"ayo.. ayo.. bantu.. " koar semua yang menyaksikan.
"cepat panggil bu Devi.. "
Tak berselang lama bu Devi datang.
"Sebentar, saya periksa dulu.." tutur bu Devi sembari memeriksa korban yang tak lain adalah Kak Alan.
Luka di keningnya, tak henti-henti mengeluarkan darah. Sesekali Kak Alan meringis kesakitan. Pendarahan telah berhenti. Luka telah di balut dengan rapi oleh bu Devi. Pelan-pelan Kak Alan membuka mata.
"Dimana aku? " tanyanya pelan.
"Sekarang kamu sedang di UKS" jawab pak Ahmad sembari menenangkan.
"kamu jangan memaksakan diri untuk beberapa hari kamu istirahat dulu" perintah pak Ahmad.
"Terus pertandingannya gimana pak? " tanyanya khawatir.
"itu urusan bapak. Yang harus kamu pikirkan sekarang adalah kesehatanmu" tutur pak Ahmad kembali.
"ini saya beri surat izin untuk tiga hari. Tolong berikan kepada wali kelasnya.. " perintah bu Devi sebagai kepala UKS.
Salah satu teman kak Alan. menerimanya. Aku tak bisa berbuat apa-apa. Hanya melihat dari luar. 'semoga sakitnya tak terlalu parah' batinku.
"neng lagi liatin apa?" mang aceng tiba-tiba sudah berada didekatku.
"eh.. mang.. udah sampai aja.. " seruku kaget.
"pulang sekarang..? "
aku mengangguk, lalu mengikuti langkah mang Aceng ke tempat motor terparkir.
"Nis.. tadi katanya ada anak club basket yang cedera? " tanya ibu setelah aku selesai makan.
aku mengangguk.
"siapa? " tanya ibu lagi.
"kak Alan bu.. " jawabku cepat.
"lho.. kok kamu gak bilang.. sekarang dia dimana? masuk rumah sakit? " tanya ibu bertubi-tubi.
aku menggeleng.
"mungkin sekarang sudah di rumah" tuturku lagi.
"yaudah ibu mau jenguk dulu.. kamu jaga rumah sama adikmu ya.. "
aku mengangguk pelan.
Rasa khawatir masih menyelimuti hatiku.
"dik menurutmu keadaan Kak Alan gimana yaa? " aku bertanya kepada adikku tanpa sadar.
ia menengok sebentar lalu melanjutkan permainan boneka kudanya.
"apa sebaiknya aku jenguk? tapi aku malu untuk kesana.. "
"lho.. ngomong apa aku tadi.. " kataku baru sadar.
"untung ngomongnya ke si adik.. " kataku sambil mencubit pipinya gemas.
"alan.. alan.. "
"alan.. alan.. "
"eah.. kamu ngomong apa tadi..! " aku kaget bukan kepalang mendengar adikku berbicara seperti itu.
"alan.. alan.. "
"sst.. sst.. udah.. udah.. nanti ketahuan ibu aku dimarahi.. " tuturku menyuruh adikku diam.
"alan.. alan.. "
suara pintu terbuka terdengar hingga ke dalam.
"hahh.. ibu.. "
aku segera menutup mulut adikku.
"ada apa Nissa..? Fira kenapa mulutnya ditutup? " ibu bertanya keheranan.
"alan.. alan.. "
mukaku langsung pucat pasi.
"alan..? " ibu bertambah heran.
"maksudnya jalan-jalan bu.. " kataku mengartikan.
"ooh.. Alan.. kamu mau jenguk juga.. " ibu mulai menggoda.
"eh.. ah.. enggak kok bu.. enggak..! " tolakku.
"heheh.. anak ibu udah gede ya.. "
"udah aku mau ke kamar.. " aku mengunci pintu lalu duduk diatas kasur.
"huh.. aku ini kenapa..?!" tanyaku kepada diriku sendiri.
karena gabut, aku memilih untuk bermain internet saja.