webnovel

Anak itu

Tiba tiba aku terkejut ketika pandanganku sekilas menemukan seseorang yang langsung menghentikan langkah kakiku. Aku melihat anak perempuan yang mencuri kemarin. Yang sempat kusalah pahami banyak tentangnya.

Aku merubah jalanku untuk maju terus ke depan menyebrangi sebuah jalan raya. Aku sangat khawatir anak ini akan beraksi melakukan perbuatan kotornya lagi. Aku bersegera mendekatinya, tapi semakin mataku terus menghadapnya dan semakin aku memusatkan mata ini kepadanya.

Aku akhirnya mengerti apa yang sedang anak ini lakukan. Anak ini terus berdiri didepan sebuah warung makan. Ia terlihat beberapa kali menelan ludah ketika melihat satu persatu lauk yang berjejeran di dalam kaca etalase. Anak ini terus mendumal sendiri seraya memegang perutnya.

"Heuh, ibu aku lapar. Biasanya dengan uang hasil curian itu aku bisa makan sepuas hatiku dan membelikan kakek bubur. Tapi sekarang, heuhh...aku udah janji sama kakak itu."

Anak ini terus merengut dan menunduk, saat ini ia akan benar-benar pergi dari sana. Tapi sayangnya tak semudah itu, aku keduluan memegang tangannya. Ia hampir mau berteriak, tapi aku menahan mulutnya dengan jari. "Sst"

"K-kakak mau apa..." Anak ini berkumur dari balik jariku

Aku menatapnya kasihan. Aku lebih tidak tega menghukumnya, lantas diriku mengajaknya ke suatu tempat.

Disana aku membelikannya nasi bungkus dari warung makan yang tadi, aku melihatnya begitu lahap memakan makanan yang kubelikan itu. Aku yakin ia sangat membutuhkan apa yang ku berikan saat ini. Ia terlihat sangat putus asa tadi, seakan-akan ia tak memiliki siapapun untuk bisa mengabulkan apa yang diinginkannya.

Meski hanya dengan sebuah nasi dan beberapa lauk yang sederhana. "Jadi dirumah kamu tinggal sendiri?"

"Iya kak, hebat kan aku." Anak ini nyengir kuda meski aku melihat ada nasi di giginya. Ia masih belum selesai mengunyahnya. Aku tersenyum sekilas.

"Dulu aku tinggal sama kakek, tapi sekarang kakek dirumah sakit jadi aku sendirian deh."

"Kakek? Kakek kamu sakit apa?"

"Aku gak tau kak, udah lima bulan kakek dirawatnya, pake kartu apa ya namanya itu.. js js gitu belakangnya"

"Kartu bpjs?"

"Iya kak itu... itu juga yang ngurus tetangga-tetangga aku, bilangnya sih gratis tapi ujung-ujungnya gak semua gratis, ada separuh obat yang kubayar. Biasanya sih dengan uang hasil curian itu aku membayar obatnya."

Aku mulai berkaca-kaca ketika menatap anak ini. Mendengar curhatannya sedikit pilu buatku. Anak itu menatapku balik dengan polosnya "Maaf ya kak, kakak marah ya".

Aku coba palingkan wajah ini ke atas. Agar air mata yang mulai mengembang ini tidak segera menetes. Aku menutupnya dengan senyum "Nggak, kakak nggak marah kakak hanya sedikit khawatir dengan kamu"

Tak terasa anak ini sudah menyudahi makanannya. Ia melipat bungkusnya lalu memasukkannya ke dalam plastic kresek. Aku memberikannya sebotol air untuk selanjutnya ia minum.

Disatu sisi aku masih tidak tega dengan keadaannya ini, bagaimana dengannya besok. Apakah ia akan terus mengharapkan orang memberinya makanan. Bagaimana jika tak ada satupun yang memberinya makanan. Apakah ia harus mencuri lagi....

"Oh iya nama kamu siapa?"

"Shafira"

"Dengar shafira " Aku memegang dua bahunya. "Pokoknya apapun yang terjadi kamu jangan sekali-kali mencuri lagi ya, apapun keadaan yang membuat kamu susah, pokoknya jangan mencuri lagi."

Anak ini terkejut ia bahkan sempat dibuat terdiam karna ini. yang selanjutnya ia berangsur mengangguk dengan polosnya.

"Apakah mencuri itu perbuatan buruk ya kak"

"Buruk sekali, sangat buruk, kamu tahu...nanti diakhirat sana dua tanganmu yang biasa mencuri ini akan dimintai pertanggung jawaban dan tanganmu akan dipotong dan kamu nanti jadi gak punya tangan."

Anak ini langsung merengek " Hehh!! Aku gak mau, aku gak mau, aku gak punya tangan nanti kak!"

"Iya makanya jangan ya"

Anak ini menunduk dan kembali bercerita "Sebenernya sekarang aku juga udah berhenti mencuri kak."

"Eh benarkah, bagus itu."

"Kakak-kakak ganteng itu kemarin bilang sama aku kalo aku gak boleh mencuri lagi, katanya nanti ibu dan ayahku gak mau ketemu lagi sama aku kalo akunya suka nyuri, malah mereka gak mau menganggap aku sebagai anaknya lagi."

"Nah iya benar itu."

"Kakak itu juga bilang sebentar lagi dia akan pergi menyusul ke tempat ibu dan ayah berada, aku pengen ikut kakak-kakak itu kak, ehhh kakaknya malah nggak ngijinin aku."

"Eh?"

"Dia bilang Allah belum ngijinin aku pergi ke sana"

"Pergi ke sana?"

Aku tidak mengerti maksudnya.

"Oh iya kak, kapan-kapan aku ajakin kakak ketemu sama kakak ganteng itu deh... "

"Eh?"

"Oh iya, aku pamit dulu ya kak, kakekku takut nungguin soalnya, makasih ya kak makannya enaaaaak banget hehehe " Anak ini nyengir kuda, sampai setelahnya ia langsung mengambil punggung tanganku dan menciumnya.

"Assalamualaikum kak"

"Waalaikumsalam..."

Anak ini berlari kecil menjauh. Meski ia masih terus memandang kea rah sini. Ada yang ketinggalan aku ucapkan.

"Oh iya! Besok siang kamu tunggu disini lagi ya!! kakak mau bawa makanan yang enak-enak untukmu!" Aku berteriak, dia sudah jauh.

"Iya kak ! Aku pasti kesini! Makasih ya kak!" Jawabnya berteriak.

Alhamdulillah, aku merasa sangat senang "Iya"

Alhamdulillah.....