webnovel

Mencintaimu Salahkah Aku

Mencintaimu salahkah aku? Kata orang lebih baik dicintai daripada mencintai. Menurutku sendiri dua pilihan itu sangat sulit. Kalau kita mencintai seseorang kemungkinan besar orang tersebut enggak akan membalas perasaan kita. Tapi kalaupun dicintai giliran kita yang sulit untuk mencintai orang tersebut. Perasaan itu datang secara tiba tiba tanpa ada undangan, tanpa kita tahu orangnya itu siapa. Salah memang mempertahankan perasaan dengan seseorang namun cinta ini bertepuk sebelah tangan.

Mawar_Biruku02 · Sports, voyage et activités
Pas assez d’évaluations
277 Chs

Pertemuan Tak Terduga

***

"Baiklah kalau gitu, Bang, saya tahu konsekuensinya dan saya sangat yakin bahwa hati Lisa masih seutuhnya menjadi milik saya, enggak akan pindah ke lain hati." Ali mengepalkan tangan, dia harus semangat tidak boleh menyerah hanya karena ucapan Dito yang belum pasti kebenarannya.

Dito bertepuk tangan, kagum akan semangat perjuangan Ali. "Saya suka laki-laki yang gigih seperti kamu, enggak menyerah pada satu ucapan. Saya tunggu kamu untuk menemui Lisa." titahnya.

Ali mengangguk. "Baik, Bang. Kalau Abang enggak keberatan bisa minta tolong datang sama Lisa di cafe ini?" Ali mengeluarkan sebuah kartu nama lalu dia berikan pada Dito. 

Dito menganga tidak percaya. Enggak mungkin kan kalau Ali itu pemilik cafe yang sedang hits itu. 

Emang sih selama ini Dito hanya tahu dari karyawannya kalau ada cafe yang sangat hits tetapi ini enggak mungkin banget kalau ternyata pemilik cafe ini adalah laki-laki yang ada di depannya. 

Yaps! Ali adalah pemilik dari "cafe Lili's" sebentar sepertinya Dito melihat suatu kejanggalan di sini, jangan bilang kalau nama cafe itu memiliki singkatan. 

Ali dapat membaca apa yang dipikirkan oleh Dito. "Iya, Bang arti cafe dari itu nama saya dan nama Lisa. Sebegitu cintanya saya sama Adik, Abang. Jadi tolong bantuin saya ya, Bang." Ali sangat memohon. 

Dito menghela napas panjang. "In Sya Allah ya, Lis, saya enggak bisa janji. Kamu hanya berdoa saja semoga hati Lisa masih milik kamu seutuhnya." ucap Dito. "Atau mungkin ada laki-laki lain yang sedang berjuang untuk dia. Oke saya rasa cukup sampai di sini pembicaraan kita, sudah waktunya saya balik ke kantor. Assalamualaikum." Dito meninggalkan Ali seorang diri dengan pikiran yang melayang dimana-mana. 

Seperti apa yang dikatakan oleh Dito, ada seorang laki-laki yang sedang berjuang untuk mengambil hati Lisa dan tentunya orang itu bukan Ali. 

***

Flashon

"Pemilik cafe ini adalah Ali." ucap Bang Dito datar. 

Lisa menganga tak percaya mendengar pernyataan Bang Dito. Apa iya pemilik cafe ini adalah Ali. Rasanya Lisa enggak percaya dengan semua kenyataan yang terjadi. 

"Seriusan, Bang? Kok bisa?" tanya Lisa masih enggak percaya. Dito mengangkat bahu. "Entahlah, Dek, nanti coba kita tanyakan langsung sama yang bersangkutan." 

Dito enggak tahu harus jawab apa karena kenyataan emang dia enggak tahu kenapa Ali bisa punya cafe sebagus ini dengan nuansa cafe yang sebagian besar warna langit dindingnya adalah biru.

Dito jadi penasaran kenapa Ali mewarnai langit dinding dengan biru. Karena warna itu adalah warna kesukaan Lisa. 

Dito jadi tahu kalau Ali memang sebegitu cintanya dengan Lisa. Semoga ini jalan yang baik buat Lisa. 

"Dia menemui, Abang, loh, Dek." Lisa yang fokus dengan makanannya terpaksa menghentikan sejenak. 

"Iya kali aja, Abang, punya utang sama tuh orang." jawab Lisa cuek. 

Lisa tahu kalau ini hal yang sangat dinantikan oleh dirinya. Awas aja kalau nanti Lisa ketemu sama pemilik cafe ini bakalan Lisa cuekin abis.

"Iya saya mau nagih hutang hati dan kini saya mau mengambil hati yang seharusnya memang untuk saya." Ali datang dari belakang lalu menarik kursi kosong yang berada di samping Dito. 

Lisa membelalak mata tak percaya, orang yang selama ini dia cintai sekarang ada di hadapannya tepat di depan matanya. 

Kalau bikin drama di sini enak kali ya, tetapi tidak, Lisa tidak akan melakukan drama yang bisa membuat dirinya malu, ya walau di sini enggak ada orang tetap aja dia turun lewat bawah enggak mungkin lewat atas. 

Emangnya Lisa bidadari bersayap bisa lewat dari atas, yang ada nanti pengunjung di cafe ini teriak histeris karena ada bidadari yang cantiknya Ma Sya Allah. 

Oke... berhubung Lisa orangnya baik hati dan tidak sombong maka dia akan mendengar klarifikasi dari seorang Ali, itu pun juga kalau pemilik cafe ini mau mengklarifikasi masalah enam tahun yang lalu. 

"Hutang hati apaan, hati saya hanya ada satu ngapain di bagiin sama orang-orang." Lisa sangat sebal melihat kehadiran Ali di sini. Harusnya dia senang tetapi karena seorang perempuan enggak bisa menampik bahwa hatinya saat ini sedang sakit hati. 

"Saya mau menjelaskan tentang apa yang terjadi enam tahun yang lalu." Ali menatap lurus meja. Pikirannya balik ke masa lalu dimana dia mengabaikan perasaan Lisa begitu saja. 

"H-hah, mau menjelaskan apaan, enggak ada yang perlu dijelaskan di antara kita ya, Li." Lisa berdecak sebal. 

Siapa perempuan yang enggak kecewa hati sudah dia kasihkan sama laki-laki ini, bukannya di tanggapi tetapi yang ada kebencian yang diungkapkan oleh Ali. Lisa hanya seorang perempuan yang sedang belajar membuka hati eh masa lalu malah datang seenaknya.

"Enggak ada yang perlu kamu jelasin sama saya, Li. Semua sudah masa lalu dan masa lalu enggak bisa kita ulang." jawab Lisa ketus. 

Lisa berandai-andai jika yang Ali temui itu Arman pasti Kakak nomor dua akan melarang Lisa untuk bertemu dengan Ali. Sayang banget dia kesini bersama dengan Abang Dito yang punya hati maaf seluas samudra hindia. 

"Jangan begitu, Dek, kita enggak pernah diajarkan sama orang tua kita lari dari masalah loh." timpal Dito. 

Lisa sangat sebal kenapa sih Abangnya malah membela laki-laki ini, yang harus di belain sama Abang itu dirinya bukan orang lain. Hati yang tadinya sudah sebal kini jadi semakin sebal karena enggak ada yang mendukung dirinya. 

Emangnya salah kalau kali ini Lisa jadi orang yang egois. Sebaiknya Lisa enggak usah terlalu mengharapkan banyak soal klarifikasi dari Ali, percuma kalau enggak sesuai dengan yang dia harapkan.

"Abang, kok gitu sih, enggak dukung aku." sisi anak kecil dari Lisa keluar begitu saja. Biasanya juga dia bisa menjaga sikap, kenapa malah di hadapan Ali jadi seperti ini enggak ada yang di tutupi sama sekali. 

Ali cekikikan melihat tingkah laku Lisa yang masih sama seperti dulu. "Apaan kamu ketawain saya." Lisa menatap Ali tajam. 

"Dek," tegur Dito. 

Lisa langsung diam mendengar teguran dari Abangnya. Kenapa sih Lisa kalau di hadapan Ali dari dulu sampai sekarang salah terus. 

"Iya udah, Li kalau kamu mau menjelaskan silahkan jelaskan di rumah kami. Karena orang tua kami terlanjur kecewa dengan sikap kamu terhadap Adik saya." Dito menengahi perdebatan ini. 

Lisa melihat Dito tidak percaya, kenapa sih Abangnya enggak mau mendengarkan kata hatinya. Ini malah kasih kesempatan buat Ali menjelaskan masa lalu.