webnovel

Bab 1

Hari ini, Elliana sengaja mengenakan bajunya yang paling bagus untuk menemui laki-laki yang ada di hadapannya ini. Mereka sedang ada di sebuah kafe. Kafe itu kosong, hanya ada mereka berdua di sana dengan beberapa pelayan.

Kencan?

Oh, bukan. Kalau kencan pasti suasananya tidak tegang seperti sekarang. Elliana yang baru berumur sembilan belas tahun itu terlihat sangat kecil di depan laki-laki yang sedang bersamanya.

"Jadi, kau Elliana?" pertanyaan itu terasa begitu dingin di telinga Elliana.

Elliana hanya bisa mengangguk tanpa berani mengangkat wajahnya.

"Hmm..." gumam laki-laki itu seakan menilai Elliana. "Sudah berapa lama kau berpacaran dengan Kendrick?" tanya laki-laki itu yang merupakan ayah dari Kendrick.

Secara refleks Elliana mendongak menatap mata kelam Keenan yang seakan mengintimidasinya. "Sa-satu tahun, Paman."

Keenan terdiam sambil menghirup kopi pahitnya kemudian menatap Elliana lekat-lekat. "Kau harus berhenti mengejarnya. Aku tahu tipe wanita sepertimu, kau pasti hanya menginginkan uang Kendrick, kan? Berapa yang kau perlukan, eh?"

Kedua tangan Elliana yang saling menggenggam itu bergetar. Jantungnya seakan ingin meledak mendengar semua penuturan Keenan. Bukan hanya matanya yang memanas, tapi wajahnya juga mulai memanas. "Maaf," sahut Elliana dengan bibir bergetar. Kali ini matanya dengan berani menatap mata Keenan, "Aku mencintai Kendrick dengan tulus."

"Ck," Keenan tersenyum sinis. "Anak kecil sepertimu tahu apa mengenai cinta? Kau tinggal bilang saja berapa jumlah uang yang kau inginkan untuk meninggalkan Kendrick?"

Elliana sudah tidak bisa menahan lagi, dia benar-benar marah sekarang. Harga dirinya serasa diinjak-injak. "Dengar, Paman!" bentak Elliana sambil berdiri. "Aku bukanlah wanita rendah seperti itu! Aku masih memiliki harga diri! Kalau Paman mau aku meninggalkan Kendrick, aku akan meninggalkannya!" bentak Elliana lagi kemudian berjalan pergi meninggalkan meja yang dia tempati dengan Keenan.

Di tempat duduknya, Keenan tertawa kecil. "Tunggu," ucapnya dan itu berhasil membuat langkah Elliana berhenti tapi Elliana benar-benar tidak sudi menatap wajah Keenan. "Aku hanya ingin memberitahumu, dua bulan lagi Kendrick akan menikah dengan gadis yang akan membantunya di masa depan. Gadis itu bukan gadis sepertimu," ucap Keenan dingin kemudian berdiri dan mendahului Elliana pergi dari kafe tersebut.

Elliana masih berdiri di tempatnya. Napas Elliana terlihat memburu karena ia terlalu marah dan kesal oleh perkataan Keenan. Elliana memang bukan orang dari kalangan atas tapi Elliana memiliki harga diri. Dadanya terasa sangat sesak. Baru pertama kali ini ia merasa dihina oleh orang yang bahkan tidak mengenalnya.

Tanpa kuasa akhirnya air mata yang sejak tadi tertahan di mata Elliana menetes membasahi pipinya. Dengan kasar, ia kemudian mengusap air mata itu. Tapi percuma saja, air mata itu tidak mau berhenti.

Dengan masih menahan amarah, ia segera keluar dari kafe itu dan segera memanggil taksi yang kebetulan lewat di depannya. Setelah mengucapkan alamat apartemennya, taksi berwarna biru itu pun segera melesat di jalanan.

Dan di saat itulah Elliana sadar bahwa air mata yang keluar itu bukanlah air mata kemarahan melainkan air mata kesedihan karena ia baru saja melepaskan orang yang ia cintai. "Kend..." isaknya sambil menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Nama Kendrick terus terucap di antara tangisnya.

.

.

.

"Apa?!" teriak Kendrick saat ia baru saja selesai mendengar semua ucapan ayahnya. "Pernikahan?! Aku?! Umurku baru sembilan belas tahun, Yah!"

Kepala keluarga Byantara itu tetap bergeming di belakang meja kerjanya. Mata hitamnya dengan teliti menatap angka-angka yang tertera di tumpukan kertas yang ada di hadapannya.

Melihat ayahnya yang diam saja, Kendrick kembali berbicara, "Asal Ayah tahu, aku sudah memiliki seseorang yang akan kunikahi suatu saat nanti! Bagaimana mungkin aku akan menikah dengan siapa tadi?!"

"Devika Hanasta. Dia adalah anak tunggal dari pemilik Hanasta Corp. Jika kau menikahi dia, masa depanmu akan terjamin, Kendrick."

Kedua tangan Kendrick mengepal di kedua sisi tubuhnya. "Aku sudah besar, Ayah! Aku bisa memastikan masa depanku sendiri tanpa campur tangan Ayah! Jadi-"

"DIAM!" bentak Keenan sambil memukul meja. Setelah berhasil membuat Kendrick terdiam, Keenan melanjutkan ucapannya. "Apa ini karena gadis bernama Elliana itu?" tanya Keenan dingin.

Kedua mata Kendrick membesar, "Bagaimana Ayah bisa... apa Ayah memata-mataiku?!" suara Kendrick kembali meninggi karena merasa privasinya telah diusik sang Ayah.

Keenan memandang Kendrick dengan tatapan tajam yang seakan dapat membunuh Kendrick. "Jika kau tidak menurutiku, aku bisa saja membuat gadis itu celaka."

Kedua tangan Kendrick yang mengepal bergetar. Dia memandang ayahnya dengan tatapan membenci. Melihat tidak ada yang bisa dibicarakan lagi, Kendrick memilih meninggalkan ruang kerja ayahnya sebelum dia tidak bisa menahan dirinya lagi.

"Dua bulan lagi," ucap Keenan tiba-tiba dan refleks membuat kaki Kendrick berhenti melangkah. "Pernikahanmu akan dilaksanakan dua bulan lagi. Oh, sebentar lagi keluarga Hanasta akan datang makan malam, kau harus bersikap dengan baik, Kendrick."

Kendrick tidak membalas ucapan ayahnya itu karena terlalu kesal. Remaja laki-laki itu bahkan dengan sengaja menutup pintu ruang kerja ayahnya dengan sangat keras.

Setelah Kendrick pergi, Keenan terlihat menghela napas. Matanya menjelajahi semua angka-angka pengeluaran perusahaannya. Kalau tidak mendapat bantuan, bisa-bisa perusahaannya akan hancur. "Maafkan ayah, Ken. Ayah tidak punya cara lain lagi," geramnya sambil meremas rambutnya.

Lima tahun belakangan ini, Keenan memang terlihat kurang berkonsentrasi saat menangani perusahaannya. Alhasil beberapa investasinya tidak berjalan dengan baik. Semua ini bermula karena kecelakaan yang terjadi lima tahun yang lalu. Di kecelakaan itu, ia kehilangan istri tercintanya dan juga putra sulungnya. Sejak saat itu, Keenan berjanji akan membuat Kendrick hidup tentram. Dan salah satu hal yang ia lakukan untuk mencapai tujuan tersebut adalah dengan menikahkan Kendrick dengan seseorang yang akan bisa menopang kehidupannya di masa depan.

Chapitre suivant