webnovel

Monster di Batavia

Berakhir dalam 11 - 12 Chapter terakhir. Kisah ini, adalah kisah dari sebuah harapan. Kisah ini juga kisah dari sebuah perjuangan. Kisah dari sebuah cita, kisah dari sebuah asa. Kisah dari seorang gadis bernama Anna, yang kehilangan ingatannya di tengah para penjajah VOC yang bisa merubah wujud mereka. Terbagi dalam tiga babak besar, dimana pada awal tiap babaknya akan di gambarkan keseluruhan alurnya dalam satu puisi singkat. Kisah ini mengangkat catatan sejarah bangsa dalam genre cerita fantasi yang mendebarkan. Mengambil setting di tiga masa berbeda, kisah ini akan membawa pembaca untuk bertualang dan menyaksikan koneksi dari perjuangan para pahlawan Nusantara. Cuplikan : "Di mana ini!?" kata pikirannya mengacau. ... Blap! Blap! ... tiba-tiba dua lampu pijar bersinar. "... Het feest!! ... kita sambut bersama ... ANNA!!" Kemudian ... desahan makhluk yang belum pernah ia dengar ... Slurrpp!! "... AAAAA!!!" "Jangan takut gadis manis, tulangmu tak akan kami sisakan sedikit pun"  "Tidak!" " ... mari kita lihat seperti apa rasa yang dimiliki daging lembutmu ... " "HHYYAAAAAAAA ... TIDAK TIDAK! ...  JANGAN ... JANGAN MENDEKAT! SANA PERGI ...  TIDDAAAAAKKKKKK!!!" Batavia 1628, sebagai salah satu wilayah jajahan VOC kota bergaya eropa ini berubah menjadi tempat yang sangat mencekam. Kemudian tepat di suatu bangunan megah yang berada di tengah kota, digelarlah suatu pesta dansa tepat saat pertengahan malam. Bulan bersinar bulat, tarian dan musik klasik pun mulai diputar, dan seketika lampu ruangan itu dimatikan. Saat itulah panggung mencekam Batavia dibuka....

Tom_Ardy · Histoire
Pas assez d’évaluations
95 Chs

BAB XIV Berhenti Membunuh  

"...!!"

Sialan, siapa lagi gadis itu? darimana datangnya, dan kenapa tak seorang pun dari kami dapat merasakan kehadirannya.

Darah merah mulai menetes dari bibir merah Leraje yang ia gigit dengan keras. Namun seluruh tubuhnya masih harus menahan diri kendati gadis yang muncul entah dari mana itu, masih merupakan tanda tanya baginya.

"Kakak...!!!"

Ucap Daisy saat melihat kedua tubuh yang telah tak bernyawa di hadapan ayahnya. Bertekuk lutut pun ia selagi bersimbah air mata. Namun Daisy tahu, sendunya tak dapat berlangsung terlalu lama.

Dan tepat seperti yang dikatakan instingnya. Tepat di depan matanya yang masih meneteskan air mata, kedua tubuh tak bergerak di hadapannya, tiba-tiba terlumat remuk dalam udara kosong bak sebuah mainan tanah liat yang dilumat anak kecil.

Air matanya pun terhenti, wajahnya membeku terperangah menyaksikan hal tersebut. Namun sebuah tangan segera meraih pundaknya, dan hal itu segera menenangkannya kembali.

"Terimakasih ayah..."

Chapitre verrouillé

Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com