Sikap Ji Ziming sebelumnya membuat Pei Ge merasa tidak nyaman bahkan sampai setelah rapat selesai.
Dia tidak mengerti mengapa orang menjengkelkan itu mengangguk padanya.
"Ada apa, Pei Ge?" Yang Aoyun bertanya ketika dia melihat Pei Ge terdiam dalam kebingungan dan tidak bergerak dari satu tempat.
Walaupun dia lega karena tidak dipermalukan di depan sang bos besar, rias wajah ini memang sungguh menakutkan.
"Direktur, mengapa CEO mengangguk padaku tadi?" Pei Ge bertanya dengan curiga. Mungkinkah dia mengetahui siapa dirinya?
Itu tidak mungkin! Dia tidak percaya Ji Ziming bisa mengenalinya dengan semua rias wajah ini.
"Kamu mungkin salah melihat," Yang Aoyun berkata setelah berpikir sejenak. Dia tidak melihat Ji Ziming membuat gerakan khusus pada Pei Ge.
Pei Ge mengerjapkan matanya ketika kecurigaan mulai mengalir dalam benaknya. Mungkinkah dia hanya salah melihat dan Ji Ziming sebenarnya tidak mengangguk padanya?
Mengikuti Yang Aoyun keluar dari ruang rapat, Pei Ge meletakkan laptopnya dan catatan rapat di mejanya sebelum menghampiri seorang rekan kerja wanita untuk meminjam pembersih rias wajah dan sabun muka.
Jika dia pulang dengan wajah seperti ini, ibunya pasti akan pingsan.
Pei Ge menghapus rias wajahnya dengan agak ceria.
Syurr, syuur, syurr! Pei Ge membersihkan wajahnya secara cermat dengan pembersih, menampilkan kembali wajah aslinya.
Tanpa rias wajah yang menakutkan, wajah Pei Ge lebih nyaman untuk dilihat.
Mungkin karena Pei Ge sudah mencuci wajahnya terlalu keras, tetapi pipinya sekarang diwarnai oleh warna merah yang tidak alami.
Dia memeriksa wajahnya dengan menyeluruh di cermin sebelum menghela napas lega ketika dia melihat bahwa tidak ada sisa riasan yang tertinggal.
"Sangat sulit menghapus ini…." Pei Ge berbisik sambil melihat dirinya di cermin.
Dia mengoleskan pembersih rias wajah tiga kali dan pembersih wajah dua kali sebelum wajahnya dapat benar-benar dibersihkan dari rias wajah itu.
Dengan wajahnya yang bersih, dia kembali ke kantor dan mulai menerima pujian dari orang-orang di sekitarnya. Bahkan rekan kerja aneh yang duduk di sebelahnya menoleh untuk melihat.
Ini membuatnya merasa istimewa tetapi juga cemas.
Beban kerja tidak berat sore ini karena perusahaan telah berhasil memperoleh kontrak.
Sudah pernah melalui periode kerja yang lebih berat, sisa hari ini berlalu dengan cepat bagi Pei Ge.
Pei Ge mengucapkan selamat berpisah pada rekan-rekan kerja yang dekat dengannya dan meninggalkan kantor.
"Sampai jumpa besok."
"Sampai jumpa besok."
Meninggalkan kantor, Pei Ge menghela napas lega ketika dia melihat sekumpulan orang berjas yang sedang tersenyum.
Hari ini adalah hari lain yang berakhir dengan baik!
Pei Ge meregangkan punggungnya dan suasana hatinya meningkat.
Dahulu dia juga adalah seorang asisten, tetapi semua yang dia lakukan hanyalah pekerjaan-pekerjaan yang tidak berarti. Saat ini….
Sudut-sudut mulutnya melekuk ke atas membentuk sebuah senyuman yang bahkan mencapai matanya.
Saat ini, dia bisa menjalani hidup sepenuhnya. Meskipun pekerjaannya berat, bosnya menghormatinya, dan ini memberinya motivasi untuk pergi bekerja setiap hari.
Pei Ge bersiul-siul sampai ke halte bus, senyumnya masih tersisa di wajahnya. Tiba-tiba, seseorang memanggilnya dari belakang.
Suara ini adalah suara yang sangat akrab untuknya.
"Ge Ge?"
Pei Ge mengerutkan dahi sedikit, dan ketika dia berbalik, dia memang melihat wajah yang familier.
"Liu Yue," Pei Ge memanggil dengan lembut ketika dia melihat Liu Yue dalam gaun putih tanpa lengan.
Tanpa tahu mengapa, dia selalu merasa bahwa gaun putih itu terlihat sama dengan gaun putih selutut yang pernah diberikan bar kepadanya.
Apa lagi, Liu Yue hari ini terlihat tidak seperti dirinya yang sebelumnya.
"Lama tidak berjumpa. Mari kita cari tempat untuk duduk dan berbicara." Liu Yue memberikan senyuman yang tidak lagi manis, dan mungkin karena caranya berpakaian, tetapi dia memancarkan sebuah kepribadian yang elegan.
Pei Ge melihat bus yang datang mendekat dan menggelengkan kepalanya sambil berkata," Aku rasa tidak ada yang perlu kita bicarakan."
Selain memanfaatkannya untuk melakukan penerjemahan, Liu Yue bahkan tidak pernah menghubunginya sekali pun untuk menjelaskan apa pun setelah dia dipecat dan hanya menghilang untuk waktu yang lama.
Melihat semua itu, wanita ini jelas tidak memperlakukannya sebagai seorang teman.
Sekarang, setelah beberapa waktu berlalu, dia tiba-tiba muncul kembali dan meminta untuk berbicara. Heh….
Liu Yue tak menduga bahwa Pei Ge akan menolaknya. Bibirnya bergulung membentuk senyuman tidak senang sambil berkata dengan sarkastis," Pei Ge, kamu sudah berubah."
"Apakah aku berubah atau tidak, kamu tahu sendiri." Pei Ge tak tahan lagi berbicara dengan wanita yang tidak menyesal ini.
Orang ini selalu merasa dirinya benar, dan tampaknya tidak pernah melintas dalam pikirannya bahwa beberapa hal yang terjadi adalah akibat dari kesalahannya.
Pei Ge juga sangat baik dan murah hati padanya dahulu. Memikirkan hal ini sekarang, Pei Ge merasa semua situasi ini aneh.
Bus yang menuju rumahnya sudah tiba di halte bus. Pei Ge mengeluarkan kartu pas transportasinya dan hendak masuk ke dalam bus ketika dia mendengar suara Liu Yue lagi.
"Pei Ge, bagaimanapun juga, aku yang merekomendasikan kamu ke perusahaan ini. Bahkan jika kamu tidak ingin menjadi temanku sekarang, kamu setidaknya bisa memberi sedikit hormat padaku. Aku hanya ingin minum kopi bersamamu, itu tidak akan menyita banyak waktumu. " Nada bicara Liu Yue melunak dan menunjukkan kepribadian yang lemah seperti sebelumnya.
Dengan punggungnya menghadap Liu Yue, Pei Ge menundukkan kepalanya dengan bibir cemberut.
"Maaf, Pak Supir bus, aku tidak jadi naik." Dengan itu, Pei Ge berbalik untuk memandang Liu Yue dengan tatapan kosong.
Dia hanya ingin melihat untuk apa Liu Yue mencarinya sekarang.
Karena Pei Ge sudah tahu warna aslinya, Pei Ge tidak berpikir bahwa dia, seorang karyawan yang sudah dipecat oleh perusahaan, akan datang sejauh ini hanya untuk mengajaknya minum kopi.
Liu Yue menghela napas lega ketika Pei Ge tidak jadi naik ke dalam bus.
Jika Pei Ge pergi, dia tidak tahu apa yang akan dilakukan.
"Ayo, Ge Ge. Aku akan mentraktirmu di Kopi Blues," Liu Yue menawarkan, menyeringai pada Pei Ge dalam upaya untuk menunjukkan sisi baiknya sekali lagi.
"Tidak perlu, mari kita minum saja di sekitar sini," Pei Ge menolak dengan tegas.
Mendengar nada suara Pei Ge yang dingin, Liu Yue merasa seperti seseorang telah menyiramkan satu ember air dingin di kepalanya1. Ketika dia melihat wajah Pei Ge yang tanpa ekspresi, dia tahu bahwa Pei Ge bukan lagi seseorang yang mudah dipengaruhi.
"He he, tentu. Mari kita pergi ke suatu tempat di sekitar sini," Liu Yue menyetujui dengan tertawa kering.
Karena Liu Yue tidak punya pendapat, Pei Ge langsung berjalan menuju kedai kopi terdekat. Namun, sebelum dia berbalik, dia melihat sepatu yang dipakai Liu Yue.
Ternyata sepatu itu adalah sandal yang diberikan Pei Ge pada Liu Yue. Liu Yue sempat pilih-pilih terhadap sandal itu sebelumnya.
"Hehe!" Pei Ge tertawa ketika kemarahan mulai mendidih dalam dirinya. Dia ingat bagaimana Liu Yue begitu cerewet tentang sandal ini.
Apakah dia mengenakan sandal itu sekarang untuk melembutkan hati Pei Ge terhadapnya?
Melihat mata Pei Ge yang tertuju pada sandalnya, Liu Yue dengan sengaja mencoba menutupi kakinya.
Pei Ge mengerutkan dahi melihat kakinya yang dimundurkan. Apakah dia tidak boleh melihatnya?