webnovel

Must Be Mine! (BL)

Auteur: Erina_Yufida
LGBT+
Actuel · 59.2K Affichage
  • 31 Shc
    Contenu
  • 5.0
    10 audimat
  • NO.200+
    SOUTIEN
Synopsis

Ranendra Bian Alfanrez, seorang pria mungil dengan kelebihan parasnya yang nyaris sempurna. Siapa yang sanggup menolak untuk tak bertekuk lutut? Sederhana saja, jika ingin di tanggapi beri dia segepok uang. Katakan saja dia sudah mulai tak berminat untuk main hati, jiwa yang terlanjur kosong, bahkan membuatnya tak sedikit pun menjaga diri. Lagipula, apa gunanya? Bukankah tubuhnya sudah rusak sejak awal? Salahkan Sean Nathaniel Rezgaf yang tak bisa membalas cintanya. Pria yang tak lain adalah sahabat semasa SMA nya, yang akhirnya menjauh karena pengakuan cintanya. Sampai menarik mundur jarak keduanya yang begitu jelas, Nathan pergi tanpa pamit. 8 tahun nyaris terhitung, perlukah selama itu Nathan membuangnya? Bahkan rasanya terlampau menyakitkan saat pria itu memperlakukannya seperti orang asing. Belum lagi harus tertampar kenyataan saat Nathan kembali dengan membawa gadis cantik yang memanggil, Daddy? Rindu, canggung, amarah, dan jantungnya yang masih berdebar kencang menunjukkan perasaan Bian yang tetap sama. Ia yang masih cinta. Perlukah Bian menunjukkan cintanya terang-terangan, lagi? Atau hatinya yang lagi-lagi di lukai membuatnya menyerah saat di waktu bersamaan Alex- bocah SMA yang terus menguntit? Lantas bagaimana jika skenario di rancang untuknya bisa menyusup ke dalam kehidupan Nathan? Apakah gairah binalnya masih bisa di tahan saat semakin gencarnya Nathan menyeruakkan kejantanan dihadapannya?

Étiquettes
7 étiquettes
Chapter 1"Masih tak tergoda untuk menculik ku?”

Musik di putar dengan begitu kencang, mengiringi liukan tubuh yang menggila di lantai dansa. Lampu warna-warni yang menyorot dan saling berbentur menambah latar menjadi semakin erotis di balik dominasi temaram.

Kesadaran mulai meninggalkan, saat semakin banyaknya kadar alkohol yang berlomba-lomba di tenggak gila-gilaan. Banyak yang mengambil kesempatan, terlebih pria hidung belang yang telah mengincar wanita dengan keindahan tubuh menonjol yang gencar di pamerkan.

Tak ada batas yang bisa mendapatkan pandangan mengecam, semua bertindak sesuka hati. Berciuman dengan orang asing, menggerayah tubuh tanpa seizin, atau bahkan bergumul di atas sofa eksklusif yang telah di pesan. Saling menggila dengan pencapaian kepuasan yang menderu untuk di raih, sama sekali tak ingin merugi.

Aroma parfum saling mengaduk menjadi satu, asap rokok, pekat alkohol atau bahkan keringat yang membasahi tubuh.

Namun di balik kemeriahan mewah yang serentak di kejar oleh orang-orang itu, satu sosok menjadi sorotan pandang penuh protes hanya karena tegukan kesekian yang sekaligus tertelan. Tak…. Membanting gelas kecil yang telah kosong kembali ke tatakan, menganga lebar dengan desah kelegaan, yang membuat pria di hadapannya merasa benar-benar geram.

"Setidaknya kalau miskin itu sadar diri, jangan terus menghabiskan waktu di sini. Lebih baik banting tulang sana, cari kerjaan lebih banyak."

"Kejam sekali kata-kata mu, ini adalah tempat umum. Semua mencari kebahagian di surga dunia ini, bagaimana bisa kau membatasi ku yang menginginkan hal sama seperti mereka ini, eh? Orang miskin hanya di perkenankan untuk menderita, begitu?" sahut pria mungil yang duduk di kursi tinggi pada meja bar. Rautnya bahkan sudah mulai lesu dengan kernyitan pesakitan sekedar menelan ludah. Panas, kerongkongannya seperti terbakar.

Kelopak matanya terlihat mendesak untuk terpejam, bahkan kepalanya terus saja bergoyang, bukan untuk mengikuti irama distorsi dengan tempo yang makin cepat. Salah satu yang mulai terpengaruh efek buruk alkohol, topangannya bahkan sudah seperti tak mampu lagi untuk bertahan, jika bukan karena pria berseragam yang bantu menyangga dahi sebelum sempat terantuk jatuh menghantam meja.

"Hihihii..."

Kemudian hanya ringisan senyum bodoh yang di balaskan sebagai ucapan terimakasih. Meski pun begitu tak menyurutkan niatan pria yang ahli meracik minuman itu dalam menasehati manusia berotak batu.

Brakk

Menggebrak meja, kemudian wajahnya di majukan hingga membuat pria mungil itu sontak menghindar dengan netra bulatnya yang makin menyipit. Satu alis terangkat, seolah masih saja mempertanyakan nasehat rutinan dari pembicaraan mereka.

Menepuk dahi, kemudian menggeram dengan desakan mengambil jalan kekerasan pada pria bertubuh mungil itu. Ya, ia masih punya hati untuk tak mendaratkan kepalan tangan besarnya pada wajah seolah polos tanpa dosa dengan kedipan cepat mengarah padanya.

"Ya, memang yang kau datangi ini adalah surga, tapi kau membuat kemeriahan ini menjadi neraka untuk ku. Sungguh, kau mau aku di pecat dari kerjaan ku karena terus mentolerir mu seperti ini? Demi apa pun, ini bukan warteg di mana kau bisa berhutang sesuka hati. Bangsat! Aku juga hanya budak di sini." omel sang pekerja dengan nada tinggi yang sekaligus di keraskan untuk menandingi suara musik pada tempat itu. Rasa tersiksanya tak bosan di luapkan meski pun lagi-lagi harus mendesah lelah membuang emosinya yang bagai lahar, terus bergemelutup.

Tak

Namun bukannya malah mendapatkan pencerahan, pria mungil itu malah menjentikkan jarinya dengan raut kegirangan seolah tengah menemukan ide cemerlang. "Maka dari itu, bantu aku untuk mencari uang lebih. Kenalkan aku pada pria kaya lagi."

Ya, untung saja sudah bersiap dengan bujukan semacam itu. "Dan kau akan terus merengek setelah uang mu habis? Sungguh, itu bukan solusi, Bi!"

"Setidaknya aku bisa membayar minuman yang ku pesan, kan?" balas pria mungil yang dengan santainya mengangkat bahu.

"Berarti kau harus lebih dulu menghilangkan kebiasaan buruk mu ini." Benar-benar memberikan peringatan, bartender itu bahkan sampai menunjuk tepat di depan wajah sang kawan yang masih saja tak ingin peduli.

"Hufh... Sangat sulit untuk berbicara dengan mu."

"Tidak sulit jika kau mau sedikit mengerti kondisi ku."

"Kondisi mu yang bagaimana?" Bartender itu yang setelahnya makin jelas mencibir. "Oh... Maksud mu dengan usaha keras mengejar gelar murahan? Ku tanya pada mu, memangnya rencana mu mau menggaet berapa pria lagi?"

"Banyak tanya."

"Kau mau lubang mu di kroyok sekaligus, ya?!"

Brakk

Bartender yang tanpa sadar meninggikan suaranya itu lantas terkesiap, pria mungil di hadapannya itu meraup kerah kemeja yang di kenakannya dan menyentaknya kasar sampai menghantam meja.

Pandangan tajam, yang lebih tak masuk akalnya lagi bartender itu sampai gemetaran hanya karena kepalan tangan mungil yang teracung ke arahnya.

"Aku bisa saja merontokkan gigi-gigi mu ini."

"Ampun."

"Atau perlu ku koyak bibir mu? Setidaknya itu akan membuat kau sedikit berpikir ribuan kali untuk mengoreksi kehidupan ku."

"Tidak-tidak!" Pria tinggi itu nyaris pingsan, usapan lembut jemari itu di bibirnya malah menghantarkan pikirannya pada kengerian.

"Ayolah... Setidaknya kasihanilah telinga ku yang terlalu muak mendengar ceramahan mu itu."

"Ku mohon, jadi manusia jangan terlalu buruk. Jadi jalang saja sudah cukup, tak perlu kau menambah sifat psikopat seperti itu."

Plak

Jantung sang bartender seketika saja mencelos setelah tamparan ringan mampir di pipi kirinya. Matanya yang otomatis terpejam, setelahnya terbuka dan mendapati kenalannya itu sudah kembali duduk limbung dengan menenggak minumannya.

"Sialan! Kalau itu orang lain, sudah ku pastikan kau akan mati dalam waktu dekat."

"Hei, aku sudah tau... Kau memang kawan ku."

"Hei, ku lihat ada perdebatan di sini. Bisakah aku datang sebagai penengah?"

Selalu berakhir sia-sia, saat datang pria asing dengan tampilan rapi dan terkesan mahalnya.

Bahkan pria mungil yang sudah mengalihkan pandangan dengan bola mata memutar malas, seketika saja berubah berbinar penuh semangat saat paha kecilnya di remas.

Seolah tubuh limbungnya hanya sebuah kepura-puraan, kali ini bahkan pria itu sudah berhasil meloncat turun dengan mudah dari kursinya, sangat bergas.

"Oh... Untung saja ada pangeran baik hati yang menyelamatkan ku...  Ekhh..." Cegukan, yang setelahnya belagak sok centil menggoyangkan tubuh layaknya remaja polos yang tengah salah tingkah. Menyibak poni rambut sejumputnya ke belakang telinga. Berbanding terbalik dengan bibir mencebik yang menunjukkan diri begitu memelas setelahnya, menarik pandangan nanar pada pria di balik meja yang mendadak jadi tertuduh. "Aku tau jika aku seindah ini. Aku bisa maklum kalau banyak orang yang tertarik pada ku. Kau yang bahkan orang asing pun harusnya tau, kan? Harga diri ku tak semurah itu sampai siapa pun berhak, sementara aku punya selera."

"Bi-"

Bartender yang melotot tajam itu bahkan di sela, "Harusnya kau sadar diri, pekerja seperti mu harusnya tak terlalu lancang menarget buruan terlalu tinggi."

Dan pria mungil yang licik itu malah semakin gencar memberikan kode pada sasaran empuknya. Tau benar jika tatapan sayunya menjadi kelebihan, menggigit bawah bibir dengan sensual, lantas mengusap dada pria bersetelan rapi itu dengan bersuara gemetar. "Sekarang kau telah menyelamatkan ku dari satu singa kelaparan, tapi setelah kau meninggalkan ku sendiri, aku tak bisa jamin keselamatan ku akan terjamin atau malah semakin gencar untuk di habisi."

"Jika begitu, rasanya kau memang harus ku kawal."

Gocha!

Kelicikannya dalam menjerat target memang tak usah di ragukan lagi. Meleyapkan lagak mimik wajah ketakutannya seketika. Bergelayut manja di lengan rekan barunya, tanpa sedikit pun mengindahkan nasehat dan malah melambaikan tangan sembari langkah berjingkraknya di bawa pergi. Seolah meledek dengan pantat seksinya yang sengaja di goyangkan. Menjauh dari pria yang angkat tangan untuk bisa memberikan pencegahan lagi. Terlebih emosinya yang makin meletup, rasanya hatinya seperti di remas mendengarkan fitnah kejam terhadapnya. "Sial! Lagi-lagi jalang kecil itu menuduh ku sebagai pria rendahan yang jelalatan. Kalau tidak ku ingat dia sebagai kawan ku, sudah ku tendang jauh dia ke kutub utara!"

"Apa kau mau ku antar pulang?"

Sementara kedua pria asing yang telah meninggalkan area dalam gedung yang begitu bising. Berhenti di tengah parkiran dengan malam gulita yang menyelimuti.

Di pahami jelas tentang maksud penawaran, alih-alih meminta penjelasan tentang langkah mereka selanjutnya. Ya, pria mungil itu sedikit mentolerir cara godaan yang sedikit membuang-buang waktu ini. "Secepat itu kita berpisah? Bahkan jika aku mengatakan pria seperti mu adalah selera ku, kau masih tak tergoda untuk menculik ku?"

Vous aimerez aussi

Bottom A, Top O

Berpenampilan lugu namun sebenarnya pengacara yang licik Omega (gong) x Petugas polisi yang lembut dan jujur ​​Alpha (shou) Pertemuan pertama Nie Zihang dan Yu Jingxuan terjadi di kantor polisi pada larut malam. Karena kekasih omeganya telah berselingkuh dengan alpha, dia melemparkan bola ekstrak feromon pekat ke dalam restoran hot pot yang penuh sesak. Dia harus memberi tahu kekasihnya bahwa semua alfa adalah hewan liar yang tidak bisa membedakan teman dan musuh saat mereka merasakan feromon. Ceritanya diakhiri dengan dia diinterogasi oleh seorang petugas polisi yang, meskipun suaranya lembut dan wajahnya mungil, ternyata dia juga seorang alpha. "Tuan Nie, sebagai pengacara, bukankah menurutmu melanggar hukum dengan sengaja itu buruk?” Alpha bertanya padanya. Nie Zihang dengan santai melemparkan rekaman video kejadian tersebut sambil tersenyum. “Sesuai UU Perlindungan ABO, tindakanku sah sebagai pembelaan diri. Petugas Yu, kau tidak boleh menunjukkan sikap pilih kasih yang tidak berprinsip kepada orang yang melakukan kesalahan hanya karena dia seorang alpha, oke?" Sang alpha dengan sopan melepaskannya. Dia berasumsi masalahnya sudah selesai hingga keesokan harinya, ketika seseorang yang dikenalnya tiba di firma hukum tersebut. Yu Jingxuan yang berpakaian santai memasuki kantornya dan merenung, “Tuan Nie memiliki rasa permusuhan yang kuat terhadap alpha. Apakah kau keberatan jika aku meminta bantuanmu untuk menggugat mantan pacar? Aku ingin reputasinya turun.” Nie Zihang mengangkat alisnya. "Oh? Informasi lebih lanjut akan sangat kami hargai.” Baru kemudian dia mengetahui bahwa Yu Jingxuan juga terlibat dalam hubungan AA. Mantan pacarnya juga pernah selingkuh dengan omega. Karena AO adalah jalan yang benar, kenapa kita tidak mencobanya? Bagaimanapun, jenis kelaminnya juga bertepatan.

Elhafasya · LGBT+
Pas assez d’évaluations
40 Chs

Karnival: Dikuasai Oleh Pangeran Alpha yang Gila [BL]

Dari melarikan diri demi keselamatan dan mendaftar di sebuah sekolah yang penuh dengan psikopat… menjadi klaim oleh seorang pangeran alpha yang gila? Yeah, kamu lebih baik mati saja. • . • Hidup Jules sempurna seperti gambar sampai seluruh keluarganya tiba-tiba dibunuh, dengan dia sebagai satu-satunya yang selamat. Seorang penyelamat muncul karena dia masih dalam bahaya besar, dan itu membuat Jules mengambil identitas baru dan menjadi orang yang benar-benar berbeda dalam semalam— dan mendaftar di Karnival, sekolah all-boys bergengsi untuk semua makhluk supernatural. Di Karnival, monster-monster bersembunyi di lorong-lorong gelap dan yang kuat memangsa yang lemah. Kamu harus menjadi predator atau mangsa... dan dari satu tatapan pada Jules— seorang anak terlalu cantik untuk kebaikannya sendiri, dengan tubuh langsing dan mungil, sudah jelas dia akan dimangsa hidup-hidup oleh para predator. Muncullah Blaze, serigala yang membuat setiap predator di sekolah merinding, Alpha yang sangat ganteng yang seberbahaya dan segila rumor yang dikatakan. Dia melirik Jules dan memutuskan di sana dan saat itu bahwa Jules adalah miliknya. *** Saya bergeser mundur, mata semakin melebar saat mata saya tertuju pada senyum di sisi bibirnya. Blaze tidak pernah tersenyum, dan kapan pun dia melakukannya, itu tidak pernah berarti apa-apa yang baik. Detak jantungku mempercepat saat aku mundur lebih jauh lagi, napas tersengal-sengal berhenti saat dia mulai mendekatkan jarak di antara kami. Dalam sekejap, punggungku terdorong ke dinding dingin dan saat itulah aku tersadar di dada bahwa aku terpojok dan terperangkap, seperti mangsa sebenarnya... oleh Blaze, ketika aku pikir hidupku tidak bisa menjadi lebih buruk. Dia menjulang di atas saya dengan mudah, memancarkan dominasi begitu besar dan saya harus mendongakkan kepala ke belakang agar bisa menatap matanya yang gelap, dan napasku tercekat saat mata kami bertemu. Diadakannya kepala dan mata saya segera tertutup saat saya menahan napas, menunggu dia menyerang. Saya telah mendengar semua rumor mengerikan, tanpa henti tentang dia. Dia adalah Pangeran Alpha yang kehadirannya orang sepertiku tidak seharusnya berada di dalamnya. Ketika saya merasakan ujung hidung dinginnya meluncur di sepanjang leher saya, mulut saya terbuka melepaskan desah kaget. Dia menarik napas panjang, terdengar dan saya merasakan gemetar merayap turun tulang punggung saya saat saya menjadi semakin kaku, kebingungan memenuhi pikiran saya. Apa yang terjadi? Mengapa dia melakukan ini tiba-tiba? Astaga... dia memang alpha yang gila seperti yang semua orang katakan! *** BUKU INI DINILAI 18+! Ini berisi konten dewasa seperti: - Perundungan. - Penggunaan narkoba. - Smut [banyak sekali.] - Kekerasan. - Harem [bukan antara karakter utama.] Jadi… berhati-hatilah, Anda telah diperingatkan! *Saya tidak memiliki hak atas sampulnya!

Bree_Airee · LGBT+
Pas assez d’évaluations
342 Chs
Table des matières
Volume 1

audimat

  • Tarif global
  • Qualité de l’écriture
  • Mise à jour de la stabilité
  • Développement de l’histoire
  • Conception des personnages
  • Contexte mondial
Critiques
Aimé
Nouveau

SOUTIEN