webnovel

EMAIL DARI GAVIN

Jenson menatap tajam Bella dan itu membuat Bella ketakutan. Dia benar, Jenson suaminya benar-benar berbeda dengan Jenson yang menjadi tunangannya dulu dan itu membuatnya begitu bingung.

"Apa maksudnya dia adalah orang yang berbeda?" pikir Bella dalam hati.

"Tapi itu tidak mungkin, jelas-jelas wajahnya sama persis." Bella menepis pikiran itu sendiri.

Bella mengalihkan pandangannya karena ia ketakutan melihat kemarahan Jenson.

Seketika suasana hening sesaat dan tak lama kemudian dentuman keras pintu yang tertutup memecah keheningan itu dan memekakkan telinga Bella.

Ia mengumpat Jenson keras-keras.

Di kamarnya sendiri di lantai lima. Jenson berteriak keras melampiaskan emosinya.

"Argh, sialan kamu Jaz. Kamu menyeretku pada Christabella meski aku berterimakasih padamu karena aku mencintainya sejak dulu, tapi kenapa sekarang kamu meninggalkanku dengan beban Liora di pundakku. Bagaimana aku harus menjelaskan pada Christabella yang keras kepala itu Jaz?"

Jenson bermonolog sendiri dan meneriaki foto Jaz yang saat ini berada di genggamannya. Setelahnya ia membanting foto itu.

Pyar

Foto Jaz yang berbingkai kaca itu pecah dan Jenson langsung terduduk lemah di sofa sambil menyugar rambutnya frustasi.

"Bangunlah Jaz!" lirihnya.

Pada saat itu ponselnya berdering dan nama Liora tertera di ponselnya. Seketika ia seperti mendapat kekuatan baru dan menerima panggilan itu.

"Ya, apa kamu butuh sesuatu?"

"Jenson, apartemenku dikepung wartawan."

Jenson bisa merasakan kepanikan Liora jadi dia berusaha menenangkannya.

"Tenangkan dirimu, aku akan segera ke sana."

Hanya gumaman pendek Liora yang terdengar sebelum akhirnya panggilan itu berakhir. Jenson buru-buru keluar kamar lagi dan masuk ke lift menuju lantai dasar. Begitu pintu lift terbuka, ia langsung berlari keluar dan disambut oleh Antonie.

Jenson segera masuk ke mobil Antonie dan menyuruhnya melajukan mobil dengan kecepatan penuh.

"Aku sudah memberimu tugas tadi, kenapa semuanya masih berantakan?" Jenson memarahinya ketika perjalanan.

"Maafkan saya Tuan, saya sudah berhasil memblokir berita itu tapi saya kesulitan mengawasi penyebarannya. Berita itu tersebar begitu cepat bagai api yang terkena bensin."

"Lalu kamu sudah tahu pelakunya?"

"Seseorang berada sangat jauh dari kota ini menyuruh paparazi untuk mengikuti anda dan Nona Liora."

"Siapa seseorang itu?"

"Saya menduga kuat pelakunya Gavin Thompson. Anak buahku melapor dia kabur dari tempat persembunyian yang aku siapkan, Tuan."

Jenson menggertakkan giginya dan ia berseru dengan marah, "Dia berani bermain-main denganku?"

"Dia berusaha melawan anda dan Tuan Jaz. Saya curiga kecelakaan Tuan Jaz juga ada kaitannya dengan Gavin Thompson."

"Shit!" Jenson mengumpat sambil menggebrak keras jendela mobil hingga Antonie yang berada di kursi kemudinya sangat terkejut.

"Cari dia dan perintahkan seseorang untuk membunuhnya, dia tidak layak hidup." Jenson benar-benar murka.

"Baik Tuan."

Rolls Royce hitam melaju dengan kecepatan penuh hingga tak lama kemudian tiba di apartemen Golden Swan.

Di pintu utama, para wartawan berjumlah puluhan orang itu menyerobot masuk ke apartemen tapi beberapa penjaga keamanan mencegahnya.

Jenson memerintah Antonie untuk mengusir wartawan itu sedang dia akan menyelinap melalui pintu lain dan pergi ke unit Liora.

Antonie mengangguk patuh dan turun mobil untuk melaksanakan tugasnya. Sementara Jenson, ia menghubungi seseorang untuk membantunya masuk melalui pintu lain.

Seseorang yang merupakan orang dalam membantunya dan Jenson berhasil sampai di lantai delapan dan berdiri di depan unit Liora. Ia menghubungi Liora bahwa dia sudah berada di depan unitnya.

Tak lama Liora membuka pintu kamarnya dan ia langsung memeluk Jenson.

"Jens, aku sangat takut."

Jenson tercengang dengan pelukan yang Liora tiba-tiba. Ia berusaha melepasnya dan berkata, "Apa kamu tidak ingin aku masuk?"

Liora mengangguk dan segera menyeret Jenson masuk. Menyadari sikap Liora yang agresif, ia percaya sekarang dengan perkataan Christabella tadi, bahwa hubungan Jaz dan Liora sangatlah intim.

Jenson menghela nafas pada pemikiran itu dan ia duduk di ruang tamu. Ia menatap Liora iba dan bertanya, "Kamu baik-baik saja?"

Liora yang terlihat masih ketakutan itu mengangguk.

"Ada paparazi yang mengikuti kita sampai ke rumah sakit. Aku juga baru tahu saat berita sudah tersebar."

Liora sudah menduga hal itu dan ia semakin tidak enak hati dengan Jenson, jadi ia dengan lirih berkata, "Aku minta maaf Jens."

"Itu bukan salahmu." Jenson tersenyum lembut pada Liora, ia hanya tidak ingin janin yang ada pada Liora kenapa-kenapa, apalagi Jaz sudah menitipkannya padanya.

"Tapi ini gara-gara aku."

Jenson menghela nafasnya dan berkata, "Istirahatlah! Jangan banyak berpikir, kasihan dia."

Jenson melirik ke arah perut Liora yang masih sangat rata. Liora tersenyum hangat dan entah kenapa ia mulai menyukai Jenson. Itu karena Jenson seperti cerminan Jaz, jadi ia melihat Jenson seperti Jaz versi lain.

"Emm, kamu di sini Jens?"

"Aku akan tidur di ruang tamu."

Senyum Liora semakin cerah dan ia berkata, "Terimakasih, aku akan buatkan kopi untukmu. Jaz pernah bilang kalian memiliki kebiasaan unik meminum kopi sebelum tidur."

Jenson tersenyum dan ia mengangguk.

"Hati-hati."

Liora tersenyum geli dan membantah, "Hanya membuat kopi Jens, aku tidak akan kenapa-kenapa."

Tak lama, Liora yang saat ini mengenakan piyama satin dengan belahan dada rendah dan menonjolkan dadanya yang begitu berisi, berjalan ke arahnya sambil membawakan kopi untuknya. Hati Jenson berdesir tak biasa dan teringat Christabella malam itu.

Keduanya memiliki banyak kesamaan, cantik, sexy dan menggoda.

Jenson berdoa dalam hati agar tidak tergoda juga dengan Liora yang lebih agresif daripada Christabella.

Pada pemikiran itu, ia tidak bisa menyalahkan Jaz sekarang kalau dia tidak memiliki hubungan seintim itu dengan Liora karena pada dasarnya Liora sendiri yang memiliki tubuh yang begitu bagus lebih suka memamerkannya dengan baju-baju seksinya. Laki-laki mana yang tidak akan tergoda?

"Ini kopinya Jens."

Jenson kembali tersentak ke dunia nyata dan ia mengangguk.

"Terimakasih."

"Hmm, apa tidak apa-apa kalau aku langsung pergi tidur? Hamil muda membuatku cepat lelah."

"Ya, istirahat yang cukup baik untukmu."

Liora tersenyum manis dan ia masuk ke kamarnya.

Di villa Emerald, Christabella yang baru selesai mandi, berganti pakaian dan keluar kamar. Ia bertemu pelayan dan bertanya keberadaan Jenson.

"Tuan Jenson pergi dengan Antonie, Nona."

Bella mengerutkan keningnya dan kembali bertanya, "Pergi kemana?"

"Saya kurang tahu Nona."

Bella menghela nafasnya dan mengucap terimakasih. Ia masuk kembali ke kamarnya dan berita Jenson dan Liora kembali mengganggu pikirannya.

Ia duduk di meja belajarnya dan membuka laptop, entah kenapa pada situasi menyedihkan ini ia teringat dengan Gavin dan ingin membaca email-email terdahulu yang selalu Gavin kirimkan saat ia berada di luar negeri.

Namun, pada saat ia membuka emailnya. Christabella membelalak tak percaya karena melihat pesan baru dari Gavin yang dikirim tadi pagi.

Ia sampai mengucek kedua matanya berkali-kali sebelum memberanikan diri untuk membuka pesan itu.

[Christabella honey, aku masih hidup]