webnovel

Hari terburuk

Seorang gadis keluar dari pelataran kampusnya dengan langkah lesu dan wajah yang tampak murung, sangat kontras dengan apa yang ia dapatkan di ruangan wisuda tadi. 2 piagam penghargaan berhasil ia bawa pulang. Sebagai wisudawan terbaik Program Studi Business, dan sebagai lulusan terbaik jenjang sarjana pada wisuda tahun ini.

Andin Kharisma Putri nama gadis ini, biasa di panggil Andin, gadis cantik dengan postur tubuh ideal dan biasanya selalu ceria. Namun, kali ini Andin terlihat meratap, karena orang tuanya tidak hadir di saat hari wisudanya.

Padahal Andin sudah menghubungi keluarganya sejak 2 Minggu sebelum hari wisuda. Pada saat itu mamanya sudah berjanji akan hadir ke kota tempest untuk ikut merayakan kelulusannya ini. Namun beberapa hari sebelum hari-H, mamanya kembali menelpon dan mengatakan ia berhalangan untuk hadir.

"..Mengapa tidak ada yang hadir untuk merayakan kelulusanku.." lirih andin pelan.

Andin berjalan dengan langkah lesu menuju parkiran, sambil sesekali menghela napas berat. Bukan hanya orang tuanya yang tidak hadir di hari wisuda ini, kekasihnya yang selama 2 tahun belakangan ini menemani hari-harinya juga tidak hadir dengan alasan yang tidak masuk akal.

Andin melajukan mobilnya meninggalkan kawasan kampus, ia menuju sebuah apartemen mewah, saat ia tiba di depan apartemen tersebut, mulai tampak sedikit senyum dari bibir Andin. Yang Andin bayangkan saat ini, meskipun orang tuanya tidak jadi datang, setidaknya ia masih dapat merayakan hari bersejarah ini bersama kekasihnya.

Andin memasukan password smart lock dengan penuh semangat, dan langsung menuju kamar kekasihnya.

Cklek..! pintu kamar terbuka. Dua orang yang sedang memadu kasih tersentak kaget, begitu juga dengan Andin yang tak kalah terkejut.

Sungguh pemandangan yang sulit di percaya, kedatangan Andin di apartemen kali ini, malah disambut bukti perselingkuhan kekasihnya. Andin menggelengkan kepala dan terdiam mematung, air matapun tak lagi terbendung, dan mengalir deras di pipinya.

Seorang pria yang tak lain adalah kekasih Andin turun dari ranjang, ia melilitkan handuk ketubuhnya dengan tergesa-gesa, lalu menghampiri Andin. "..Ndin aku bisa jelasin!.."

"..Apa...lagi? apa ini kurang jelas?.." desis Andin dengan suara serak.

"..Plak....plaaak!.." Dua tamparan mendarat mulus ke pipi pria durjana, yang selama ini di anggap Andin sebagai malaikat di hidupnya.

"..Harusnya dari dulu aku percaya sama Aira, tapi aku buta! Aku lebih percaya sama bajingan macam kamu.." geram Andin sembari berjalan mendekati ranjang, di sana seorang wanita dengan tubuh yang hanya berbalut selimut, menatap Andin dengan tubuh gemetar.

"..Tega..kamu!.." Andin sembari melayangkan tamparan.

Sungguh sakit rasanya, wanita yang menjadi selingkuhan kekasihnya, tak lain adalah sepupunya sendiri. Padahal selama ini keluarga Andin lah yang menanggung semua biaya pendidikan sepupunya itu, hingga bisa bersekolah di luar negeri.

Dengan tangis yang tak dapat terbendung itu Andin meninggalkan apartemen tersebut, ia tak lagi menghiraukan pria bajingan yang berusaha mencegahnya pergi. Hari yang seharusnya menjadi hari bahagia ini, kini berganti menjadi hari yang penuh suka cita.

Andin kembali ke apartemennya dengan perasaan hancur. ia menghempaskan tubuhnya ke sofa.

"..Aira....," lirih Andin sembari menelpon sahabatnya.

"..Raa...." Tangis Andin kembali pecah, saat sahabatnya menjawab teleponnya.

"..Andin kamu kenapa?.." tanya Aira penuh khawatir.

Tapi Andin tidak menjawab, ia terus menangis, bibirnya gemetaran. yang ia tahu saat ini hanyalah menangis sekeras mungkin, agar bisa terlepas dari rasa sesak yang memenuhi dadanya.

Di seberang sana, Aira menghela napas panjang, ia dapat memahami sesuatu yang buruk menimpa sahabatnya, meskipun Andin belum menceritakan apapun.

"..Yang tenang, Ndin..! Kamu nangis aja sepuasnya, aku bakal dengerin kok!, setelah itu baru cerita.." ucap Aira yang mencoba untuk menenangkan sahabatnya itu.

"..Dia..Raa! Harunya aku percaya kalo dia itu bajingan,.." ucap Andin yang masih diiringi tangisan.

"..Yang sabar ya, Ndin! Yang penting sekarang, kamu sudah tahu yang sebenarnya. Aku yakin kamu pasti bisa melewati ini semua! Percaya deh..." Aira terus berusaha menyemangati Andin.

"..Kamu bisa kesini nggak, Raa! aku butuh kamu disini.." pinta Andin dengan penuh harap.

"..Maafin aku, Ndin! Bukan aku nggak mau ada, pas kamu butuh, tapi aku sedang ada masalah keluarga, Ra!.." kata Aira merasa bersalah.

Sebenarnya Aira sangat ingin berada di samping Andin saat ini, untuk menghibur sahabatnya itu, tapi ia juga sedang mengahadapi masalah yang sangat serius disaat bersamaan.

Andin terdiam sejenak, setelah itu mereka saling menceritakan keluh kesah masing-masing. Andin memang membutuhkan Aira saat ini, tapi Andin juga harus mengerti keadaan sahabatnya itu.

Setelah puas berbagi cerita, merekapun memutuskan sambungan telepon. Andin mencoba menenangkan hatinya seorang diri. Namun, ia tidak berhasil.

Andin memutuskan untuk berkeliling kota Tempest, untuk merefresh suasana hatinya yang sedang kacau.

########

Night Club, Tempest.

Tempest adalah kota favorit Jastin, kota dengan sejuta kemegahan arsitektur kuno dan modern yang berbaur menjadi satu. Setidaknya dalam 1-tahun sekali, Jastin pasti datang kesini, sekalian untuk mengunjungi keluarga tantenya.

Setiap kali berkunjung ke kota tempest. Jastin Narendra menyempatkan diri berkunjung ke Club paling terkenal di kota ini. Menghabiskan malam bersama wanita penghibur adalah hobinya.

Jastin tak pernah lagi percaya sama yang namanya wanita. Dulu Jastin Narendra adalah seorang pria baik hati dan senyum yang menyejukkan hati.

Tapi semua itu kini sudah menghilang. Bermula saat wanita yang sangat ia cintai bermain gila dengan pria kaya, walau sebenarnya kekayaan yang dimiliki Jastin jauh lebih besar dari pada selingkuhan mantannya itu. Hanya saja Jastin memang tidak menunjukkan siapa dia sebenarnya, karena ia berharap dapat menemukan cinta, yang tidak memandang kekayaannya. Sejak saat itulah Jastin berubah dan tidak pernah lagi membuka hatinya untuk wanita lain.

Meskipun banyak wanita yang mencoba untuk mendekatinya, tapi selalu mendapatkan penolakan dari Jastin. Bagi Jastin menghabiskan malam bersama wanita yang sedang kesepian, atau bersama wanita penghibur adalah pilihan terbaik untuk memenuhi kebutuhan biologisnya.

".. Tuan..aku rindu untuk menghabiskan malam yang panjang denganmu, kau selalu membuatku seperti melayang di tempat tidur.." goda seorang wanita penghibur, jari-jari lentiknya menelusuri dada jastin.

Jastin menatap tajam ke arah wanita penghibur yang duduk manja di sebelahnya, mulanya gadis itu membalas tatapan Jastin, dengan tatapan nakalnya. Tapi sesaat kemudian tubuh gadis itu gemetar ketakutan, saat menyadari tatapan membunuh Jastin.

"..Pergilah, murahan! dasar menjijikan.." geram Jastin dengan suara menggelegar.

Dengan cepat gadis cantik itu berdiri, dan menjauh dari tempat duduk Jastin.

Sementara itu tak jauh dari tempat duduk Jastin. Andin meneguk gelas demi gelas yang di berikan bartender.

Saat isi botol winenya kembali habis, Andin kembali memanggil-manggil bartender. "..One more, please...."

sebenarnya bartender tersebut sudah ingin menolak, karena suara Andin sudah terdengar seperti mengigau, tapi Andin seolah memaksa bartender tersebut dengan tatapannya yang menghunus.

Di sisi lain, Jastin terus memperhatikan Andin dari kejauhan, dengan langkah pasti ia menghampiri Andin.

"..Hai, cantik.." Sapa Jastin sembari duduk di bar stool yang bersebelahan dengan Andin.

"..Hai...."

"..Sendirian?.."

"..Ya, seperti yang kau lihat.." sahut Andin

Bersambung...

..JANGAN LUPA LIKE,VOTE, DAN KOMEN YA..

Terimakasih..