webnovel

Prolog

Hari minggu siang itu cukup terik di pekuburan umum, tak banyak yang berziarah, seorang perempuan berkerudung hitam dengan rok terusan senada berwarna hitam juga. dia berjalan di antara berjejernya gundukan makam sambil membawa keranjang berisi bunga dan air.

Sampailah dia berdiri di samping sebuah makam yang kini sudah dihias keramik hitam dengan batu granit abu-abu, ada nama yang tercantum di batu nisan, angin berhembus perlahan menggugurkan kembang kemboja ke makan. Perempuan itu pun duduk di samping makam, tangannya yang kini bercincin membersihkan daun dan rumput liar yang menempel dan tumbuh di depah nisan.

Kemudian di usapnya batu nisan itu dengan lembut, perempuan itu terssnyum lembut sambil menatap ke arah batu nisan.

"Hallo sayang apa kabar ? maaf aku baru ke sini ! aku harap kamu tak marah ya ?" bisiknya seperti sedang mengobrol dengan seseorang yang sangat di cintainya.

Kini tangannya meraba nama yang terukir di batu nisan, tak terasa air matanya meleleh di pipinya, dia berusaha menahan perasaannya.

"Andrian ..." perempuan itu menyebut sebuah nama yang selalu ada di dalam hatinya tersimpan sampai kapan pun.

"Mama !" terdengar teriakan dari gadis kecil berusia 5 tahun berambut ikal sebahu cantik dan menggemaskan, si perempuan tertegun melihatnya sedang berlari menemuinya.

"Anisa kenapa kemari ?" tanyanya sambil mengusap air matanya, gadis itu duduk di samping mamanya tak perduli pertanyaan yang di ajukan.

"ini siapa mama ?" tanyanya, perempuan itu tersenyum memeluk dan mencium rambut putrinya,

"Papa Andrian sayang !" bisiknya, gadis itu menatap mamanya.

"Bukan papa Wahyu ?" tanyanya heran. Perempuan itu tertawa kecil, wajar dia belum mengerti apapun.

"Anisa punya dua papa ! satu papa Wahyu dan satu lagi papa Andrian !" perempuan itu berusaha menjelaskan sebisanya, gadis itu hanya mengangguk entah mengerti atau tidak.

"Papa Andrian sekarang di mana ?" tanya Anisa.

"Sekarang ada di surga sayang !" perempuan itu kembali membersihkan rumput di depannya dari sampah, gadis kecil itu ikut membantu.

"Mama !" kembali terdengar suara memanggil perempuan itu, dan menoleh seorang anak lelaki di pangku oleh seorang lelaki tampan dan gagah.

"Maaf, mereka pengen kemari !" ujar lelaki itu dan bergabung duduk bersama,

"tidak ada apa-apa mas !" perempuan itu tersenyum.

"Sudah berdoa ?" tanya lelaki itu.

"Belum, mas aja yang pimpin !" lelaki itu mengangguk.

"Kita berdoa buat papa Andrian sama-sama ! Anisa dan Andra juga boleh ikut ya !" kedua anak kecil itu mengangguk.

Dan mereka pun berdoa secara khusyuk, untuk mendoakan yang mereka cintai agar tenang di alam sana. setelah itu mereka menabur bunga dan air. Perempuan itu terdiam memori indah seperti berputar di otaknya, dia merasa waktu itu baru saja kemarin terjadi. Kembali dia meneteskan air mata, sebuah tangan menyentuh lengannya.

"Amanda, bang Andrian sudah tenang di alam sana ! dia pasti bahagia melihat Anisa tumbuh sehat dan cantik !" lelaki itu menguatkan perempuan itu.

"Terima kasih Wahyu, maaf aku masih teringat dengan abang mu !" jawab Amanda.

"Tidak apa-apa, kok aku mengerti !" tangan mereka saling gengam sekarang.

"Kita pulang ?" tanya Wahyu pada istrinya Amanda dan mengangguk. mereka pun berdiri untuk pergi. di perjalanan menuju keluat tanpa diduga mereka terkejut di depan mereka berdiri satu wanita dan laki-laki berumur.

"Mama ? papa ?" Wahyu terkejut ternyata kedua orang tuanya,

"Wahyu kamu disini juga !" tanya perempuan tanpa melirik ke arah perempuan di sampingnya.

"Tentu saja aku dan Amanda baru nyekar ke bang Andrian !" jawab lelaki itu.

"Selamat siang pah mah !" sapa Amanda sopan.

"Ayo pah kita kita pergi !" perempuan itu pergi tanpa membalas sapaan Amanda.

"maafkan dia Amanda ! papa pergi ya !" lelaki berumur itu menyentuh pundak Amanda dan pergi.

"Sepertinya mamamu masih marah padaku !"

"Sudahlah jangan dipikirkan ! ayo anak-anak kita pulang !" lelaki itu merangkul pundak Amanda.

---------

Sementara itu keduanya sudah sampai di makam putra pertama mereka. mereka duduk dan berdoa.

"mamah masih marah pada Amanda ?"

"tentu saja pah, karena dia Andrian meninggal dan kini dia malah merebut Wahyu dari kita !" jawabnya marah. Suaminya hanya menggeleng kepala.

"tentu saja karena Wahyu merasa bertanggung jawab mah !"

"Alah alasan ! kita sudah melarang mereka bertemu ! tapi masih ngeyel ! akibatnya begitu !"

"Sudah-sudah ini di depan Andrian, nanti dia malah sedih melihat mama seperti itu !"

"tapi ini salah papa juga ! coba kalau papa lebih tegas tidak mungkin seperti ini !" lelaki itu hanya terdiam.

"Sebaiknya kita pulang mah !" lelaki itu berdiri dan perempuan itu pun berdiri.

"mamah engga rindu pada cucu sendiri ?"

"buat apa !"

"Anisa begitu mirip dengan Andrian ! Andra pun juga ganteng !"

"Pah, katanya mau pulang ? kok malah ngobrol !" ujar istrinya dan langsung pergi meninggalkan suaminya, lelaki itu kembali hanya menggeleng kepala melihat tingkah istrinya itu.

-----------

Sementara itu di dalam mobil Amanda terdiam sementara kedua putra putri nya tertidur di kursi belakang karena kecapaian.

"kamu masih memikirkan kata-kata mama ?" tanya Wahyu dia mengerti yang dipikirkan istrinya itu.

"engga kok mas !" Amanda tersenyum.

"beneran ?"

"benar, maksudku ... seharusnya aku tidak bertemu dengan Andrian ! mungkin tidak begini !" Amanda terdiam.

"semuanya salahku !"

"bukan salahmu Amanda ! mungkin saja sudah takdir dari yang di atas !" jawab Wahyu.

"lalu kenapa kamu mau bertanggung jawab ?" Amanda menatap Wahyu.

"itu karena ... amanat bang Andrian !"

"Aku sebenarnya tidak apa-apa mengurus bayiku !" Amanda terdiam karena ulahnya kedua orang tua dan mertuanya membenci dirinya. tak terasa air matanya menetes. kembali sebuah tangan menyetuh tangannya.

"Untuk itulah aku menerima amanat abang untuk menjagamu dan melindungimu sekarang ! tidak usah memikirkan apapun Amanda !" Wahyu tersenyum.

"terima kasih !" hanya itu yang bisa Amanda ucapkan karena ia kembali menangis, Wahyu membiarkannya seperti itu.

"mama kenapa menangis !" tiba-tiba Anisa sudah bangun.

"tidak apa-apa kok !"

"mama !" kali ini anak lelakinya.

"ayo sini !" mereka duduk di depan, Amanda mengusap air matanya.

"Bagaimana kalau kita makan es krim ! mau !" ujar Wahyu

"Mau !" teriak keduanya. Amanda dan Wahyu tersenyum melihat tingkah laku mereka, 6 tahun mereka menikah, bisa di sebut kawin lari karena ketidak setujuan dari kedua belah pihak baik kedua orang tua Wahyu adik dari Andrian dan juga kedua orang tua Amanda.

Walau begitu, keduanya sangat bahagia sebagai keluarga kecil, Amanda kembali mengenang masa lalunya yang pahit tentang cintanya yang kandas, sikap dirinya yang dia benci pendiam dan pemalu, sampai pertemuan tak terduga dengan Andrian, lelaki yang merubah dirinya menjadi berbeda dari Amanda yang dulu, yang tak akan dilupakah seumur hidupnya.

Amanda menghela nafas dia harus bangkit dari semua permasalahan yang terjadi, dia beruntung memiliki Wahyu yang sebenarnya adik dari Andrian dengan tulus mencintainya.

"Andrian tolong doakan aku ! agar aku kuat menghadapi semuanya ini !" bisiknya dalam hati. Wahyu melirik dan tersenyum melihat Amanda kembali tersenyum. Dia yakin Amanda gadis yang kuat karena itulah dia mencintainya !

Bersambung ....

Chapitre suivant