webnovel

chapter 7 | Pemuja Rahasia

Mela memasukan buku ekonominya kedalam tas, lalu menatap Nuke dengan dahi berlipat.

"Kenape lagi ini?"

Nuke mengalihkan tatapannya dari depan, menatap Mela disampingnya. Hari ini seolah tidak ada semangat untuk belajar di sekolah "Gue bingung," ucapanya bimbang.

"Bingung kenapa? Kenzie?"

"Setelah kejadian Sahala nyamperin gue di kelas, dia jadi cuek gitu sama gue."

"Itu berarti dia cemburu Ke."

Cemburu? Nuke juga berfikiran seperti itu. Ya tuhan, lalu kenapa hubungan mereka belum ada perubahan setelah masing-masing dari mereka merasa takut kehilangan.

"Dan itu tandanya, Kenzie beneran suka sama lo."

Nuke tersenyum kecil. Hatinya selalu berbunga-bunga setiap membicarakan tentang Kenzie. Nuke mengambil boneka dasboard yang Kenzie berikan beberapa hari yang lalu. Setelah dipikir-pikir, Nuke lebih memilih menyimpan boneka ini dari pada dipasang di sepeda motornya, selain untuk meminimalisir kerusakan, motor yang dia pinjam dari Dimas pun sudah digunakan kembali oleh siempunya.

"Sooo sweattt, itu dari Kenzie?"

Nuke mengangguk tanpa mengalihkan pandangan dari boneka di tanganya "Iya, Kenzie dikasih dua boneka sama fansnya, di belakang masing-masing boneka, ada inisial namanya, K untuk Kenzie, dan N untuk nama si pemberi boneka, Kenzie kasih yang N buat gue, seneng banget deh gue,"

Mela mengerutkan dahinya "Tunggu dulu Ke, kenapa si pemberi boneka kasih Kenzie dua boneka? kalau dia niat couple-an sama Kenzie, harusnya dia cukup kasih Kenzie boneka yang berinisial K, sementara yang N dia simpen sendiri, emang dia pikir, kenzie mau pasang dua boneka sekaligus di motornya, lo ngrasa ganjil nggak sih?"

Benar juga, kenapa Nuke baru menyadarinya?

"Dan anehnya lagi, dia tiba-tiba ngasih boneka ini ke lo, dan boneka yang dia kasih, pas banget berinisial nama depan lo, ini kayak bukan kebetulan deh Ke, tapi disengaja."

"Maksud lo?" Nuke memang merasa aneh dengan apa yang dilakukan Kenzie, tapi dia masih belum mengerti arah pembicaraan Mela.

"Maksud gue, bukan fans Kenzie yang ngasih boneka ini, melainkan Kenzie sendiri yang menyiapkan semua ini buat lo."

"Buat apa Kenzie nglakuin ini?" Nuke belum sepenuhnya percaya.

"Nah karena ini!! lo itu nggak peka Ke, hati dan pikiran lo nggak sensitif sama sesuatu disekitar lo. Lo butuh dipancing dulu supaya lo sadar. Mungkin aja, sebenarnya diem-diem Kenzie juga suka sama lo, tapi lo-nya nggak nyadar"

Ya tuhan, mungkinkah yang dikatakan Mela itu benar "Kalau Kenzie suka sama gue, terus apa kabar sama gebetanya?"

Nah itu dia masalahnya, Mela terdiam sejenak "Emmm, coba gue cari tau nanti."

Nuke tersenyum, Mela selalu bisa diandalkan. Tak lama kemudian, pak Gunawan, guru sosiologi datang. Pelajaran segera dimulai pagi ini.

Nuke menyimpan kembali boneka itu, dia memasukannya ke dalam laci. Namun, tangannya menyentuh sesuatu yang asing di sana. Sepertinya bukan sampah, Nuke tidak pernah membuang sampah di laci. Dia menarik keluar benda itu. Dahi Nuke berkerut, dia menemukan sebuah amplop biru berpita merah Jambu, di luar amplop itu tertulis

'kalau ada banyak orang, baca surat ini di tempat lain'

Nuke menatap sekeliling, siapa yang memberikan surat ini? Apakah teman sekelasnya? Atau jangan-jangan pembuat surat ini salah menaruh suratnya?

"Mel?" panggil Nuke.

Mela yang sudah memergoki Nuke dari awal. Tanpa babibu Mela mengambil amplop itu dari tangan Nuke. Dia menatap Nuke penuh tanya. Nuke mengangkat bahunya tanda dia pun tidak mengerti apa-apa.

"Kita baca surat ini sepulang sekolah nanti, lo nggak ada remidial kan?"

"Nggak, remidial gue udah selesai semua."

"Good."

💌

Mela menutup pintu kelas rapat, teman-teman sekelasnya sudah pulang semua, tinggal menyisakan dia dan Nuke yang memang sudah berniat pulang terlambat.

"Mana suratnya Ke?"

Nuke mengeluarkan sebuah amplop biru dari dalam tasnya, lalu dia tunjukan pada Mela. Mela memicingkan matanya tajam pada amplop itu.

"Mecurigakan, ini kayaknya surat ancaman buat lo deh Ke, dari fansnya Kenzie, karena dia tau lo deket sama Kenzie."

"Jangan ngaco deh, Mel! mana ada orang ngirim surat acaman pake pita merah jambu."

Mela tertawa geli "Ya kali aja Ke, siapa tau kalau yang ngirim surat ini bocah bucin."

Nuke menghela nafas, membiarkan Mela terus berasumsi tentang surat ini. Perlahan-lahan, Nuke melepas ikatan pita yang mengikat amplop, hingga terlepas. Dia membuka amplop itu, terlihat selembar Kertas diary terlipat di sana. Nuke mengambilnya, dia meneliti surat itu sebelum membacanya.

"Udah buruan baca Ke!" ucap Mela tak sabaran.

"iya iya, tapi gue yang baca aja ya, lo cukup dengerin gue ngomong."

Mela mengangguk, Nuke mulai membacakan suratnya "untuk Nuke!"

"Ssstttt," Mela membekap mulut Nuke tiba-tiba.

"Lo jangan keras-keras bacanya, percuma dong, kita nunggu sepi buat baca surat ini," omel Mela, Nuke terlalu ceroboh.

"Yaudah, kita baca bareng-bareng aja, biar bisa baca pelan-pelan," usul Mela yang langsung disetujui oleh Nuke.

Nuke meunjukan surat itu pada Mela. Mereka mulai membaca satu per satu kata yang tertulis dalam surat itu.

Untuk Nuke

Aku menulis surat ini, sama sekali tidak bermaksud mengusik kebahagiaan kamu, atau membuat kamu bertanya-tanya. Aku tau, kamu pasti senang karena bisa dekat dengan cowok yang kamu suka. Tapi jujur Ke, aku tidak suka. Aku merasa sesuatu mengiris dadaku saat melihat kamu bersama dia.

Nuke dan Mela saling menatap "sesuatu mengiris dadaku?" mereka menahan tawanya "Alay banget gila" ucap Mela, Nuke ikut terkekeh mendengarnya, setelahnya mereka kembali membaca.

Aku nggak akan menghalangi kamu untuk dekat dengan dia, jika memang dia tulus sama kamu. Tapi ada sesuatu yang harus kamu tau, di sini, ada seseorang yang lebih tulus dari dia. Dan aku mengaku kalau itu aku. Aku tidak memaksa kamu untuk mencari siapa aku, karena aku tau, kamu tidak akan melihat ku.

Satu hal yang mereka pastikan setelah membaca surat ini. Yang menulis surat ini, sudah barang pasti bukan Kenzie, dan yang pasti surat ini bukan surat ancaman seperti apa yang dikatakan oleh Mela.

" Kamu tidak akan melihatku?"Mela membaca cuplikan kata dari kalimat terakhir "Jangan-jangan yang nulis surat ini setan Ke!"

"Mel, sekali aja, bisa nggak sih, lo kasih gue asumsi yang positif," Nuke menggerutu.

Mela tersenyum jelek, Nuke terlalu sensitif jika membahas tentang setan "Iya maaf, gue becanda."

Mereka kembali terdiam, sudah jelas kalau penulis surat ini suka pada Nuke. Tapi siapa? Siapa cowok yang dengan butanya mengaggumi cewek ngeselin macam Nuke.

Braaakk!

Nuke dan Mela mengangkat kepalanya saat mendengar suara barang terjatuh. Mereka segera bangkit dari tempat duduk, kemudian berjalan ke luar kelas.

Mata Nuke terbelalak mendapati orang di depan kelasnya "Rio, Ngapain lo di sini?"

Rio membereskan buku-bukunya yang terjatuh. Dia berdiri dan membenarkan kaca matanya "Aku mau minjem buku di perputakaan," ucapnya, nafasnya terengah-engah, seperti sedang gugup dan menyembunyikan sesuatu "Aku duluan ya," pamitnya.

Nuke menatap aneh kepergian Rio, begitu pula Mela yang berdiri di sampingnya.

"Lo kenal dia Ke?"

Nuke mengangguk "Dia cowok cupu yang telat sama gue waktu itu."

Mela menatap Nuke dengan mata yang membulat sempurna "seriously, dia cowok yang meluk lo?"

Seketika Nuke menatap Mela tak suka "Bukan meluk, cuma nahan gue biar nggak jatuh!" tegasnya.

"Lo buta apa Ke? Cowok seganteng dia lo bilang cupu," Mela tidak menyangka, jika cowok seperti Rio dibilang cupu, Maka kategori cowok keren untuk Nuke seperti apa?

"Ke, nggak semua cowok berkaca mata itu cupu, menurut gue dia keren, cuma pembawaanya aja yang kalem, sopan lagi, ngomong aja pake aku kamu."

Nuke memutar bola matanya malas "Yah, apa kata lo dah Mel, terus gimana nih, tenatang suratnya?"

"Surat ini masih terlalu abu-abu Ke, kita tunggu nanti, siapa tau dia ngirim surat lagi."

Nuke menghela nafas berat, sedikit tidak percaya kalau ada yang diam-diam menyukainya. Ini hal yang baru untuk Nuke. Dia harus berhati-hati ketika melakukan sesuatu, apa lagi yang menyangkut perasaan, karena tanpa Nuke sadari, ada seseorang yang diam-diam terluka.