Pagi ini, Zara kembali ke rutinitasnya dengan mengecek atribut di sekolahnya. Hal ini dilaksanakan setiap hari Senin, Rabu dan Jumat.
Dan sekarang hari Rabu, jadilah Zara sudah berdiri di depan gerbang dengan membawa buku.
Namun, kali ini berbeda, jika biasanya Zara akan selalu bersama dengan Viona, sekarang ia bersama sang ketua OSIS langsung yang turun tangan.
Viona, gadis itu mendapatkan tugas lain dari Farhan. Sebenarnya Viona sudah menolak, namun karena paksaan dari Farhan ia mau.
"Kayanya sekarang tiap pagi mendung terus ya Ra." Kata Farhan memulai pembicaraan.
Karena sejak berdiri disini tadi, Zara diam saja. Farhan tau jika Zara memang pendiam jika berhadapan dengannya, namun Farhan tidak suka dia akan terus mengajak Zara berbicara.
"Iya kak, tadi malam juga hujan kan?!" Jawab Zara.
Tadi malam setelah Zara pulang dari membeli pembalut yang bertemu dengan Farel itu, hujan memang mulai turun. Dan itu cukup deras.
"Nanti mau pulang bareng gue?" Tanya Farhan.
Zara diam saja. Dia berpikir, jika dia pulang bersama Farhan pasti Alvaro itu akan menggodanya terus-menerus. Dibandingkan dengan Farel, memang kakak Zara itu lebih suka jika adiknya dekat dengan ketua OSIS-nya ini.
"Enggak deh kak, gue ada janji sama Yuna soalnya." Jawab Zara.
Farhan mengangguk-angguk saja, meskipun dia sedikit tidak percaya dengan jawaban dari gadis itu.
"Oh gitu, yaudah kalo gitu nanti kita ke kantin bareng ya?" Ajak Farhan lagi.
Zara kembali diam. Lalu mengangguk. Zara sebenarnya mau-mau saja, tapi dia tidak mau jika harus berurusan dengan Karin yang suka iri padanya itu.
Gadis itu ingin dekat dengan Farhan, namun Farhan seolah menolak kehadiran Karin. Mungkin karena Karin terlalu memaksa untuk dekat, jadilah para cowok sedikit risih, mungkin.
Mereka berhenti mengobrol saat ada yang datang. Farhan langsung berjalan mengitari cowok itu untuk mengecek apa saja yang tidak lengkap. Zara sebagai pencatat saja.
"Huft, mereka lagi." Gumam Zara.
Farhan melihat ke arah Farel dan teman-temannya. Tatapan matanya berubah sinis saat Farel berjalan mendekati Zara.
"Hai Ra. Selamat pagi, gimana tadi malam? Tidur nyenyak gak?" Tanya Farel tanpa memperdulikan tatapan sinis dari Farhan.
Zara hanya mengangguk dengan kaku. Berada di situasi seperti membuat Zara jadi canggung, meskipun diantara mereka memang tidak ada hubungan apapun.
"Kalian langsung masuk aja. Gue ga akan catat pelanggaran hari ini." Kata Farhan sambil menunjuk ke arah Farel dan teman-temannya.
Farel melihat ke arah Farhan dan tersenyum miring.
"Lo aja masuk sana. Gue masih mau ngobrol sama Zara." Katanya.
"Bentar lagi bel masuk, Lo masuk! Gue sama Zara masih ada tugas yang harus diselesaikan hari ini." Kata Farhan.
"Emang iya ada tugas Ra?" Farel justru bertanya pada Zara.
Zara melirik ke arah Farhan, cowok itu memberikan kode untuk mengangguk saja. Namun, itu semua gagal karena Pandu melihat kode dari Farhan.
"Bohong tuh. Si Farhan tadi kasih kode ke Zara biar dia jawab iya. Hahaha." Ledek Pandu dan tawanya ikuti oleh teman-temannya.
Kringg...
Bel masuk sudah berbunyi. Farhan langsung menarik Zara untuk mengikuti dirinya tanpa memperdulikan Farel yang menatap tak terima.
"Dia siapanya Zara?" Tanya Farel.
"Bukan siapa-siapa Rel. Dia cuma ketua OSIS yang suka sama Zara tapi ga bisa dapatin hatinya Zara. Makanya mepet terus." Jawab William.
"Kok Lo tau?" Tanya Pandu.
"Iyalah. Semua orang juga tau deh kayanya, cuma ya gitu karena yang terang-terangan deketin Farhan cuma si Karin pasti beritanya tenggelam." Jawab William.
Farel diam saja mendengarkan cerita dari William. Dia baru tahu jika ketua OSIS di sekolahnya ini menaruh rasa pada gadis yang sama dengan dirinya.
Azka merangkul bahu Farel.
"Makanya Lo harus lebih gencar deketin si Zara. Kalo Lo lama bisa-bisa Zara dibawa sama Farhan." Katanya.
Farel tersenyum miring.
"Saingan gue bukan dia. Dia cuma orang dibawah gue. Dan kalo gue lihat-lihat si Zara juga ga memberikan respon yang baik ke Farhan. Kayanya dia juga ga punya rasa ke cowok itu." Katanya.
"Kalo soal itu sih, ga tau lagi ya Rel, tapi saran gue mending Lo cepatan deketin dia." Kata Azka.
Farel diam lagi, ia memikirkan strategi untuk mendekati Zara. Bagaimana caranya agar gadis itu bisa ia dapatkan?
***
Bel pulang sekolah berbunyi. Zara menunggu taksi yang lewat didepan sekolahnya. Dia memang berbohong pada Farhan perihal akan pulang bersama Yuna, dia hanya tidak mau jika harus pulang bersama cowok itu.
Sekarang Yuna sudah pulang, tadi dia sempat menawari Zara untuk pulang bersamanya, namun Zara menolak.
"Zara."
Zara mencari asal suara, dia gusar saat tau siapa yang memanggilnya.
"Eh, kak Farhan. Ada apa kak? Ada rapat OSIS?" Tanya Zara.
Farhan menggeleng. "Kok Lo belum pulang?" Tanyanya.
Zara tersenyum canggung. "Iya kak, masih nunggu." Jawabnya.
"Nunggu siapa? Tadi gue lihat si Yuna udah pulang tuh. Mobilnya udah keluar. Ga jadi pergi sama dia?" Tanya Farhan.
Zara jadi bingung sekarang. Harusnya dia tadi menerima tawaran dari Yuna, hingga sekarang tidak bertemu dengan cowok itu.
"Iya kak, ga jadi. Soalnya gue ada acara dirumah." Jawab Zara.
Farhan mengangguk saja. "Ayo pulang bareng gue. Gue anterin pulang maksudnya." Kata Farhan menjelaskan.
"Enggak kak, makasih buat tawarannya. Tapi gue mau nunggu taksi aja." Jawab Zara sambil menyelipkan rambutnya yang menyentuh pipinya.
"Ngapain sih malah buang-buang duit, mending ayo bareng sama gue aja. Gue anterin sampe depan rumah juga kok." Kata Farhan.
Zara tetap menolak, namun Farhan terus memaksa hingga gadis itu dengan terpaksa menuruti permintaan Farhan.
Zara duduk di mobil Farah dalam diam. Dia tidak tau harus bagaimana lagi, karena selama ini dia tidak pernah yang namanya pulang bersama dengan Farhan.
Dulu mereka pernah mengerjakan tugas OSIS dirumah Zara, namun saat itu Zara membawa mobil sendiri, jadi tidak merasakan kecanggungan seperti ini.
"Bang Alvaro gimana? Kuliah kan ya?" Tanya Farhan memecahkan keheningan.
Zara mengangguk. "Iya kuliah. Tapi katanya lagi ada libur." Jawabnya.
"Oh gitu. Nanti deh biar gue sapa dia dulu kalo udah sampe rumah Lo." Kata Farhan. Zara mengangguk saja.
Alvaro dan Farhan memang saling kenal. Mereka kenal juga saat Farhan dan Zara mengerjakan tugas OSIS dirumah gadis itu, itupun sudah lumayan lama.
Alvaro sangat baik pada Farhan, karena menurutnya orang seperti Farhan memang harus dijadikan teman, dia yang ketua OSIS, sering ikut lomba juga. Hal itu membuat Alvaro selalu menyuruh adiknya untuk pacaran dengan Farhan. Namun Zara selalu menolak.
***
Sesampainya dirumah Zara, Farhan keluar sebentar untuk sekedar menyapa kakak laki-laki Zara ini. Karena Alvaro sedang berdiri didekat pintu.
"Bang," sapanya.
"Weh, Lo Han. Nganterin Zara nih ceritanya?" Tanya Alvaro.
Farhan mengangguk. "Iya bang, sekalian aja tadi." Jawabnya.
"Oh gitu, mau masuk dulu?" Tanya Alvaro.
Farhan langsung menggeleng. "Enggak bang, mau langsung pulang aja. Makasih tawarannya."
"Yaudah, hati-hati makasih udah nganterin adek gue." Kata Alvaro. Farhan mengangguk.
"Gue pulang ya Ra." Katanya. Zara mengangguk.
"Makasih kak udah di anterin." Kata Zara. Kini giliran Farhan yang mengangguk.
Setelah Farhan pergi, Alvaro langsung menggoda adiknya.
"Mending deket tuh sama Farhan gitu, dia anaknya berprestasi. Jangan sama Farel dia bandel." Kata Alvaro.
Zara hanya memutar kedua bola matanya malas. Dia tau jika dua cowok itu memiliki kepribadian yang berbeda. Namun, Alvaro tidak perlu membandingkan seperti itu, karena menurutnya setiap manusia itu berbeda-beda.