"...!!"
Sialan, siapa lagi gadis itu? darimana datangnya, dan kenapa tak seorang pun dari kami dapat merasakan kehadirannya.
Darah merah mulai menetes dari bibir merah Leraje yang ia gigit dengan keras. Namun seluruh tubuhnya masih harus menahan diri kendati gadis yang muncul entah dari mana itu, masih merupakan tanda tanya baginya.
"Kakak...!!!"
Ucap Daisy saat melihat kedua tubuh yang telah tak bernyawa di hadapan ayahnya. Bertekuk lutut pun ia selagi bersimbah air mata. Namun Daisy tahu, sendunya tak dapat berlangsung terlalu lama.
Dan tepat seperti yang dikatakan instingnya. Tepat di depan matanya yang masih meneteskan air mata, kedua tubuh tak bergerak di hadapannya, tiba-tiba terlumat remuk dalam udara kosong bak sebuah mainan tanah liat yang dilumat anak kecil.
Air matanya pun terhenti, wajahnya membeku terperangah menyaksikan hal tersebut. Namun sebuah tangan segera meraih pundaknya, dan hal itu segera menenangkannya kembali.
"Terimakasih ayah..."
Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com