webnovel

Episode 9 - Poster

‘Menyimpan gambar dalam ingatan.’

“Kau baik-baik saja?” tanya Seung Woo setelah memberikan botol minuman pada Se Rin, ia mampu melihat bahwa wanita itu menahan rasa kesalnya sampai wajahnya merah padam. “Lain kali aku akan menolak tawaran apa pun yang berhubungan dengannya,”

“Seharusnya yang ini juga kita tolak!” sungut Se Rin meremas botol minuman yang telah kosong, seakan dengan melakukannya ia mampu meredam emosi, sementara pandangannya tajam ke arah Min Ho yang menebar senyum pada staff wanita.

Mengingat kembali keputusannya untuk mengakhiri hubungan dengan Min Ho, setelah laki-laki itu mengatakan tidak akan pernah menikahinya, hanya cukup berpacaran saja. Berbeda pendapat, Se Rin jelas tidak ingin dan tak setuju akan penuturan Min Ho terkait sebuah hubungan suami-istri, maka saat itu juga ia mengatakan ingin putus.

“Aku sama sekali tidak menyesalinya, baguslah karena aku mengetahui dia tidak pantas untuk wanita sebaik dan secantik diriku!” pekik Se Rin di bangku belakang mobil yang dikemudikan Seung Woo, tangannya memegang bangku kosong di depannya seakan ia sedang mencekik seseorang.

Di balik setir kemudi Seung Woo merasa ngeri sendiri, “Yeah, kau terlalu bagus untuknya,” kata Seung Woo lambat-lambat, menghentikan laju mobil ketika lampu berubah merah. “Ooh bukankah dia,” ia ragu telah melihat laki-laki yang tertabrak mobilnya sewaktu di Busan, tengah menyeberangi jalan lewat di depan mobil sambil tangan mengayun beberapa bingkisan.

Karena hanya selintas dan keremangan malam membuatnya tak begitu jelas, Seung Woo menganggapnya hanya kebetulan mirip dan tak mengatakan apa pun pada Se Rin yang masih ngedumel.

“Benar, akan aku buat dia menyesal karena telah meremehkanku! Dia pikir aku tidak bisa menemukan yang lebih tampan darinya dan pastinya beribu-ribu lebih baik, lihat saja nanti!” Se Rin begitu antusias sampai ia lupa kenyataan bahwa sulit sekali baginya memulai hubungan dengan seorang pria, mengingat Min Ho adalah yang pertama baginya.

“Aish, menyebalkan sekali,” desis Se Rin kembali menghalau perasaan menyesalnya, sudah jelas dia tidak akan menarik kembali ucapannya dan tak mau mengharapkan Min Ho yang meminta maaf sambil memberinya cincin berlian.

Mobil kembali melaju, tercipta suasana tenang dan damai tak ada lagi suara kesal Se Rin yang terdengar karena wanita itu memilih untuk beristirahat, memejamkan mata berusaha keras untuk tidak memikirkan masalah yang diakibatkan mantan kekasihnya. Ia membatin seraya membuang napas keras, aku akan pernah kembali padanya.

ΘΘΘ

Se Jun sampai di rumah, dia disambut oleh kakek yang mengambil alih belanjaan, lalu meletakannya di atas meja. Kakek melihat ekspresi Se Jun yang tak mengenakan, maka ia memutuskan untuk bertanya, “Kau kenapa?”

“Hari ini aku telah bertemu dua Se Rin,” kata Se Jun mengingat setiap kejadian yang baru dialaminya, “Harabeoji pasti tahu akan ada banyak orang yang memiliki nama Se Rin, termasuk Kim Se Rin. Sekarang bagaimana aku bisa menemukannya?” keluhnya memegang syal, di Busan pun ia telah mengalami hal serupa mencari wanita bernama Kim Se Rin yang mungkin mengetahui tentangnya.

Jika tidak pun, Se Jun harus membalas budi pada wanita yang telah menolongnya itu.

“Kalian bisa secara kebetulan bertemu lagi atau mungkin takdir akan mempertemukan kalian kembali,” tukas kakek mengeluarkan satu per-satu barang belanjaan dari kresek.

“Harabeoji, aku rasa aku membutuhkan beberapa pakaian, aku harus membelinya.” ujar Se Jun, matanya berbinar seakan meminta sesuatu pada laki-laki berwajah keriput dengan uban di rambutnya.

“Kalau begitu belilah,” balas kakek santai.

Sepertinya ia tak mengerti dengan apa yang dimaksudkan Se Jun, bahwa ia membutuhkan sesuatu yang tak dimilikinya, “Aku butuh uang untuk membelinya, apa Harabeoji bisa meminjamkan sedikit uang padaku?” tanyanya urung meminta, biar bagaimanapun ia menumpang di rumah kakek dan tak harus merepotkannya, dia mulai berpikir untuk mencari pekerjaan paruh waktu.

Suara tawa kakek yang melengking terdengar renyah, “Tunggu apakah aku menyimpan sedikit uang di sakuku,” guraunya merogoh saku celana, dan memberikan uang yang lebih dari cukup untuk membeli tiga sampai lima pasang pakaian.

“Akan aku pastikan mengembalikan uang kakek beserta bunganya,” kata Se Jun tersenyum tipis, “Aku pergi dulu,” tambahnya berlari menuju pintu.

“Naiklah taksi jika kau tidak ingin tersesat!” kakek mengusulkan walau sebenarnya ia tahu betul pemuda itu tidak akan salah mengambil jalan, dia ingat Se Jun memimpin jalan untuk kembali ke stasiun, saat Se Jun bilang baru pertama kali ke pusat kota.

ΘΘΘ

Sepasang kekasih duduk di halte bus, terlibat percakapan yang begitu seru. Se Jun mengerling ke arah mereka, ia juga sedang menunggu bus untuk melanjutkan perjalanan pulangnya, tentu setelah membeli beberapa pakaian yang banyak mendapatkan pujian dari pelayan toko bahwa apa pun yang dikenakannya begitu cocok.

“Lihatlah wajahnya putih, mulus dan begitu cerah, apa kau tidak berpikir kalau dia cantik?” tanya wanita berkuncir dua pada kekasihnya, mengalihkan penglihatan Se Jun ke sekeliling dan dia sama sekali tidak melihat ada wanita lain di halte.

Si pria menatap poster wanita yang dimaksud, tertempel di sisi halte bus, cukup besar sehingga tak mungkin ia tak melihatnya.

“Kim Se Rin,” mendengar nama itu disebut perhatian Se Jun terfokus pada gambar yang baru diketahui keberadaannya, suara lelaki kembali terdengar. “Dia memang cantik,” katanya mendapat tatapan kecewa, ia buru-buru menambahkan, “Tapi kau jauh lebih cantik darinya,” langsung saja si wanita menarik kedua sudut bibirnya, tersenyum semakin lebar.

“Busnya sudah datang!” serunya meraih lengan sang kekasih seraya berdiri, berjalan mendekati bus yang baru menghentikan lajunya tepat di depan halte.

Se Jun memperhatikan wanita yang tersenyum manis dalam poster iklan, seraya menunjukan lipstik di tangannya, dia seorang artis, namanya Kim Se Rin. Itulah kesimpulan yang diambil Se Jun.

“Aku rasa bukan dia orangnya,” gelengnya pelan, kemudian berlari memasuki bus setelah pasangan kekasih itu memilih tempat duduk di sudut belakang. “Mereka terlihat sangat bahagia.” komentar Se Jun melihat pasangan itu, ia pun bergegas duduk di dekat jendela menikmati perjalanan pulangnya.

ΘΘΘ

“Hati-hati!” Kim Se Rin melambaikan tangan menghantarkan kepergian Han Seung Woo, sampai mobil berwarna hitam itu tak terjangkau lagi oleh pandangannya.

Ia berbalik hendak memasuki rumah, tetapi kehadiran seseorang yang mendadak di hadapannya membuat ia terperanjat. “Ya ampun, mengagetkan saja!” pekik Se Rin hampir saja marah-marah, sebelum akhirnya teringat tentang harus menjaga sikap sebagai publik figur.

Laki-laki yang telah mengagetkannya itu malah menatap tajam ke arah Se Rin. Merasa pernah melihatnya, tapi di mana? Tak butuh waktu lama untuk mengingat, ia hampir tak percaya dengan apa yang dilihatnya sekarang, seorang artis yang baru ia lihat posternya terpampang di halte bus.

“Oh, Kim Se Rin!” katanya menunjuk-nunjuk dengan tangan penuh bingkisan belanjaan.

Siapa yang tidak tahu tentangnya, maka Se Rin akan merasa heran. Semua laki-laki di Korea Selatan pastilah mengenalnya dan di hadapannya ini adalah salah satu dari segelintir penggemar fanatik tersebut. Se Rin harus tersenyum seramah mungkin dan mengajaknya berbicara untuk sekedar basa-basi.

“Kau benar… aku memang aktris, Kim Se Rin, apa kau ingin meminta tanda tanganku?” ia menawarkan, berniat akan mengabulkan apa yang diinginkan fans-nya.

“Tidak,” jawaban itu sama sekali tak terpikirkan oleh Se Rin, bahkan Se Jun mengatakannya dengan mantap.

Se Rin juga tidak pernah mengira hari ini akan sangat menyebalkan. Mantan yang terus berulah, ditambah kemunculan fans di depan rumahnya.

ΘΘΘ