"Zara."
Gadis yang dipanggil mencari sumber suara. Ada cowok yang menjadi incaran gadis di sekolahnya . AlFarellza.
"Ada apa?" Tanya Zara bingung.
Tumben sekali cowok itu memanggil Zara, biasanya saat bertemu mereka akan diam saja. Bahkan terkadang seperti orang tidak saling kenal.
"Gue mau tanya." Kata Farel sambil berjalan mendekati Zara.
Cewek itu langsung minggir, karena tadi dia berjalan di koridor sekolah dengan posisi sedikit menengah. Farel juga mengambil posisi berdiri begitu dekat dengan gadis itu.
"Oke. Lo mau tanya apa?" Tanya Zara. Dia juga penasaran dengan apa yang akan ditanyakan oleh cowok itu.
"Lo ga catat nama gue di buku pelanggaran? Kenapa pas temen-temen gue dihukum tadi, gue ga dipanggil?" Tanya Farel sambil menatap Zara dengan tatapan menyelidik.
Zara yang semula menatap Farel langsung mengalihkan pandangannya.
"Emang... iya?" Tanyanya dengan suara terbata.
Mendengar suara Zara yang terbata-bata, membuat Farel menyeringai.
"Iya. Tadi setelah razia ada panggilan buat semua yang barang-barangnya di sita, tapi nama gue ga ada dipanggil sama mereka. Rokok gue Lo bawa kan tadi?"
Farel masih menatap Zara yang justru memalingkan wajahnya. Dia mengangkat satu alisnya saat gadis itu terus memalingkan wajahnya tidak mau menatap dirinya.
"Zara." Panggil Farel lagi.
"Iya, rokok Lo gue bawa." Jawab Zara sambil menatap ke arah Farel. Dengan posisi mendongak, karena Farel yang memang tinggi dan Zara yang hanya sebatas dada cowok itu.
"Terus?"
"Terus ya udah." Kata Zara.
"Lo ga catat nama gue?" Tanya Farel lagi.
Zara menarik napas panjang. "Iya. Gue ga catat nama lo." Katanya.
Farel tersenyum mendengarnya. "Kenapa? Apa alasan Lo ga catat nama gue dibuku pelanggaran?"
"Itu sebagai ucapan terima kasih dari gue karena Lo udah ngasih gue es kelapa muda kemarin, yang kata Lo bikin ga ngantuk itu." Kata Zara. Dia sebenarnya malu mengatakan hal itu. Namun, karena Farel terus bertanya, akhirnya ia menjawab dengan jujur.
Dahi Farel berkerut. Lalu ia tertawa pelan. "Gara-gara itu? Padahal kan gue cuma ngasal aja itu, pas bilang biar ga ngantuk kalo dikelas." Katanya.
"Iya, gue juga mikirnya itu ga mungkin sih. Pasti Lo ngasal juga. Tapi ga tau kenapa emang itu bikin ga ngantuk sih. Dan gue juga baru tau sekarang, kalo air kelapa muda itu bisa menghilangkan rasa ngantuk." Kata Zara.
"Oke-oke. Soal itu lupain aja. Tapi mulai sekarang, Lo jangan sampe kurang tidur lagi. Karena gue baru kali ini denger cerita dari Pandu tentang Lo dan Lo ditegur sama guru." Kata Farel.
Zara menarik napas panjang.
"Iya. Gue ga tau juga kalo bakalan ngantuk banget, sampe ga bisa nahan. Mungkin emang kurang tidur banget." Katanya.
"Emang kenapa Lo bisa sampe kurang tidur?" Tanya Farel.
"Ngerjain tugas yang harus dikumpulin kemarin itu." Jawab Zara.
"Emang ga bisa diselesaiin besoknya aja disekolah." Tanya Farel lagi.
"Ga bisa. Soalnya lumayan banyak. Nanti malah ga keburu, sama aja gue bakalan dapat hukuman." Jawab Zara.
Farel mengangguk paham. Seorang Zara memang menghindari yang namanya hukuman. Maka dari itu, gadis itu benar-benar menjaga nama baiknya.
"Yaudah, pokoknya soal Lo ga dihukum itu, udah jadi urusan gue dan Lo aman. Itu sebagai ucapan terima kasih dari gue." Kata Zara.
"Oke. Dan gue juga mau ngasih ucapan terima kasih buat Lo, karena Lo udah selamatin gue dari hukuman hari ini." Kata Farel.
Zara menggelengkan kepalanya pelan. Jika terus menerus sebagai ucapan terima kasih seperti ini pasti tidak akan ada ujungnya.
"Mau ga?" Tanya Farel.
"Mau apa?" Zara bertanya dengan bingung.
"Nanti pulang bareng gue." Kata Farel.
***
Sesuai permintaan Farel tadi, sebenarnya bukan permintaan melainkan sedikit paksaan. Farel berkata sebagai ucapan terima kasihnya pada Zara karena sudah membebaskan dirinya dari hukuman, ia mengajak Zara untuk pulang bersama.
Cewek itu sempat menolak ajakan Farel, namun karena Farel memaksa. Akhirnya Zara menurut saja.
"Gue bisa pulang sendiri Rel. Lagian gue juga mau mampir ke toko buku dulu. Ga langsung pulang."
Zara kembali menolak. Dia benar-benar tidak mau diantar pulang oleh Farel. Bukan karena apa-apa, namun dia takut jika akan dikeroyok oleh penggemar cowok ganteng itu.
"Nolak lagi? Gue cuma mau kita pulang bareng Ra, bukan minta gimana-gimana." Kata Farel.
"Langsung pulang kan kalo sama Lo?" Tanya Zara takut-takut.
Mengingat bahwa Farel ini salah satu bad boy di sekolahnya, Zara jadi takut jika berurusan dengan cowok itu.
"Ya itu terserah Lo. Kalo mau keluar dulu juga gue anterin, kalo enggak ya gue anterin Lo ke rumah." Jawab Farel.
"Langsung pulang aja." Kata Zara. Farel mengangguk.
Setelah itu Farel menarik tangan Zara untuk keluar dari kelas gadis itu. Kelasnya sudah sepi karena memang semuanya sudah pulang.
"Lo ga mau keluar sama temen-temen Lo gitu? Gue lihat tadi mereka kaya nungguin Lo deh. Kalo Lo mau keluar mending gue pulang sendiri naik taksi." Kata Zara tanpa spasi. Dia terus mencari alasan agar tidak pulang dengan cowok itu.
Farel diam saja. Ia menaiki motor besarnya dan melirik ke arah Zara.
"Ayo naik." Kata Farel.
"Rel gue bisa---"
"Diem Zara. Gue anterin Lo sampe rumah." Kata Farel memotong ucapan Zara.
Akhirnya Zara diam saja dan menaiki motor cowok itu. Zara melihat ke arah pinggang Farel. Dia bingung harus berpegangan pada apa, akhirnya dia memegang sedikit jaket milik Farel untuk ia pegang.
"Farel!" Teriak Zara histeris saat tiba-tiba saja cowok itu melajukan motornya dengan kecepatan tinggi.
Sedangkan cowok itu hanya tertawa saja. Dia sengaja melakukan hal itu. Motornya mulai melaju meninggalkan sekolahan.
"Makanya pegangan." Kata Farel.
"Ga mau." Tolak Zara.
"Yaudah, gue kebut-kebutan lagi." Ancam Farel. Katakan saja Farel sedang menjalankan misi modusnya sekarang.
"Ih, jangan gitu dong." Protes Zara.
Akhirnya Farel hanya melajukan motornya dengan kecepatan sedang. Karena jalanan memang sedang ramai, apalagi memang waktunya anak sekolahan pulang.
Dengan suara setengah berteriak, Farel bertanya dimana alamat rumah Zara. Karena memang selama ini Farel tidak tahu dimana rumah gadis itu.
Yang ia tahu tentang Zara hanya apa yang ia lihat disekolah. Selebihnya dia belum mencari tahu lagi.
Biasanya hanya Pandu atau Vano yang tiba-tiba suka menceritakan tentang gadis itu. Gadis baik-baik yang ingin didapatkan hatinya oleh Farel.
Farel kembali bertanya saat gadis itu diam saja, mungkin tidak mendengar pertanyaan Farel. Lalu Zara mengarahkan dengan jelas, hingga mereka sekarang sampai didepan rumah Zara.
"Makasih ya." Kata Zara setelah turun dari motor Farel dan menyerahkan helm milik cowok itu.
"Iya. Udah sana masuk."
Zara mengangguk lalu dia memasuki rumahnya. Farel langsung melajukan motornya dan pulang.