webnovel

LIORA DAN GAVIN

Tiga hari berlalu dalam sekejam mata.

Gavin baru saja siuman, dia sangat terkejut begitu bangun dan menyadari bahwa dirinya berada di sebuah ruangan perawatan rumah sakit dengan fasilitas lengkap dan terbaik.

"Siapa yang membawaku ke sini? Jelas tidak mungkin Christabella, tapi siapa?" dia bertanya-tanya dalam hatinya.

Saat dia sibuk dengan pemikirannya, sosok tinggi, ramping dan cantik membuka pintu kamarnya. Gavin semakin terkejut menyadari bahwa itu model cantik yang ia idolakan selama ini, Liora Kath.

"Tapi tidak mungkin dia yang membawaku ke sini kan? Seingatku dia adalah kekasih Jenson," batin Gavin lagi.

"Syukurlah kau sudah siuman." Liora menyilangkan dada dengan ekspresi acuh.

Gavin yang masih heran, mengerutkan keningnya dengan keras sambil merubah posisinya menjadi duduk bersandar.

"Apa kau yang membawaku ke sini?"

Liora tertawa kecil seolah itu sebuah lelucon dan justru membuat Gavin semakin tidak mengerti.

"Tentu saja tidak, meski sebenarnya dalam beberapa hari terakhir ini aku mencarimu."

"Mencariku?"

Liora mengangguk santai dan dia menambahkan, "Anak buah Jenson yang membawamu kemari."

Gavin tertawa tak percaya.

"Itu tidak mungkin."

"Tapi itulah kenyataannya."

Gavin tercengang.

"Untuk apa? mereka membuatku hampir mati kemarin." Gavin emosi saat mengingat kejadian beberapa hari lalu.

Liora mengedikkan bahunya seolah dia tidak ingin peduli, membuat rahang Gavin mengencang karena marah.

"Lalu ada urusan apa kamu ke sini? Setahuku kamu kekasih Jenson kan?"

Liora mengangguk dan dia tersenyum antusias saat Gavin mengira begitu.

"Aku tidak mungkin mencarimu kalau kau tidak berguna untukku, memangnya kau pikir siapa?"

Gavin menatap Liora tidak senang.

"Langsung pada intinya," pungkas Gavin.

Entah kenapa dia merasa harus hati-hati dengan wanita di depannya yang terlihat sangat licik.

"Baiklah, aku ingin menawarkan kerjasama denganmu."

"Kerjasama?"

Liora mengangguk dengan seringai tipis di wajahnya.

"Kau masih mencintai Christabella kan?"

Gavin hanya menyipitkan matanya dan dia tidak mengiyakan atau menyangkalnya.

"Saat ini apa kau tahu kalau kekasihmu itu sedang hamil dan sedang begitu dimanja oleh Jenson. Mereka seperti pasangan yang begitu bahagia. Hmm, aku rasa jika kamu melihatnya sendiri pasti kamu akan mual dan tentu saja tidak terima."

Liora benar, Gavin bahkan langsung tidak terima meski baru mendengar dari perkataan wanita di depannya dan itu membuat rahangnya kembali mengencang karena marah dengan tangan yang diam-diam mengepal erat di sisinya.

Gavin hampir mati kemarin gara-gara ingin menyelamatkan Christabella dan sekarang Christbella bahkan tidak menghubunginya sama sekali untuk sekedar menanyakan kabar.

Dia merasa ironis dengan kenyataan itu.

"Lalu apa yang harus kulakukan untukmu?"

"Mudah, kamu hanya tinggal mengakui kalau anak yang dikandung Christabella itu adalah milikmu dan aku akan membantumu menyiapkan buktinya."

Gavin menarik sudut bibir tipisnya ke atas hingga membuat wajah tampannya menjadi sangar.

"Tanpa kamu mintapun aku akan melakukannya. Christabella kekasihku dan dia sudah berjanji ingin kembali padaku, jadi aku tidak akan membiarkan dia bersama Jenson."

"Itu bagus!" Liora terlihat bersemangat dan dia menambahkan, "Jadi kamu bersedia?"

"Tentu saja, aku memang membutuhkan partner sepertimu untuk mengambil kembali Christabellaku."

Liora menyeringai jahat.

"Oke, jadi kapan kamu bisa keluar dari sini?"

"Aku harap secepatnya."

Liora menaikkan salah satu alisnya dan dia menyerahkan sebuah ponsel pada Gavin.

"Mulai sekarang itu milikmu, tentu saja agar aku mudah menghubungimu."

Gavin menerima ponsel second itu dan memeriksanya.

"Baiklah, ini tidak buruk, thanks. Aku akan menghubungimu begitu dokter memperbolehkanku keluar dari rumah sakit."

Liora hanya mengangguk sebelum dia pergi dari ruangan Gavin.

***

Tanpa tahu apa yang direncanakan kekasihnya juga Liora, Christabella saat ini justru tengah bahagia karena kondisi Shirley yang semakin hari semakin membaik.

Ya, sejak malam itu Christabella meminta Jenson agar dirinya diijinkan tinggal di Thomas Garden sementara waktu sampai kondisi Shirley benar-benar seperti semula.

Sebagai menebus rasa bersalahnya, dia ingin menjaga dan menemani Shirley, meski dirinya juga masih selalu mengalami morning sickness yang berlebihan saat pagi hari, tapi Christabella sama sekali tidak mempermasalahkannya.

Lagipula, ada Stephanie yang siap membantunya, juga Jenson yang ikut tinggal bersamanya di kediaman mommynya.

"Aku harus meeting dengan client penting sampai sore, apa tidak apa-apa kalau aku tinggal?"

Christabella tersenyum manis dan dia menggeleng.

"Pergilah!"

Jenson mendesah saat dia menurunkan pundaknya, entah kenapa dia selalu tidak tega meninggalkan Christabella sampai dia harus libur dua hari kemarin.

"Jens, kamu sudah tidak pergi ke kantor dua hari. Kasihan Antonie dan lainnya, emm maksudku jangan sampai pekerjaanmu terbengkalai gara-gara aku."

Kata Christabella sambil membelai lembut pipi Jenson.

"Tapi..."

Jenson menurunkan pandangannya pada perut Christabella yang masih rata sebelum dia berlama-lama mengelusnya.

"Bagaimana kalau nanti kamu mual-mual lagi?"

"Ada Stephanie dan juga para pelayan lain. Jadi kamu tidak perlu khawatir okey."

Jenson bergumam pendek dan dia mengangguk.

"Kalau begitu jaga dirimu baik-baik, aku akan pulang secepatnya begitu pekerjaanku selesai."

Christabella mengangguk dan dia memejamkan mata saat Jenson mengecup kening, hidung dan juga bibirnya.

"Kak Jenson ternyata bisa sweet juga." Goda Stephanie pada Christabella begitu Jenson sudah pergi.

Christabella tersipu malu dan dia mengedikkan bahunya.

"Kamu beruntung kak, semoga kalian selalu bahagia bersama."

Stephanie merangkul Christabella dan Christabella balas memeluknya.

"Aku berharap juga begitu, Stefi." Balas Christabella yang dia sendiri sebenarnya takut Gavin akan kembali mencarinya dan mengacaukan kebahagiaannya.

Entah kenapa dia tidak rela jika sampai itu terjadi. Christabella mulai nyaman berada di dekat Jenson, terlebih dia hamil anaknya sekarang.

Christabella melepas pelukannya karena ponselnya berdering, saat dia mengeceknya, nama Ghea tertera di layar.

Dia bangkit dari duduknya dan menerima panggilan dari sahabatnya itu.

"Gawat Bell!"

Christabella mengerutkan keningnya dengan keras.

"Kamu sudah lama tidak menghubungiku, tapi sekali menghubungiku bilang gawat?"

"Tapi ini benar-benar gawat. Foto-fotomu dengan Gavin tersebar di berbagai sosial media."

"Foto? Foto apa?"

Christabella mulai ikut panik, setahunya dia sangat jarang mau foto dengan Gavin, kalaupun dia berfoto dengan Gavin pun itu bukan foto aneh-aneh.

"Foto ciumanmu dengan Gavin, juga foto-foto lain yang tidak seharusnya tersebar."

Christabella shock.

Bagaimana mungkin? Apa ini bentuk kemarahan Gavin terhadapnya?

"T... tapi Ghe, aku tidak pernah foto seperti itu dengan Gavin."

"Entahlah Bell, aku ikut prihatin padamu. Bagaimana kalau Jenson tahu?"

Jantung Bella seolah jatung ke jurang.

Ghea benar, bagaimana kalau Jenson tahu? apakah dia akan kembali ditendang dari kehidupannya? Sementara dia sedang hamil sekarang.

Entah kenapa Christabella jadi ingin menangis.

"Ghe, tolong jangan menakut-nakuti!" Suara Bella sudah berubah serak dengan mata yang memerah menahan tangis.

"Tapi cepat atau lambat Jenson pasti akan tahu Bella."

"Tapi aku tidak pernah foto seperti itu, Ghe!" kekeh Bella.