Ini adalah hari terakhir mereka berada di sini. Semuanya terlihat baik-baik saja dan berjalan dengan semestinya. Tentu saja itu hanya apa yang terlihat, Rizel tidak bisa mengabaikan begitu saja apa yang ia lihat malam itu.
Tujuan terakhir mereka sebelum pulang adalah pantai. Semua orang tengah sibuk membereskan barang-barang bawaan mereka untuk menuju ke pantai yang berjarak hampir satu jam dari penginapan mereka saat ini.
Rizel kembali masuk ke kamar yang ia tempati bersama dengan Sekar. Di sana Sekar masih sibuk merapikan pakaiannya ke dalam koper yang berukuran sedang itu. Semenjak malam itu Rizel tidak banyak berbicara dengan Sekar.
Tentu saja Rizel kesal dengan apa yang dilihatnya, apalagi jika membayangkan dirinya yang dikhianati oleh temannya sendiri. Meskipun begitu, ia juga tidak bisa menjauhi Sekar karena apa yang ia lihat. Rizel tidak ingin memperburuk keadaan, ataupun merusak pertemanan mereka. Dan juga rasanya Rizel benar-benar ingin mengetahui apa yang ada dalam pikiran Sekar.
"Kenapa kamu melamun seperti itu, apa yang kamu pikirkan?"tanya Sekar saat melihat Rizel hanya berdiam diri di dekat kopernya.
"Bukan apa-apa."jawab Rizel tersadar dari lamunannya. Rizel pun menarik kopernya keluar dari kamar. Sekar tidak begitu mempedulikan Rizel.
Saat hendak membawa kopernya menuju ke mobil, Rizel melihat pria itu tengah mengusap puncak kepala temannya sembari berlalu melewati Rizel kembali ke dalam penginapan. Siapa pun yang melihatnya mungkin akan berpikir, bahwa pria itu tidak akan pernah mengkhianati temannya. Rizel bergidik ngeri, bahkan sudah sedekat inipun, kita tidak bisa menebak apa yang orang lain sembunyikan dari kita. Itu terlihat sangat menakutkan bagi Rizel untuk mempercayai orang lain.
"Kenapa dari tadi aku lihat kamu banyak melamun?"tanya Andi menepuk pundak Rizel. Rizel menoleh kepada Andi, Rizel menatap Andi untuk beberapa saat dan kemudian berlalu meninggalkan Andi. Andi menyerngit melihat reaksi Rizel dan mengikuti Rizel.
"Apa ada yang mengganggu pikiran kamu?"tanya Andi saat berdiri di samping Rizel yang tengah menyusun koper dan beberapa barang yang terletak di bagasi mobil.
"Nggak ada kok."jawab Rizel yang masih sibuk menata barang.
"Kalau nggak ada, kenapa kamu terlihat melamun sedari tadi."selidik Andi.
"Aku cuma masih ngantuk aja, karena bangun terlalu pagi."jawab Rizel tidak sepenuhnya berbohong.
"Apa semuanya udah dibawa?"tanya Rizel setelah Kalila datang. Rizel tidak ingin ditanya-tanya oleh Andi lagi.
"Udah kok, tinggal ini aja."jawab Kalila, sedangkan Andi masih memperhatikan Rizel tanpa beranjak dari tempatnya berdiri.
"Kenapa kamu ngeliatin Rizel seperti itu?"tanya Kalila ketika Rizel sudah hendak. masuk mobil.
"Bukan apa-apa, hanya saja bukannya Rizel terlihat murung hari ini?"tanya Andi sembari bergantian melihat Kalila dan Rizel. Andi pun berlalu meninggalkan Kalila dan menuju mobil satunya.
Setelah semuanya siap, dan memastikan tidak ada barang-barang yang tertinggal serta tempat yang sudah bersih. Mereka pun meluncur menuju ke tempat selanjutnya. Rizel kembali bersama Kalila dan Irfan, namun di sepanjang perjalanan mereka hanya diam. Tidak ada yang memulai pembicaraan dan hanya sibuk dengan pemikiran mereka masing-masing.
Irfan pun menoleh kepada Kalila dan melirik Rizel. Irfan tidak begitu yakin dengan keadaan saat ini. Awalnya ia hanya berpikir mereka kelelahan tapi sepertinya itu bukan karena itu.
"Apa kalian tengah bertengkar?"tanya Irfan memecahkan keheningan yang ntah sudah berapa lama itu. Kalila menoleh kepada Rizel dan Rizel hanya mengangkat bahu. Kalila pun menoleh kepada Irfan dengan ekspresi bingung.
"Habisnya sedari masuk mobil tadi, kalian tidak berbicara sepatah kata pun."ucap Irfan menjawab kebingungan kekasihnya itu.
"Nggak tau tuh, Rizel kenapa diam aja sedari tadi." kali ini Kalila melirik ke arah Rizel untuk. mendapatkan jawaban.
"Aku cuma lagi capek aja kok."jawab Rizel.
"Sepertinya memang gitu."Kalila kembali menoleh ke depan. Sepertinya Kalila tahu Rizel tidak ingin ditanya lebih jauh lagi. Rizel sendiri memilih untuk menyandarkan punggungnya dan menutup matanya.
"Terus kamu sendiri kenapa diam saja sedari tadi?"tanya Irfan.
"Lagi nggak ada tenaga buat ngobrol."'jawab Kalila yang saat ini juga dalam mood yang tidak baik.
"Apa kamu sakit?"tanya Irfan terlihat khawatir.
"Bukan itu. Aku juga nggak tau kenapa aku capek banget hari ini."jawab Kalila lagi.
"Ya udah kamu istirahat dulu aja, perjalanan masih jauh kok."Irfan menyarankan sembari mengusap pelan kepala Kalila.
"Apa kamu nggak apa-apa aku tinggal tidur?"tanya Kalila memastikan. Irfan mengangguk. Kalila pun menyandarkan punggungnya dan memilih untuk memejamkan matanya. Rizel yang sedari menutup matanya, sebenarnya tidak benar-benar tidur, ia masih bisa mendengarkan obrolan Kalila dan Irfan.
Di sisi lain Sekar dan Risa duduk di kursi bagian belakang, sedangkan Dirgi dan Andi di depan. Kali ini Dirgi yang menyetir, setelah saat berangkat Andi yang menyetir.
Dirgi berkali-kali melirik ke belakang, memperhatikan Risa yang kini tampak terlelap itu.
"Segitunya banget memperhatikan Risa."ucap Andi yang sedari tadi mendapati Dirgi menoleh berkali-kali kepada Risa.
"Cuma lagi khawatir aja, kenapa Risa tidur nyenyak banget."jawab Dirgi.
"Bukannya justru bagus?"Andi menyerngit, ia tidak mengerti apa yang dipikirkan Dirgi.
"Aku cuma takut dia kenapa-kenapa, soalnya biasanya Risa lebih suka menikmati perjalanan."jawab Dirgi lagi.
"Mungkin hanya kecapekan aja."ucap Andi lagi sembari menoleh kepada Risa. Dirgi hanya mengangguk menanggapi. Sekar menoleh kepada Risa, jelas ia tidak suka bagaimana Risa diperhatikan.
"Apa kita berhenti di tempat peristirahatan?"tanya Sekar, tak ingin lagi mendengar mereka membicarakan Risa.
"Kenapa kita harus berhenti, kan perjalanan ini cuma membutuhkan waktu satu jam."jawab Andi.
"Aku sih nggak masalah kalau Sekar mau berhenti, apa kamu lapar?"tanya Dirgi kepada Sekar.
"Nggak terlalu sih."jawab Sekar sedikit kesal, Sekar tidak suka bagaimana Andi menanggapinya.
"Apa kamu yakin?"kali ini Andi menoleh kepadanya.
"Iya."jawab Sekar seadanya dan menutup matanya. Andi yang melihat itu. tersenyum, ia tahu kalau Sekar tengah ngambek dan bagi Andi itu sangat menggemaskan.
Tentu saja Dirgi juga mengetahui kalau Sekar tengah ngambek. Dirgi diam-diam juga melirik Sekar, kemudian ia menoleh kepada Andi yang terlihat tidak terganggu karena hal itu.
"Apa kita harus berhenti dulu?"tanya Dirgi memastikan.
"Nggak usah, Sekar jawab juga bilang nggak kok."jawab Andi santai. Dirgi pun hanya mengangguk dan terus melanjutkan perjalanan. Saat melewati tempat pemberhentian pun, mereka benar-benar tidak berhenti sama sekali.
"Dasar, benar-benar nggak ada romantis-romantisnya."batin Sekar, saat ini ia sudah membuka matanya dan memperhatikan keluar sana.
"Jangan salahkan aku jika aku nyaman sama yang lain."batin Sekar lagi, Sekar masih kesal karena Andi yang seakan tidak mempedulikannya.
Sekar tahu kalau Andi bukan tipe cowok romantis seperti yang ia inginkan. Tapi ada sesuatu dalam diri Andi yang membuat Sekar sangat mencintainya dan tak ingin melepaskannya. Meskipun begitu, Sekar tak bisa pungkiri, ada kekosongan dalam dirinya yang tidak bisa ia abaikan.