Sebelum Jeje dewasa, Tuan Kim tidak akan mengumumkan dia sebagai keturunan konglomerat Kim. Memang awalnya, itulah yang dipikirkan oleh Tuan Kim Jae. Tapi, setelah Tuan Kim Jaerim meninggal maka Kim Jae adalah kepala keluarga besar Kim dan harus meneruskan bisnis mertuanya itu. Jadi, Tuan Kim Jae tidak berani bermimpi untuk hidup sederhana lagi.
Ini adalah takdirnya sebagai bagian dari Kim. Dan sejak Tuan Kim Jaerim meninggal beberapa bulan yang lalu, Tuan Kim Jae tidak bisa bermain-main seperti dulu lagi.
"Kenapa ayah diam saja?" tanya Jeje kembali.
Tuan Kim Jae tersenyum singkat. Namun, hatinya terluka. Ini mengingatkannya lagi pada saat-saat ia membuat putranya terluka. Ia terlalu gengsi untuk mengakui bahwa ia sangat merindukan putranya, hingga Tuan Kim Jae berbuat sejauh ini.
Tuan Kim Jae juga bingung bagaimana dia akan mengumumkan pada media bahwa Kim Jangjun belum meninggal seperti yang dia ungkapkan belasan tahun yang lalu.
Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com