webnovel

Menantang sang Tuan 3

Renee terkejut, ia tidak menyangka kalau Celia akan melakukan hal seperti ini, ia melirik ke arah Dylan dan Arthur, mereka tergeletak di tanah dengan darah di tubuh mereka, tidak tahu apakah mereka masih hidup atau tidak.

Renee menatap Leo, kedua tangan laki-laki itu kotor dengan cairan merah yang masih segar, mata laki-laki itu kosong dan dengan kehadiran Celia di belakangnya, ia terlihat seperti boneka kayu yang digerakkan oleh tali.

"Berani sekali," kata Renee sambil berdiri, ia tidak menatap Celia, tapi Leo. "Aku ingin tahu seperti apa reaksi Leo setelah tahu kau melakukan semua ini."

Laki-laki itu mungkin akan melotot marah dan kedua bibirnya saling terkatup, lucu sekali.

Tapi sayang, kalau dibiarkan terus-menerus akan menjadi buruk.

"Tentu saja aku berani," kata Celia yang tubuhnya masih penuh luka itu, ia bersandar di lengan Leo dan tersenyum dengan mata menyipit. "Memiliki Leo adalah keinginanku sejak dulu, membuat dia patuh dan tunduk padaku adalah mimpi-mimpiku."

"Kau sama sekali tidak mencintai Leo," kata Renee yang telah menenangkan dirinya, ia masih menatap lurus ke arah Leo. "Perasaan itu adalah obsesi."

"Aku tidak peduli." Celia terkekeh, luka menganga di bahunya itu tidak pulih dan membuatnya sedikit jengkel karena harus merasakan sakit ketika ia bicara. "Selagi Leo ada untukku, itu sudah cukup."

"Ho … begitu …." Renee tersenyum tipis, ia mengibaskan tangannya dan cahaya jingga yang ada di sekitarnya menjadi lebih gelap daripada sebelumnya, mata wanita itu ikut berubah menjadi berwarna jingga.

"Kalau begitu aku tinggal merebutnya darimu."

"Apa?"

Celia mengerutkan kening, ini diluar prediksinya, seharusnya Renee akan marah dan memohon padanya untuk membebaskan Leo.

Bukan seperti ini!

"Aku bilang," kata Renee sambil menggerakkan tangannya, pedang berkarat yang tadinya tergeletak di tanah langsung melayang ke tangan Renee, cahaya jingga langsung menyelimuti. "Aku akan merebut Leo darimu."

Celia tertawa lagi, kondisi tubuhya sekarang bukan hal yang tepat untuk melawan Renee.

"Kalau begitu cobalah lawan Leo."

Celia mendorong Leo dengan tangannya, ia tersenyum lebar sambil mengangkat dagu.

"Apa kau bisa melawannya?"

Renee menggertakkan gigi, di detik berikutnya Leo melesat ke depannya menggerakkan sebuah pedang yang entah muncul dari mana.

PRANG!

Di belakang tubuh Leo kabut hitam dari kekuatan Celia muncul, gerakan Leo lebih cepat daripada biasanya dan lebih kuat menyerang Renee, pedang yang ada di tangannya tidak sekali dua kali menghantam pedang milik Renee.

Renee menahan serangan Leo dan sebisa mungkin untuk tidak melukai laki-laki itu.

Seperti pedang bermata dua, jika ia kalah Celia akan memenangkan pertaruhan ini dan jika ia mengalahkan Leo, laki-laki itu akan terluka dan kemungkinan terburuk, mati.

Celia yang melihat pertarungan Renee dan Leo menyeringai.

"Kau tidak akan bisa menang dariku, Renee." Ia bergumam dan ular yang sedari tadi menyerang Renee bergerak melingkar di belakang tubuhnya. "Karena apa yang sudah menjadi milikku, akan selalu menjadi milikku."

Leo menarik pedangnya dan menangkap bahu Renee, wanita itu terkesiap, cahaya jingga langsung bergerak menepis tangan laki-laki itu.

BRAKH!

Leo terhempas ke tanah, Renee tidak menyia-nyiakan waktunya, sebelum Leo bangkit dan menyerangnya, ia harus melumpuhkan Leo terlebih dahulu sebelum laki-laki itu melakukan hal yang tidak bisa ia bayangkan.

"Kau ingin merebut Leo dengan kekuatanmu itu?" Celia memiringkan kepala, lalu tangannya terangkat. "Bukankah itu artinya kau akan membunuhnya dengan tanganmu sendiri?"

Celia tidak akan membuat jalan yang mudah bagi Renee, wanita yang ada di hadapannya ini sudah mengacaukan setengah rencananya di kota Dorthive, tidak akan ia biarkan Renee bisa menghirup napas dengan tenang selama ia masih bisa melihatnya hidup.

"Aku akan membuat kau merasakan patah hati terbesar dalam hidupmu, Renee." Celia menyeringai.

Kabut hitam muncul di sekitar tubuh Leo dan laki-laki itu langsung bangkit, ia mengerang, sulur-sulur hitam seperti urat nadi muncul dari seluruh tubuhnya, membuat Leo merasa kesakitan.

"Apa yang kau lakukan?!"

Renee langsung menatap Celia, wanita itu masih bersandar di tubuh satu-satunya ular miliknya yang masih tersisa, seperti seorang Ratu malas.

"Apa lagi? Dia milikku sekarang, aku bebas melakukan apa pun yang aku inginkan padanya."

"Obsesimu itu benar-benar sialan rupanya," kata Renee dengan gigi gemerutuk, ia tidak bisa membiarkan Leo terus seperti ini.

Selagi waktu belum berjalan terlalu lama, ia harus menarik kesadaran Leo kembali.

Renee melesat menuju Leo dengan cahaya jingga yang berpendar di sekitar tubuhnya, kabut hitam langsung bergerak mencoba menghalangi Renee, wanita itu langsung menggerakkan pedang.

SRATS!

Renee merasakan sesuatu hendak menusuknya dari dalam kabut hitam, ia langsung menggerakkan cahaya jingga melindungi dirinya.

"Jatuhlah," kata Celia dengan sinis, di detik berikutnya Renee terdorong ke tanah.

Ia jatuh dengan suara debam yang keras, cahaya jingga seakan-akan pecah di sekitar Renee, diserap oleh kabut hitam yang semakin pekat keluar dari tubuh Leo.

Leo benar-benar seperti boneka kayu yang dikendalikan oleh Celia, laki-laki itu menusuk perut Renee dengan pedangnya.

"Uhuk!"

Renee terbatuk mengeluarkan darah, ia menatap wajah Leo dan mata suram itu.

Terdengar suara tawa Celia dari kejauhan tapi Renee tidak peduli, ia harus menarik kesadaran Leo.

"Leo, kau harus mendengarkan aku …." Renee mengulurkan tangannya menyentuh wajah dingin laki-laki itu, ia menatap Leo dengan tajam. "Sadarlah, kau harus melawan! Jangan biarkan Celia mengendalikan dirimu!"

Renee menahan rasa sakit, selama pedamg yang menusuknya ini masih tidak ditarik kembali, maka ia tidak akan bisa menggunakan cahaya jingga untuk memulihkan tubuhnya.

"Leo, aku tahu kau kuat!" Renee mengerahkan seluruh kekuatannya untuk cahaya jingga yang hampir dimakan oleh kabut hitam, rambutnya yang tergerai perlahan-lahan berubah warnanya, yang awalnya hitam perlahan-lahan berubah menjadi jingga.

"Aku tahu kau tidak ingin melakukan ini, Leo." Renee menggertakkan gigi, ia menangkup kedua pipi laki-laki itu dan menariknya mendekat. "Kau harus melawan Celia, jangan biarkan ia berbuat sesuka hati di kota Dorthive! Kau adalah Marquis!"

Leo masih memiliki raut yang sama di wajahnya, bahkan jika Renee lihat terus menerus, wajah itu terlihat semakin dingin dan semakin asing dari yang ia lihat terakhir kali.

Seakan-akan kalau ia membiarkan hal seperti ini terjadi lebih lama lagi, ia tidak hanya akan kehilangan kesadaran Leo saja, tapi juga dirinya.

"Jangan … jangan menyerah pada Celia," kata Renee dengan napas tertahan, sekarang ia tidak bisa membedakan lagi apakah yang ada di sekitarnya ini adalah aroma lumpur atau darah, semuanya sudah bercampur jadi satu. "Aku … berjanji tidak akan meninggalkanmu, aku …."

Cahaya jingga membungkus tubuh mereka berdua, Renee melirik pedang yang masih ada di perutnya, ia terengah-engah.

Wanita itu menarik Leo mendekat dan ia memeluk sang Marquis secara paksa.

"Aku … benci mengakui ini tapi … aku tidak bisa membiarkanmu bersama Celia."