webnovel

Mencintaimu Salahkah Aku

Mencintaimu salahkah aku? Kata orang lebih baik dicintai daripada mencintai. Menurutku sendiri dua pilihan itu sangat sulit. Kalau kita mencintai seseorang kemungkinan besar orang tersebut enggak akan membalas perasaan kita. Tapi kalaupun dicintai giliran kita yang sulit untuk mencintai orang tersebut. Perasaan itu datang secara tiba tiba tanpa ada undangan, tanpa kita tahu orangnya itu siapa. Salah memang mempertahankan perasaan dengan seseorang namun cinta ini bertepuk sebelah tangan.

Mawar_Biruku02 · Sports, voyage et activités
Pas assez d’évaluations
277 Chs

Semoga Belum Terlambat

"By the way udah saya pesankan minuman buat Abang, kata Lisa, Abang suka sekali dengan kopi hitam dan ayam geprek, namun sayang nih, Bang di sini hanya menjual ayam goreng saja. Nggak apa-apa 'kan, Bang?" jelas Ali panjang lebar.

Dito melongo tidak percaya. Kok bisa Ali tahu makanan kesukaannya. Kalau dari cerita Lisa, dia enggak pernah ngobrol santai dengan Ali. Kira-kira dia tahu dari mana ya? 

"Kok kamu bisa tahu makanan kesukaan saya?" tanya Dito heran. Ali tertawa terbahak-bahak. Sedangkan Dito hanya mengernyitkan dahi, pertanyaannya enggak salah kan, kenapa di ketawain sama Ali. 

"Ada yang salah dari pertanyaan saya ini,  Li?" tanya Dito lagi. 

Ali kembali bersikap tenang. "Eum... Iya enggak ada yang salah kok, Bang. Karena yang salah itu saya, Bang." jawab Ali tampak lesu. 

Dito jadi berpikir, emang laki-laki yang ada di hadapannya ini punya salah apa. Perasaan bertemu juga baru ini, eh kagak deh dulu pernah bertemu tetapi Dito enggak sampai bicara panjang lebar begini. 

Dito sepertinya harus membawa Ali ke dokter psikolog deh, kayaknya laki-laki yang Adiknya cintai ini sedang ada gangguan raga. Dari tadi yang di ucapkan hanya rangkaian kata yang tidak bermakna. 

Tolongin Dito yang saat ini terjebak bertemu dengan laki-laki yang aneh. Sepertinya Dito memang harus bersikap sama dengan Arman, menyatakan dengan sangat tegas bahwa Lisa enggak boleh jatuh cinta dengan model laki-laki yang seperti ini. 

Kasihan nanti Lisa kalau hidup bersama laki-laki yang begini, Adiknya sudah terbiasa di manja dalam keluarga eh masa saat nikah harus jadi perempuan yang mandiri. Ish... enggak banget deh.

***

Flashback 

Ali tersenyum puas sambil menatap lurus ke depan cafe. Dia dengan segala kerahasiaannya berhasil membuat Dito bingung setengah mati. 

"Kenapa, Bang?" tanya Ali singkat. 

Dito menggelengkan kepala. "Enggak ada apa-apa, Li, saya hanya bingung saja. Kenapa kamu tiba-tiba mengajak saya ketemu." 

Ali tersenyum miring. 

"Kita bahas nanti ya, Bang, lebih baik sekarang kita makan siang dulu." kali ini Dito setuju dengan ucapan Ali. Lagi pula perutnya sudah meronta-ronta ingin segera di isi. 

"Oke." Dito mengangguk setuju.

Pelayan datang dengan membawa nampan dan di atasnya berisi makanan dan minuman yang sesuai dengan pesanan mereka. Selalu menebarkan senyum walau mungkin di luar sana hatinya sedang tidak baik-baik saja. 

Yaps! Sebagai seorang pekerja tentunya keadaan hati enggak selamanya baik, ada kalanya hati juga dilanda sedih dan pusing memikirkan masalah di rumah. Namun saat sudah tiba jamnya bekerja harus melupakan sejenak masalah yang ada di rumah, sebisa mungkin bersikap profesional dalam bekerja. 

Hidup memang keras tetapi tidak sekeras melihat dia dengan yang lain. 

Hening! Dito dan Ali berkutat dengan makanan masing-masing. Tidak ada satu pun yang membuka suara. 

Akhirnya selesai juga makan siang ini. Dito sangat enggak sabar apa yang akan dijelaskan oleh Ali kepadanya. Dia juga was-was sambil menengok ke depan, belakang, kanan dan kirinya, takut kalau misalkan Lisa tahu dirinya menemui laki-laki dari masa lalunya. 

***

Ali meletakkan sendok dan garpu dengan sempurna di atas piring makanannya tadi, begitu pun juga dengan Dito melakukan hal yang serupa. 

"Saya sebenarnya punya alasan kenapa selama ini benci sama Lisa, Bang..." Ali perlahan mengutarakan isi hatinya. 

"Apa alasan kamu melakukan itu sama Adik saya?" Dito memotong ucapan Ali.

Ali menghela napas kasar. "Itu karena saya ingin melindungi diri, Bang. Saya sebisa mungkin menjaga diri agar tidak melihat Lisa terus menerus takut jatuhnya zina mata. Itu kenapa selama ini saya membenci Lisa, Bang." Ali merasa lega sudah mengeluarkan semua unek-uneknya. 

Dito merasa ada yang janggal dengan ucapan Ali. Dito sangat tahu kalau melihat perempuan dengan yang bukan mahromnya jatuhnya zina mata. Tetapi yang menjadi masalahnya kenapa Ali harus bersikap acuh bahkan seperti membenci Lisa setiap kali bertemu.

"Oke... saya tahu kalau jatuhnya zina tetapi kenapa kamu setiap kali bertemu dengan Lisa sangat membencinya." Dito masih belum paham.

Ali menatap Dito gusar. "Itu karena saya..." Dito sangat menunggu kelanjutan ucapan dari Ali. Sepertinya Ali enggak sanggup melanjutkan ucapannya.

Dito menjadi berpikir yang sepertinya memang itulah kelanjutan ucapannya Ali. "Kamu, suka sama Adik saya?" tebak Dito. 

Tubuh Ali menegang. Dito berhasil menyelesaikan ucapannya. 

Ali mengangguk lemah. "Iya, Bang, saya suka dan cinta banget sama Lisa makanya sebisa mungkin setiap kali saya ketemu dengan Lisa saya selalu menghindar..." ucap Ali terpotong.

"Karena kamu belum berani menghalalkan Lisa, makanya kamu bersifat seperti ini? Apakah tebakan saya benar?" Dito menskatmat Ali.

"Iya itu semua benar, Bang, makanya saya ke sini mau ngajak Abang ketemu buat mendekati Lisa dengan cara yang halal." tunduk Ali lemah.

Dito speechless enggak bisa berkata apa-apa lagi. Dito pun juga kecewa dengan Ali, dia pikir Adiknya ini barang yang dengan seenaknya bisa dia ambil kapan saja.

Dito terlihat geram tetapi sebisa mungkin mengkontrol emosinya. "Begini ya, Li. Kejadian itu sudah sangat lama terjadi dan sekarang dengan gampangnya kamu bilang mau ambil Lisa..." Ali menyela ucapan Dito.

"Bukan gitu maksud saya, Bang, hanya saja saya enggak mau kalau sampai terlambat." jawab Ali sangat frustasi.

Iya, Dito paham akan maksud Ali. Memang dia enggak minta Lisa namun bisa dilihat dari maksud perkataanya bahwa dia mau mengambil Lisa yang seharusnya memang untuknya.

"Begini saja, Li, saya akan pertemukan kamu dengan Lisa. Tetapi saya enggak bisa jamin apakah perasaan Lisa masih untuk kamu atau mungkin sudah pindah ke lain hati."

Yaps! Dito memang sengaja berbicara seperti itu kepada Ali, walau kenyataannya Adiknya masih sangat mencintai laki-laki bodoh ini. 

Dito hanya ingin tahu seberapa besar kegigihan seorang Ali untuk mengambil hati Adiknya. 

Dito juga enggak mau kalau sampai Lisa disakiti oleh Ali untuk yang kesekian kalinya. Namun di sisi lain Dito juga senang akhirnya perasaan cinta Adiknya yang sudah enam tahun lamanya, terbalas juga.

Ali tertunduk lemas. Dia menjadi tidak bersemangat akibat ucapan Dito, memang ada benarnya juga karena perasaan manusia bisa berubah dan mungkin sekarang Lisa mencintai laki-laki lain dan bukan dirinya.

Oke! Ali tidak boleh menyerah begitu saja, Lisa aja sanggup mencintainya selama 4 tahun lamanya, masa dia yang baru kembali dalam hidup Lisa enggak bisa membuat perempuan itu jatuh cinta lagi dengan dirinya.