webnovel

MENCINTAI SANG IBLIS : CEO' IBLIS ITU SUAMIKU

Auteur: NicksCart
Fantastique
Actuel · 325K Affichage
  • 385 Shc
    Contenu
  • 5.0
    793 audimat
  • NO.200+
    SOUTIEN
Synopsis

"Aku mencintaimu dengan segala kelebihan dan kekuranganmu, di saat kegelapan itu datang padamu aku akan mengembalikanmu ke dalam cahaya terang...." (Sheisha Cloee) William Franz (27 th) seorang CEO yang tampan dan baik hati, telah hidup kembali dari kematiannya, menjadi sosok yang berbeda. William yang lembut dan hangat telah berubah menjadi seorang yang dingin dan arogan bahkan melebihi dari seorang IBLIS. Sheisha Chloe (25 th) seorang artis cantik yang sangat terkenal, bertunangan dengan William. Sheisha sangat setia dan tidak pernah berpaling dari William walau mendapat kesakitan dan siksaan dari perubahan sikap William yang menjadi IBLIS. Harry Clifton (28 th) sahabat sejati sekaligus Manager Sheisha yang mencintai Sheisha begitu tulus. Harry tidak bisa menutup mata saat wanita yang di cintainya menderita hingga dia rela menjaga Sheisha selama hidupnya. Dengan sikap William yang seperti IBLIS, akankah Sheisha bisa mempertahankan hubungannya dengan William? Akankah Harry mendapatkan cinta Sheisha setelah William meninggalkan Sheisha dalam keadaan hamil? ikuti lanjutan kisahnya di novel ini...

Chapter 1KEMATIAN WILLIAM

"Sheisha!! kita harus cepat datang ke rumah sakit! William mengalami kecelakaan! keadaannya sangat kritis!!" ucap Harry asisten pribadi Sheisha.

Seketika tubuh Sheisha gemetar, mendengar ucapan Harry yang tak pernah terlintas dalam pikirannya kalau William kecelakaan.

"William kecelakaan? aku tidak percaya ini!! tidak mungkin William kecelakaan? William selalu berhati-hati dalam melakukan segala hal." ucap Sheisha dalam hati dengan perasaan panik dan ketakutan.

"Harry, bawa aku ke sana sekarang aku harus tahu keadaan William!" ucap Sheisha dengan air mata yang sudah mengalir deras di pipinya.

Dengan cepat Harry memberikan jaket pada Sheisha untuk melindungi tubuhnya dari guyuran air hujan.

Di luar hujan begitu deras. Suasana hotel sudah terlihat sepi, waktu sudah hampir tengah malam.

Hanya di temani Harry, Sheisha pergi ke rumah sakit di mana William tengah melawan kematian yang tengah menghampirinya.

"Harry sedikit cepat." ucap Sheisha seraya menggigit bibir bawahnya menekan rasa takutnya.

"Kamu harus tenang Sheisha, sebentar lagi kita akan sampai." ucap Harry berusaha tenang menghadapi macetnya lalu lintas di saat cuaca hujan yang kurang mendukung.

"Aku merasa takut Harry, aku takut kehilangan Will. Aku tidak akan sanggup kalau terjadi sesuatu padanya. Apakah Will akan baik-baik saja?" tanya Sheisha seraya meremas kedua tangannya mengurangi rasa takut kehilangan yang begitu dalam.

"Berdoalah Shee, di setiap doa pasti ada suatu keajaiban. Semoga Will tidak akan apa-apa dan melewati masa kritisnya." ucap Harry dengan pandangan lurus ke depan melihat arah jalan.

Sheisha terdiam, hati dan perasaannya tak lepas dari dari William.

"Ya Tuhan, beri keajaibanmu untuk memberi keselamatan pada William. William laki-laki yang baik, yang lembut hatinya dan selalu menyayangiku. Aku tidak ingin kehilangan dia Ya Tuhan." ucap Sheisha dalam hati sambil memejamkan matanya.

Hati Sheisha semakin tak tenang saat mobil Harry memasuki halaman parkir rumah sakit.

Suasana rumah sakit tampak sepi, waktu sudah tepat tengah malam. Hawa dingin menembus jaket yang di pakai Sheisha hingga kulit tubuhnya terasa dingin membeku.

"Sheisha, kuatkan hatimu. Kamu harus kuat dengan apapun yang terjadi." ucap Harry seraya menggenggam tangan Sheisha.

Sheisha menganggukkan kepalanya, mengerti dengan apa yang di katakan Harry.

Sebagai figur publik, artis yang terkenal dan di kagumi banyak orang. Dirinya harus kuat dan tidak mudah terpuruk oleh rasa kesedihan yang dalam.

"Ayo... kita keluar." ucap Harry mengulurkan tangannya untuk memberi kekuatan pada Sheisha agar bisa menghadapi semuanya.

Kembali Sheisha menganggukkan kepalanya saat Harry sudah berdiri di hadapannya dengan tangannya yang terulur.

Dalam genggaman tangan Harry yang hangat, Sheisha berjalan lemas masuk ke dalam rumah sakit menuju ke ruang operasi di mana William sedang menjalani operasi karena kecelakaannya.

"Duduklah di sini. Aku akan ke kantin sebentar untuk membelikanmu teh hangat." ucap Harry penuh perhatian.

Tanpa menjawab ucapan Harry, Sheisha menyandarkan kepalanya di dinding pilar dengan tubuh semakin lemas.

Harry menghela nafas panjang, hanya bisa melihat iba keadaan Sheisha yang diam dengan pandangan mata yang hampa.

Dengan berat hati terpaksa Harry meninggalkan Sheisha sendirian untuk pergi ke kantin.

"William, kamu harus kuat. Kamu harus bisa melewati semua ini. Aku tidak akan bisa hidup tanpa kamu Will." ucap Sheisha dengan air mata yang mengalir deras di pipinya.

Sheisha memejamkan matanya, mengurai kembali kebersamaannya dengan William dua tahun terakhir dengan kisah cinta yang begitu indah.

William yang begitu tampan, dengan segala kelebihannya mampu membuat hatinya langsung jatuh cinta pada pandangan pertama.

William yang terkenal dengan keramahan, kebaikan dan kelembutan hatinya semakin menjadi pujaan di kalangan wanita-wanita yang berkelas. Apalagi William sebagai seorang CEO muda yang memegang beberapa perusahaan yang sangat besar di kotanya.

Dengan semua kelebihannya, tidak membuat seorang William menjadi sombong atau tinggi hati. Karena itulah, hati Sheisha jatuh cinta dan menetapkan hatinya untuk menerima cinta William.

Sheisha menahan nafas, mengusap air matanya mengenang manisnya sikap William padanya.

"Will...kamu harus hidup, bertahanlah untukku Will." ucap Sheisha dalam hati dengan kedua matanya yang masih terpejam.

"Sheisha, bangunlah." panggil Harry yang sudah berdiri tegak di hadapan Sheisha.

Perlahan Sheisha membuka matanya dan melihat wajah Harry yang lelah.

"Minumlah ini, kamu akan sedikit lebih baik." ucap Harry seraya memberikan teh hangat pada Sheisha.

Sheisha tidak sanggup berucap selain menerima teh hangat dari Harry dengan tangan gemetar.

"Terima kasih Harry." ucap Sheisha melihat segelas teh hangat yang di pegangnya.

Harry menganggukkan kepalanya seraya duduk di samping Sheisha.

"Kamu harus yakin, semua ini akan berlalu." ucap Harry memeluk bahu Sheisha dengan perasaan sedih merasakan kesedihan yang di alami Sheisha.

"CEKLEK"

Pintu ruang operasi terbuka, tampak seorang Dokter keluar dan berdiri tegak dengan wajah terlihat lelah. Dokter tersebut membuka masker yang di pakainya, bersamaan dua asistennya mendatanginya.

Dengan hati gelisah dan sedih Sheisha menghampiri Dokter tersebut dengan menggenggam tangan Harry sangat kuat.

Dengan serius Dokter tersebut menatap wajah Harry dan Sheisha secara bergantian. Dada Sheisha terasa sesak dan berdegup kencang saat melihat Dokter tersebut menghela nafas panjang dengan tatapan yang rumit.

"Maafkan kami, kami sudah berusaha semaksimal mungkin dengan menyelesaikan operasi tepat waktu, namun sayang jantung pasien bermasalah dan berhenti saat kami mencoba memompa bantuan pernapasan. Pasien telah meninggal beberapa menit setelah kami membantunya agar bisa bernapas kembali." ucap Dokter tersebut dengan suara berat.

"Tidaakk!! tidak mungkin! William tidak mungkin mati!! William... Willian!!" teriak Sheisha dengan histeris seraya berusaha masuk ke dalam ruang operasi.

Namun tangan Harry memeluk tubuhnya dengan sangat kuat, hingga Sheisha tidak mampu lagi bergerak selain berteriak memanggil nama William.

"William!!.... William!!.... William." Teriak Sheisha dengan berurai airmata masih berusaha masuk dan menerobos masuk dari halangan Dokter dan dua asisten Dokter yang menemaninya.

Hati Harry semakin sedih melihat keadaan Sheisha, tidak bisa lagi berkata-kata selain memeluk Sheisha agar sedikit tenang.

Air mata Sheisha sudah tak berbendung lagi, ratapan tangisannya tak bisa meluluhkan hati Dokter dan dua asisten Dokter yang melarang Sheisha masuk walau hanya melihat keadaan William.

"Harry, tolong aku.. lepaskan aku Harry. Aku harus melihat William. Tolong lepaskan aku Harry." ratap tangis Sheisha menghancurkan hati Harry yang begitu menyayangi Sheisha.

"Dokter, biarkan Sheisha melihat William. Mungkin dengan melihat William kesedihan Sheisha sedikit berkurang." ucap Harry pada Dokter dengan wajah serius dan tatapan memohon.

"Tapi Tuan, pasien masih dalam penanganan kami. Tunggu lima belas menit lagi setelah itu kalian bisa melihatnya." ucap Dokter tersebut kemudian masuk kembali ke dalam ruang operasi di ikuti dua asistennya yang membantu menangani William.

Vous aimerez aussi

Alfa: Merenggut Putri Musuhnya

``` “Kenapa kamu punya bekas luka?” Tiba-tiba, Iris mengubah topik, saat ia menatap mata Cane. Ia masih mencengkeram lengan bajunya. “Ayahmu yang memberi,” jawab Cane. Ia berpikir, Iris tidak akan mengingat percakapan ini ketika dia terbangun. “Itu pasti sangat menyakitkan.” “Iya.” “Apakah bekas lukanya bisa sembuh?” “Kurasa tidak.” Memang malam bisa membuatmu rentan dan membiarkanmu mengatakan sesuatu yang tidak akan pernah kamu akui saat terang. Kegelapan melunakkan hatimu. “Sayang sekali. Kamu memiliki jiwa yang hangat.” Iris mengerutkan keningnya sedikit. “Aku tidak lagi memiliki jiwa.” Ia telah menjual jiwanya demi kebebasan orang-orangnya. Kini tidak ada yang tersisa darinya. “Ada, kamu punya, tetapi kamu sedang menderita.” Iris berkedip. “Binatang buasmu sedang menderita. Kamu memiliki begitu banyak bekas luka.” “Bekas luka yang aku punya hanya di wajah.” Iris menggelengkan kepalanya dengan lemah. “Aku tidak berbicara tentang wajahmu. Aku berbicara tentang jiwamu. Sayang sekali, kamu sangat menderita… apa yang ayah dan saudaraku lakukan padamu pasti menyakitkan...” Dan setelah itu, Iris menutup matanya dan tertidur. ====================== Dia adalah anak perempuan dari seorang alfa yang telah membunuh keluarganya, membakar kawanan dan juga menjadikan orang-orangnya sebagai budak. Kini, setelah sepuluh tahun diperlakukan sebagai budak, ia berhasil membalas dendam dan menjalani kehidupan yang tak pernah dibayangkan siapapun. Kehidupan mirip neraka. Dan sepuluh tahun kemudian, Alpha Cane berhasil mengambil alih dan membunuh alfa yang telah membuat kehidupan orang-orangnya lebih buruk dari kematian. Saatnya bagi dia untuk membuat anak-anak alfa tersebut membayar untuk apa yang telah ayah mereka perbuat. Hanya saja… Iris adalah anak yang lemah dan dia sangat berbeda dari ayahnya. ```

i_want_to_sleep · Fantastique
Pas assez d’évaluations
755 Chs

Luna yang Indah Setelah Penolakan

Cecily adalah gadis kurus tanpa teman. Namun, seperti semua gadis lainnya, dia mendambakan cinta sejati. Dia selalu memiliki perasaan terhadap Robert, putra Alfa di Kelompok mereka. Namun, di hari ulang tahunnya yang ke-18, dia menemukan bahwa Robert adalah pasangannya! Sebelum dia bisa memeluknya dengan gembira, Robert sudah menepis tangannya seperti sampah. "Kamu tidak akan menjadi pasanganku. Anggap saja tidak ada yang terjadi hari ini. Pergi dan awasi mulutmu. Jangan bilang apa-apa yang tidak seharusnya kamu katakan!" Robert secara terang-terangan menatap Alison yang seksi dan cantik berambut pirang di wisuda sekolah menengah mereka. Perjalanan wisuda itu mengubah Cecily, membuatnya lebih kuat, lebih percaya diri, lebih bersemangat, dan lebih cantik dan seksi. Selanjutnya, Robert, yang bertemu dengannya di kampus perguruan tinggi lagi, mulai mengejarnya. "Kamu seharusnya menjadi Luna ku. Kita akan hidup bersama dari sekarang. Kita akan memiliki banyak anak. Mereka akan sehat dan cerdas." Mata Robert penuh dengan nafsu. Gangguan Robert membuat Cecily merasa jijik dan mual! Ketika Cecily tidak bisa melindungi dirinya dari Robert karena perbedaan kekuatan, Michael muncul. "Tindakanmu membuatmu tidak layak sebagai Alfa." Michael memandang Robert dengan hina. Selama pengukuhan Robert sebagai Alfa, Cecily tidak tahan lagi dengan gangguannya. "Saya, Cecily Levin, menolak Robert Paslo sebagai pasangan saya." Ketika Robert marah dan kesakitan, ingin melukai Cecily, Michael muncul lagi! "Cecily adalah pasangan yang diatur oleh Dewi Bulan untuk saya." Michael memandang Cecily dengan lembut. "Siapa pun yang berani menyentuhnya adalah tidak menghormati keluarga kerajaan."

JQK · Fantastique
Pas assez d’évaluations
337 Chs
Table des matières
Volume 1

audimat

  • Tarif global
  • Qualité de l’écriture
  • Mise à jour de la stabilité
  • Développement de l’histoire
  • Conception des personnages
  • Contexte mondial
Critiques
Aimé
Nouveau
Anggita_Lara
Anggita_LaraLv10
derista123
derista123Lv10

SOUTIEN