu yang kini lebih senang menghabiskan waktu di luar dengan para wanita bayaran. Perlahan Manora mulai bertanya, apa dirinya harus bertahan di tengah dinginnya pernikahan mereka atau memilih pergi dan melupakan segala sakit yang membelenggunya. Manora dilema, antara bertahan dan pergi, apa yang harus ia pilih?

meserrine_ · Urbain
Pas assez d’évaluations
284 Chs

When Aldrich was Sick

19

Nora keluar dari kamar dengan piyama satin berwarna putih yang membalut tubuhnya. Gadis itu dengan cepat berjalan menuju kamar yang ada di sebelahnya untuk memeriksa keadaan Aldrich yang hampir selama seharian ini tidak pernah keluar dari kamar karena demam.

Nora dengan perlahan membuka pintu kamar, ia memperhatikan Aldrich yang masih memejamkan matanya, apa pria itu masih belum bangun?

Nora mendekat, tangannya dengan cepat melepas kain yang sudah kering itu terlepas dari kening Aldrich. Nora memeriksa kening pria itu dan mengecek suhu badannya.

Mata Nora membulat sempurna ketika tangannya yang memegang kening terasa sangat panas. Jauh berbeda dengan suhu badannya yang tadi. Ternyata kompresan kain yang di pasangnya di kening Aldrich tidak ampuh dan malah membuat suhu pria itu semakin panas.

Kenapa bisa seperti ini? Jika dulu saat Aldrich mengalami demam seperti sekarang, mengompres adalah cara terampuh agar suhu tubuh Aldrich bisa kembali normal. Tapi kenapa sekarang malah berbeda.

Tanpa mempedulikan hal itu lebih lanjut, Nora pun segera keluar dari dalam kamar untuk mengambil kembali obat pereda demam untuk Aldrich tanpa berniat untuk membuat kompresan baru pada suaminya itu. Ia takut jika suhu tubuh Aldrich malah akan semakin panas lagi.

Tidak membutuhkan waktu lama, Nora kini sudah kembali dengan sebuah nampan berisi air putih, obat pereda demam dan sup hangat yang tadi ia buat sebelum mandi dan membersihkan diri.

Karena saat sedang mengambil obat untuk Aldrich di dapur tadi Nora juga baru teringat jika sedari pagi pria itu ternyata masih belum makan.

Kali ini Nora mencoba berani, bahkan jika Aldrich tidak ingin makan ia akan memaksa pria itu meski harus menerima konsekuensi dari kelakuannya itu. Bisa-bisa Aldrich akan marah padanya, tapi Nora tidak mempedulikan hal itu yang terpenting sekarang adalah Aldrich bisa cepat sembuh dan kembali beraktivitas normal seperti biasanya.

Nora mendudukan diri di tepi ranjang, tangannya bertumpu di lengan kanannya Aldrich, Nora pun dengan perlahan menggoyang-goyangkan lengan suaminya itu.

"Aldrich! Aldrich, bangunlah."

Aldrich menggeram, mengubah posisi tidurnya menjadi menyamping membelakangi Nora tanpa berniat membuka mata karena saat ini matanya benar-benar terasa sangat berat dan panas, ciri-ciri orang yang mengalami demam.

Nora tidak menyerah, gadis itu menarik selimut yang membungkus tubuh Aldrich dari bahu hingga perut pria itu.

"Aldrich, bangunlah. Kau harus maka dan minum obat." Nora berkata dengan nada lembut, tidak ingin jika sampai menyinggung Aldrich jika ia berbicara dengan suara keras.

Tapi justru nada lembutnya itu bagaikan lagu pengantar tidur untuk Aldrich. Pria itu sekarang malah tidak bergerak sedikit pun dari posisi tidurnya, ia masih asik memejamkan mata dengan nyaman.

Nora masih belum menyerah, gadis itu kini semakin menggoyang-goyangkan lengan Aldrich, meski kini tangan yang sebelah ia pergunakan untuk mengelus kening Aldrich yang sangat panas, terasa membakar.

Aldrich yang terusik membalikkan tubuhnya, kali ini pria itu tidak tertidur lagi karena melihat Nora yang kini berada di jarak dekat dengannya.

Menyadari jika kali ini Aldrich benar-benar bangun, Nora dengan sigap menjauhkan tangannya yang berada di kening Aldrich. Entah kenapa setiap menatap mata Aldrich Nora jadi gugup sendiri.

Meski kini tatapan tajam yang biasanya di keluarkan oleh Aldrich kini tidak ada lagi. Saat ini Aldrich malah sedang mengerjab-ngerjabkan matanya yang terlihat memerah karena baru melihat cahaya lagi setelah sedari pagi tertidur pulas.

"Badanmu semakin panas. Kau harus meminum obat." Nora dengan perlahan membantu Aldrich yang kini berusaha mendudukan diri dengan kepala yang bersandar pada kepala ranjang.

Kali ini Aldrich tidak menolak, tangannya terangkat menerima gelas dan air yang di berikan Nora. Setelahnya pria itu pun langsung menelan pil pereda demam, meneguk air putih hingga tandas karena sedari tadi ia memang haus.

"Kau juga harus makan," balas Nora lagi setelah menerima gelas yang berisi seperempat air itu dari tangan Aldrich.

Aldrich menggeleng kecil, hendak tertidur lagi sebelum Nora dengan cepat menahan tubuh pria itu.

"Apa lagi?" tanya Aldrich dengan suara lemahnya. Kali ini ia tidak bisa membentak atau melakukan apa-apa karena tubuhnya yang benar-benar sangat lemas. Maka semasa Aldrich sakit, Nora-lah yang mengambil kuasa.

"Kau harus makan. Jika tidak kau tidak akan bisa sembuh. Aku akan menyuapimu," singkat Nora dengan meraih mangkuk berisi sup yang masih panas dan meletakkannya di atas pangkuan.

"Jangan menghembusnya," larang Aldrich ketika melihat Nora menghembus sesendok kuah sup.

"Kenapa? Ini masih panas," tanya Nora dengan mengernyit bingung.

Aldrich memejamkan matanya, terlihat malas merespon perkataan Nora lagi sementara gadis itu malah kembali asik meniup sesendok sup tanpa peduli dengan larangan dari Aldrich baru saja.

"Makanlah." Mata yang tadinya terpejam lemas itu kini terbuka lebar, menatap istrinya yang kini sedang menyodorkan sesendok sup hangat untuknya.

Tanpa berbicara banyak Aldrich pun membuka mulutnya, menerima suapan dari Nora.

Nora tersenyum puas. Gadis itu pun terus menyuapi Aldrich setelah mendinginkan sup-nya dengan hembusan-hembusan kecil.

Hanya tujuh kali suapan dan Aldrich menggelengkan kepalanya ketika Nora masih terus menyuapinya.

"Aku sudah kenyang," jelas Aldrich ketika melihat alis Nora yang bertaut.

"Kau baru makan sedikit, Aldrich. Kali ini menurutlah padaku, oke? Aku melakukan ini agar kau cepat sembuh."

"Jangan memaksaku," tukas Aldrich hendak tidur kembali tapi Nora dengan sigap menahan pergelangan tangan pria itu.

"Kau harus makan. Setidaknya satu suapan lagi."

"Aku bukan anak kecil!"

"Maka dengan itu bersiaplah layaknya orang dewasa. Jangan membantah," balas Nora mulai berani, gadis itu menghembuskan napas melihat tatapan Aldrich yang mulai menajam.

"Aku melakukan ini untuk kebaikanmu. Jika kau memang tidak ingin makan setidaknya satu suapan lagi," putus Nora yang kali ini tidak di bantah oleh Aldrich. Untuk saat ini pria itu tidak ingin berdebat.

Saat menerima suapan pertama Aldrich pun hendak tidur kembali tapi Nora kembali menahan.

"Satu suapan lagi,"

"Kau!--" perkataan Aldrich langsung terpotong ketika dengan cepat Nora memasukkan sesendok sup hangat beserta nasi ke dalam mulut pria itu.

"Ma-af!" ujarnya cepat, Nora dengan sigap meraih air putih yang ada di atas meja nakas, memberinya pada Aldrich.

Aldrich menerima, pria itu pun langsung meminum airnya setelah tadinya ia terbatuk-batuk karena tersedak ketika Nora memasukkan makanan itu ke dalam mulutnya secara tiba-tiba.

"Kau tidak apa-apa?" tanya Nora khawatir.

Aldrich tidak menjawab, matanya yang tadinya sayu kini berubah jadi menajam yang seketika membuat Nora gugup saja.

"Aku hanya ingin agar kau cepat sembuh. Ma-af jika kau menganggapku keterlaluan," sela Nora cepat. Tidak ingin jika Aldrich memarahinya terlebih dahulu bahkan sebelum ia memberi penjelasan.