webnovel

Episode 12 – Kau

‘Ada sesuatu yang kau sembunyikan, dan aku berhak tahu.’

Jalanan cukup lenggang di siang hari. Tidak ada hambatan bagi mobil yang dikemudikan dengan kecepatan sedang oleh Seung Woo. Di dalamnya musik terdengar cukup keras.

Lagu debut yang mengawali karir Se Rin bersama grupnya tengah diputar di radio, di mana saat itu lagu ber-genre metropop tengah populer dan mendapatkan banyak penghargaan. Hari ini cukup melelahkan dengan jadwal yang cukup padat, sehingga Se Rin menggunakan waktu di perjalanan untuk tidur.

“Aku tidak bisa berpura-pura tidur lagi!” keluhnya membuka penutup mata bergambar mata pororo.

Otomatis tangan Seung Woo mengecilkan volume musik yang dianggapnya bisa menjadi lagu penghantar tidur, tapi jelas tidak.

“Tadi pagi aku bertemu dengan pemuda dari Busan, kau ingat lelaki yang kita bawa ke rumah sakit itu dan pergi mengambil syalku.” kata Se Rin tak bisa menahannya lagi, “Dia adalah tetanggaku, ya ampun dunia ini begitu kecil!” ia menambahkan dengan takjub.

Gerak mobil tersendat. Seung Woo sempat mengerem laju mobil sejenak sebelum akhirnya dapat mengatasi keterkejutannya, ada gurat kekhawatiran di wajahnya. “Lalu bagaimana apa dia akan melaporkan kita ke kantor polisi atas dugaan tabrak lari atau meminta ganti rugi?” cerocosnya hampir kehilangan napas.

“Tidak keduanya, dia mengembalikan syalku dan aku yakin dia adalah penggemar beratku!” Se Rin meneruskan dengan penuh percaya diri, “Wajahnya tak dapat menyembunyikan rasa senangnya saat bertemu denganku, menjengkelkan sekali!”

“Dia fansmu?!” tanya Seung Woo menekan klakson ketika mobil di depannya masih terdiam, sedang lampu jalan sudah berubah hijau.

“Aku rasa begitu ... dia bahkan telah sembarangan menyulam namanya di dekat namaku, merusak syalku!”

Seung Woo tidak peduli dengan nasib syal Se Rin, “Dia bilang sesuatu tentang ledakan lumbung padi?”

Se Rin bereaksi dengan memajukan tubuhnya ke kursi kemudi. “Hmm, kau percaya tidak kalau dia juga seorang saksi yang kebetulan lewat.”

“Eoh, benarkah, tapi firasatku mengatakan bukan.” pikir Seung Woo.

“Terserah dengan firasatmu itu, aku tidak mau ambil pusing.” Se Rin menarik kembali tubuhnya untuk bersandar. “Katanya dia akan bersaksi, jadi kita tidak harus memberi kesaksian, dia juga berjanji tidak akan menyebut nama kita. Aku sudah lelah bekerja, tidak ada lagi tenaga untuk pergi ke kantor polisi.”

Se Rin tampak lega setelah mengatakannya pada Seung Woo, sekarang sedikit bebannya berkurang dan sudah merasa mengantuk. “Aku akan tidur, bangunkan aku jika sudah sampai di lokasi syuting.” tambahnya memakai kembali penutup mata pororonya.

ΘΘΘ

Sebenarnya Chan Yong tidak ingin keluar dari butik dengan kembali menggunakan pakaian serba hitam, tapi warna itu serasa sudah menyatu dengannya dan lagi-lagi ia gagal untuk merubah gaya berpakaian agar tidak terlalu mencolok. Untuk pertama kali, ia menjejakkan kakinya lagi di Seoul setelah 16 tahun lalu seorang laki-laki paruh baya yang kemudian ia panggil ayah, mengajaknya tinggal di Busan. Masa lalu yang tak begitu diingatnya setelah meninggalkan panti asuhan dan menjadi anak patuh dari seorang profesor ternama.

Chan Yong melangkah begitu saja menuju panti asuhan, tetapi ia tidak begitu yakin karena tak mengingat nama tempat tinggalnya itu. Tepat saat itu pula alat pendeteksi yang dipakai di pergelangan tangannya bergetar, layar berkedip memberitahu bahwa di sekitarnya dalam radius 20 meter ada sebuah robot humanoid.

“HMD03?” ucap Chan Yong tak percaya dengan nama yang tertera di layar persegi jam tangannya, “Apa sebelumnya aku salah lihat, bukan HMD07 tapi HMD03? Atau mereka berdua berhasil lolos dari ledakan,” Sebelum ia menambahkan spekulasinya, titik kecil itu berjalan semakin dekat ke arahnya.

Kesempatan ini tak boleh ia sia-siakan, tentu saja sesuatu yang dicarinya datang dengan sendirinya. Maka tak ada pergerakkan yang ia lakukan, selain menunggu laki-laki itu mendekat.

“HMD03 tidak kusangka kau selamat.” panggil Chan Yong setelah berpapasan dengan laki-laki berpakaian agak lusuh.

Joo Jae Won tertohok mendengar seseorang telah memanggilnya dengan kode seri robot humanoid yang selama ini telah dilupakannya. Jae Won pernah melihat Chan Yong satu kali saat tak sengaja mencuri dengar tentang siapa dirinya. Saat itu dia sedang bersembunyi di balik tirai di ruangan Profesor Park, dan dari arah lain Chan Yong datang untuk berkunKim ke tempat ayah angkatnya itu.

“Namaku Joo Jae Won.” Mengingat semua itu membuat kemarahannya memuncak dan melayangkan tatapan berani pada Sehun. “Apa kau mengenalku?” tanyanya tak suka dengan kehadiran anak dari seseorang yang sangat dibencinya.

“Ternyata kau cepat sekali beradaptasi di luar pabrik, bagaimana bisa kau lolos dari ledakan itu...,” Tentu saja Chan Yong lebih percaya alat pendeteksi yang mengatakan orang di hadapannya adalah sebuah HMD. Terlebih lagi Profesor Park sempat menyebut nama Jae Won.

“Satu suntikan saja sudah membuatmu roboh,” ia menambahkan seraya mengeluarkan benda dengan jatum jarum tajam, menggunakannya di bagian tertentu yang dapat menembus kebagian dalam robot dan seketika melemahkan sistemnya.

ΘΘΘ

“Se Rin-ah, ireona, kita sudah sampai di rumahmu.”

Suara lembut penuh karismatik itu selalu membangunkan Se Rin dari tidur nyenyak sekali pun. Baginya Han Seung Woo adalah obat penenangnya.

“Oppa tidak akan mengantarku sampai ke kamar?” Se Rin juga menganggap Seung Woo sebagai seorang pria dewasa yang mampu melindunginya, kapan pun dan di mana pun.

“Memangnya kau anak kecil!” sahut Seung Woo melirik sekilas melewati bahunya, “Sudah cepat turun, besok kau harus bangun pagi-pagi. Ada pemotretan bersama Cocolub.”

Sayangnya selalu ada batasan di antara mereka, terlebih Seung Woo tidak pernah melihatnya sebagai seorang wanita melainkan hanya menganggapnya seorang adik, yang harus dijaga sebaik mungkin. Se Rin berdesis.

“Aku juga muak melihat wajah Oppa seharian!” sembur Se Rin, menggeser pintu dengan kasar.

Setelah Seung Woo memastikan pintu ditutup rapat, ia melajukan mobil tanpa basa-basi, meninggalkan si aktris yang mencak-mencak tak jelas. Se Rin menghentakkan kaki sembari mengalihkan pandangan dari mobil yang berbelok di uKim jalan sana.

“Dasar tidak peka!” Sekali lagi Se Rin merutuk, “Mana mungkin aku menyukai Seung Woo Oppa.” lanjut Se Rin tidak pernah mengakui perasaan di hatinya.

Se Rin pikir, ia hanya membutuhkan seseorang untuk bersandar, dan orang itu Han Seung Woo. Suara gerbang berderit mengagetkan Se Rin. Alisnya bertaut ketika melihat seseorang yang ia kenal keluar dari gerbang rumah di sebelahnya. “KAU?”

“Aku, Oh Sehun … kau lupa namaku,” jawab Sehun cepat, “Selebriti sepertimu pasti banyak bertemu orang, jadi wajar saja kalau kau lupa. Se Rin-sshi, tenang saja … aku memiliki ingatan jangka panjang yang baik, jadi aku tidak akan melupakanmu.”

Bagaimana bisa Se Rin melupakan nama itu. Setiap dia melihat syal kesayangannya, maka akan ada nama ‘Oh Sehun’, laki-laki banyak bicara yang sok akrab.

“Selebriti sepertimu pasti sangat sibuk, sampai pulang selarut ini.”

“Kenapa kau keluar dari rumah itu?” tanya Se Rin mengarahkan sepasang netra bening ke arah kedatangan Sehun. “Apa kau datang bersama Harabeoji? Maksudku sebagai tetangga yang baik aku cukup mengenal orang yang tinggal di sebelah rumahku, Harabeoji pemilik rumah yang kau tinggali, sudah lama aku tidak melihatnya,” Se Rin mengatakannya sambil berusaha menyembunyikan keterkejutannya.

“Ooh Harabeoji, aku ini cucunya dari Busan,” kata Sehun sambil memikirkan sebuah karangan cerita di otaknya, ia meneruskan agak terputus-putus, “Jadi orang tuaku ... meninggal, yaa mereka meninggal dalam sebuah kecelakaan ... dan Harabeoji menjemputku untuk tinggal bersamanya,”

Wajah Se Rin yang tadinya merengut, berubah murung, “Maaf aku tidak bermaksud,” kata Se Rin, sebenarnya dia tidak benar-benar tersentuh dan hanya ber-akting.

“Tidak, tidak apa-apa, lagi pula aku masih punya Harabeoji.” Sehun menyela dengan memikirkan kebohongan yang baru saja dibuatnya, bukankah kisah hidupnya terdengar menyedihkan.

Lebih dari itu Sehun tidak ingin mengakui bahwa sebenarnya seorang robot tak memiliki keluarga, kecuali perkataan Jae Won yang penuh teka teki, tentang siapa dia dan tinggal di mana dia sebelum menjadi pekerja di perusahaan yang entah namanya apa.

“Baguslah kalau begitu, kau juga punya seorang tetangga terkenal sekarang.” kata Se Rin mengangguk-angguk seraya tersenyum miring, ia menambahkan dengan suara penuh penekanan. “Neo, geojitmal (Kau, bohong).”

ΘΘΘ