webnovel

Kembali Hidup Untuknya : Malaikat Pelindung Sang Pilot

Enak ya kalau bisa terlahir kembali dengan segala pengetahuan dari masa lalu? Tapi kata siapa kesempatan emas itu gratis? Fira Setiawan terlahir kembali dengan sebuah peringatan… “ Tetaplah bersama Ardi… Kalau tidak kau akan mati!” Sekarang Fira harus terus berada di sisi Ardi, pacar gelapnya dimasa lalu. Kalau tidak… Nyawa Fira sendiri yang jadi taruhan! Fira tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan ini untuk mengatasi berbagai macam masalah yang tak bisa dia atasi sebelumnya. Di hari pertama Ia terbangun, Fira tahu bahwa dalam waktu dekat, nyawa Ardi bakalan terancam! Fira Harus bergegas! Kalau Ardi terbunuh, akankah Fira harus bersatu dengannya dalam kematian? Apakah hidup keduanya ini akan berakhir dengan begitu cepatnya?!

Felysainesgiania · Sports, voyage et activités
Pas assez d’évaluations
421 Chs

Peringkat

Fira mengira dia salah lihat, tapi kalau dicermati dengan lebih seksama, pria itu adalah Ardi. Dia mengenakan setelan jas resmi yang memamerkan bahunya yang lebar, pinggangnya sempit dan kakinya yang panjang. Dia melangkah menuruni tangga berkarpet. Setiap langkahnya membuatnya terlihat gagah. Setiap orang yang melihatnya pasti ikut berdebar seiring dengan langkah kakinya.

Secara acak, dia memilih kursi kosong untuk duduk, menyesuaikan postur duduknya, dan kakinya yang panjang bertumpang tindih, seolah-olah dia adalah pengusaha kaya di baris pertama yang akan menonton pameran perhiasan. Matanya dengan santai mengembara kesana kemari.

Cahaya auditorium semakin meredup, dan fitur wajah pria itu tampak lebih menonjol dan superior.

Sebuah komentar menghina terdengar dari belakang Fira, "Kecapi? Aku benar-benar ingin masuk ke Institut Musik Pusat. Tapi menurutku, kecapi adalah alat musik yang digunakan untuk mengemis. Dia benar-benar tak tahu malu kalau ingin masuk ke Institusi Musik Pusat dengan alat musik itu."

Fira mengambil kecapinya, menyesuaikan senarnya dan melirik ke arah teman pria Lulu yang tidak jauh berbeda dari Lulu, Ronny. Dia berkata dengan dingin, "Kamu tidak mengerti inti dari seni musik tradisional, apa itu ada urusannya denganku? Kenapa aku harus melamar ke sekolah musik lain hanya karena aku memainkan kecapi? Apa aku sudah pasti akan gagal ujian disini?"

Ronny hanya menggertakkan giginya, "Sekolah musik mana yang akan mau menerimamu? Apa kamu pernah melihat ada orang yang mempelajari seni musik tradisional? Itu bukan jenis musik yang elegan."

Fira menyesuaikan senar kecapinya dan memetik nadanya dua kali secara acak.

"Di tahun 1936, Franco melancarkan kudeta dan merebut kekuasaan. Pemain cello saat itu, pendiri seni musik cello-mu, Tuan Casals, memboikot semua aktivitas seni pertunjukan dan melakukan pemogokan untuk memprotes otoritas Franco. Dia adalah seorang penjaga perdamaian. Ronny, kata-katamu sangat agresif, kalau dia melihat generasi pemain cello saat ini membedakan musik antara yang tinggi dan yang rendah, dia mungkin berpikir bahwa kamu tidak layak memainkan cello."

Ronny tersedak dan tak bisa membalas sepatah kata pun.

Lulu melangkah menengahi setelah berlatih, "Ronny, jangan katakan itu, musik Barat dan musik tradisional, keduanya memiliki ciri-ciri khas indahnya masing-masing. Kita masih harus mendukung seni musik nasional."

Ratih menarik Fira ke samping dan mendengus "Dia memalukan, jangan perhatikan dia, ayo kita berlatih lagi."

Ronny dan Lulu mendapatkan ruang latihan khusus. Ronny mengertakkan gigi dan berkata "Lulu, kenapa kamu menarikku menjauh? Memang sulit bagi musik tradisional untuk menjadi elegan. Kebanyakan dari mereka yang mengambil jurusan musik tradisional adalah para profesional. Kalau kamu mengalahkannya, apa yang bisa dia katakan? Seorang pemain kecapi yang hanya bisa pamer di hadapan pemain cello dan piano benar-benar menyebalkan."

Lulu menepuk pundaknya "Lupakan saja. Kalau sampai terjadi pertengkaran dan hak kita untuk diwawancara dibatalkan, bukankah itu tidak sepadan dengan hasilnya?"

Ronny mendengus ringan "Keluargaku sudah berinvestasi pada siswa Institut Musik Pusat dalam mengadakan konser. Bagaimana mungkin mereka akan membatalkan kualifikasi wawancara kita? Kalau mereka ingin membatalkannya, kemungkinan besar mereka akan melakukannya pada Fira. Seharusnya itulah yang mereka lakukan sekarang."

Lulu tadinya tidak ingin menghentikan pembicaraan ini, tapi Indra baru saja mengintip di kusen jendela ruang latihannya dengan tenang. Dia selalu menampilkan pribadi yang lembut dan tenang di hadapan Indra. Kalau dia tidak menghentikannya sekarang, dia khawatir Indra akan berpikiran lain tentang dirinya.

Tapi ternyata Indra-lah yang membujuk Ronny "Biarkan saja Fira tampil. Kudengar kalau salah satu dari tiga profesor penguji hari ini, dua diantaranya tidak terlalu menyukai alat musik tradisional. Dia pasti tidak bisa mendapatkan nilai A."

Level wawancara dibagi menjadi level S, level A, level B dan level C.

Level S adalah yang tertinggi, dan hanya level A ke atas yang akan diterima di Institut Musik Pusat.

Ronny hanya menghembuskan nafas lega dengan singkat, "Itu artinya dia takkan lolos wawancara. Kita boleh saja menghargai seni mengemisnya untuk sementara waktu, tapi kasihan telinga semua orang yang akan mendengarnya memainkan itu."

***

Indra adalah siswa yang tampil pertama, dan levelnya bermain biola telah mencapai tingkat kesembilan dari standar yang ada. Ujian praktek ini jelas dilaluinya dengan mudah, dan dia mendapatkan hasil Level S usai dia bermain.

Lulu tampil kedua sebelum terakhir. Dia memainkan bait kedua dari sonata piano keempat Beethoven di E flat mayor.

Setelah lagu itu selesai, ketiga juri semuanya memberikan nilai A. Lulu sedikit kecewa. Dia mengira dirinya akan bisa mendapatkan S, tapi nilai A juga sudah bisa membuatnya masuk ke Institut Musik Pusat.

Rudi memuji permainannya, dan Tantri memberikan buket bunga kepadanya "Rudi, pergilah kesana dan berikan bunganya."

Rudi tidak menolak melakukannya. Dia memegang buket bunga dan berjalan ke atas panggung. Lulu tersenyum dan melangkah ke tepi panggung, menundukkan kepalanya sedikit dan mengambil buket bunga lili itu darinya "Terima kasih, Paman Rudi."

Adegan itu jelas terlihat oleh Fira yang berdiri di samping panggung dan bersiap untuk naik ke atas panggung. Fira hanya menghela napas panjang dan berusaha untuk tidak membiarkan emosinya terpengaruh oleh adegan itu.

Rudi telah memperlakukan putri tirinya lebih baik daripada putrinya sendiri selama beberapa dekade. Dia sudah terbiasa dengan itu, dan itu bukan masalah besar.

Rudi menyentuh kepala Lulu, dan bibirnya melontarkan banyak pujian "Kamu bermain dengan sangat baik. Aku melihat ketua penguji dan profesor sering mengangguk. Paman Rudi bangga padamu."

Lulu tersenyum malu-malu, memegang buket bunga itu, dan melewati tirai samping bersama orang yang mengangkat piano dari atas panggung.

Dia berhenti dan memandang Fira sambil tersenyum "Paman Rudi mungkin juga menyiapkan buket bunga untukmu. Jangan khawatir."

Fira menatapnya dengan dingin. Tatapan matanya seolah berkata, apa menurutmu aku menginginkannya melakukan itu?

Lulu menggertakkan giginya dalam diam. Dia masih memegang buket bunga itu hingga ke belakang panggung.

Fira berjalan ke tengah panggung dan duduk di sebuah kursi. Lampu perlahan menyala, dan jari-jarinya yang ramping dengan lembut ditempatkan pada senar kecapi.

Dia memainkan musik tradisional. Pada awalnya, emosinya tampak tersulut, antusias, dan penuh semangat. Tubuhnya sangat aktif memainkan alat musiknya. Suara kecapi itu mengalun begitu halus dan elegan. Permainannya seolah mempesona tiga orang penguji disana dan juga... Ardi.

Ardi duduk di sana, diam-diam memandangi gadis yang sedang bermain musik di atas panggung. Cahaya lembut menyelimutinya. Fira mengenakan gaun putih. Sosoknya tampak menawan dan wajahnya luar biasa cantik. Dia begitu tenggelam ke dalam dunia musiknya. Permainannya membuat semua orang yang hadir tak bisa berpaling darinya, baik itu penonton maupun penguji.

Di tirai samping panggung, Lulu berdiri di samping Indra dan bisa melihatnya sendiri. Sejak Fira menaiki panggung, Indra telah berada disini dan terus menatap Fira.

Hal itu membuatnya merasa sangat tidak nyaman. Meskipun seluruh sekolah merasa bahwa dia dan Indra adalah pasangan yang cocok, Indra tidak pernah mengungkapkan rasa suka padanya.

Dan karena dia adalah seorang wanita, tidak mungkin baginya untuk mengejar anak laki-laki dengan aktif seperti Fira.

Usai memainkan lagunya, suara kecapi itu seolah masih terdengar dan tidak akan menghilang untuk waktu yang lama.

Para penguji saling berbisik satu sama lain.

Lulu mengepalkan tinjunya. Dia berharap Fira mendapatkan nilai B. Dia tidak ingin Fira belajar bersama dirinya dan Indra di sekolah yang sama. Kalaupun Fira tidak bisa masuk IKJ, dia masih bisa masuk ke sekolah tinggi musik yang lain.

Darah Fira seolah mendidih. Setelah dia selesai bermain, ujung jarinya masih sedikit gemetar. Dia mengangkat kepalanya dan melihat Ardi bangkit berdiri dan melangkah mendekat, dengan buket bunga di tangannya.

Dia memakai jas dan tampak sangat tampan. Ketika dia mendekatinya selangkah demi selangkah, dia terlihat seperti seorang putra bangsawan yang baru saja kembali dari belajar di luar negeri. Dia juga tampak dingin dan misterius.

Dia melangkah ke tepi panggung. Fira bangkit berdiri, mengangkat roknya sedikit, dan melangkah ke arahnya sambil tersenyum.

Apa yang dia pegang di tangannya adalah mawar putih, dan dalam bahasa bunga artinya adalah kepolosan dan kemurnian.

Dia menundukkan kepalanya untuk mengambil buket bunga itu.

Gadis-gadis di samping panggung langsung histeris melihat. "Siapa dia? Dia sangat tampan?"

"Dia benar-benar jangkung dan sangat tampan,"