webnovel

"Bukti yang temaram"

Icha mulai membuka matanya dengan perlahan namun ia sangat terkejut dengan apa yang dilihatnya tidak seperti biasanya. Ia mulai bertanya kedalam hatinya sendiri karena tidak begitu mempercayai dalam pandangannya tersebut. Icha juga sangat heran kenapa banyak sekali muncul kabut yang begitu pekat? apakah ada kebakaran atau kejadian apa? Icha beranjak dari tempat tidurnya guna mencari Bapak dan Ibunya. Pandangan Icha juga nampak tidak begitu jelas terhalang dengan kabut. "Pak....Bu.....dimana kalian?!?" seru Icha memanggil kedua orang tuanya, namun tidak satu patah kata pun jawaban ter lontar dari mereka. Icha semakin panik dan mencoba mempercepat jalannya meski pandangan kabur. Icha sampai di depan kamar orang tuanya, Ia mulai membuka pintu namun ternyata kedua orang tuanya tidak berada di kamar mereka. Icha berpaling dari kamar orang tuanya untuk bergegas ke dapur, karena Icha berfikir mungkin saja mereka sedang sarapan pagi. Sesampainya di dapur Icha juga tidak kunjung melihat kedua orang tuanya tersebut. Icha berlari meninggalkan dapur untuk segera menuju ke teras, namun lagi-lagi mereka tidak juga berada ditempat tersebut. Ketika Icha mencoba melangkahkan kakinya entah kenapa terasa berat hingga membuatnya oleng dan terjerembab ke tanah. Icha mencoba bangun dengan susah payah hingga matanya terbelalak. "hah i-ini kan rumah Bi Rasti! kenapa aku tiba-tiba saja berada di depan rumahnya?" Pandangan Icha kemudian tertuju ke seseorang yang dikenalnya yaitu Sukma. Ia pun menghampiri Sukma dengan perlahan. "to...to...long.....tolong aku...." Kata Sukma terputus-putus. "Bagaimana aku dapat menolongmu?" sahut Icha kembali. "Ka-kamu sudah melihat pesan ku....ikuti pesan ku tersebut...." "aku akan menolong kamu semampu ku." "terima kasih, Icha...hihihihihihihihi...." perwujudan Sukma mulai berubah ke sesuatu yang sangat mengerikan, selembar kain putih mulai membungkusnya, 3 tali juga dari kain putih melayang yang kemudian mengikat Sukma di 3 bagian tubuhnya hingga membentuk... "POCOOOOOOOOOONNNNNGGG!!!" Icha berteriak sekencang mungkin. "ICHA APA-APAN SIH!!!!!" seru Ibu. "KAMU ADA APA NAK?!" tidak lama Bapak juga menegur. "hos...hosh...hosh..." Icha melihat kedua orang tuanya berada di depan pintu kamarnya dan memandang Icha dengan tajam. Icha pandangan berangsur kian jelas. Ibu berjalan ke arah Icha begitu juga Bapak yang kemudian duduk disebelah Icha. "Huft...!" mereka menghela nafas. "kamu sebenarnya ada apa sih Cha hingga membuat mu bermimpi buruk?" Ibu mulai membuka percakapan. "Kenapa sih nak kamu mimpi hingga teriak begitu?" timpal Bapak kemudian. Namun Icha tetap saja diam seribu bahasa dan tidak bergeming sedikitpun laksana patung. "Coba bilang ke kami barangkali kami bisa bantu." pinta Ibu lagi. "Aku...aku bermimpi tiba-tiba saja ada kabut yang sangat tebal, aku cari kalian di seluruh penjuru rumah namun tidak menemukan kalian hingga aku bertemu dengan Sukma yang kemudian berubah menjadi pocong setelahnya aku teriak hingga terbangun." Bapak dan Ibu cuma saling pandang satu sama lain. "huahahahaha! hey pocong itu cerita fiktif, cuma ada di film dan komik maupun cerita." seru Bapak yang di ikuti gelak tawa mereka berdua. "ta...tapi Icha tidak bohong..." "Iya kami tahu Icha tidak berbohong, itu cuma mimpi....jangan terlalu dipikirkan....cepat kembali tidur ini masih tengah malam." "Icha juga melihatnya langsung ketika berada di museum, bu." "sudahlah Cha, jangan kamu menakuti dirimu sendiri dengan sosok fiktif tersebut." Bapak mulai meninggalkan kamar Icha yang kemudian diikuti oleh ibu. "kalian kenal dengan anak yang bernama Sukma?" Bapak dan Ibu menghentikan langkahnya yang kemudian berbalik. "tolong katakan yang kalian ketahui tentang Sukma." "Yang kami ketahui Sukma adalah anak Bi Rasti yang di kantin sekolahmu dan dia mati dengan tidak wajar satu tahun lalu, suaminya Bi Rasti mengalami kesedihan yang mendalam dan pikirannya kacau yang kemudian meninggalkan Bi Rasti. Bi Rasti juga waktu itu termenung hingga beberapa bulan sebelum memutuskan untuk melanjutkan lagi jualan di kantin sekolah." "I-Ibu bisa tahu Bi Rasti dan Sukma sedemikian rupa?" "kami tahu dari pak RT waktu mendata kami sewaktu pindah kesini." "oh begitu..." "sudah cepat tidur kembali, besuk kamu juga sekolah." Bapak dan Ibu membalikan badannya yang kemudian melenggang keluar kamar Icha. Ibu menutup kamar Icha dengan perlahan, sedangkan Icha mulai menarik selimutnya kembali untuk melanjutkan tidurnya lagi. namun Icha tidak begitu saja serta merta dapat tidur dari jawaban ibu, kenapa pak RT juga cerita tentang masalah Bi Rasti jikalau cuma hanya ingin mendata. "Nanti pokoknya aku harus menemui bi Rasti." Icha lama-kelamaan matanya mulai terpejam kan. "ICHAAAAAAA.....BANGUUUUNNNN...." Nampaknya Ibu sudah menyiapkan sarapan di meja makan. Icha masih saja mengucek matanya dan bangkit dari tempat tidurnya dengan perlahan. Ia merapikan tempat tidurnya sebelum berjalan ke ruang makan. "Itu sarapan mu Cha, buru dimakan, katanya berangkat lebih pagi!" perintah Ibu seraya menunjukan makanan yang berada diatas meja makan. Icha duduk di kursi yang Ibu sarankan dan mulai menyantap makanan nya. "Bu bapak mana? kok tidak sarapan bareng?" "Bapak sudah pergi kerja, katanya ada klien yang harus ditemui." "oh ...." setelahnya cuma terdengar langkah Ibu yang mondar-mandir serta Icha yang mengunyah makanan nya. "Icha berangkat dulu Bu." "Sarapan kamu sudah kamu habiskan?" "Sudah Bu!" Ibu sangat heran melihat tingkah Icha semakin hari semakin aneh saja, padahal ini masih terlalu pagi banget tapi entah kenapa berlari seperti memburu waktu. Biasanya Icha berangkat dengan berjalan aga santai meski bangun aga siang pula karena memang letak sekolah juga tidak terlalu jauh untuk ditempuh dengan berjalan kaki. Sampailah Icha di rumah Bi Rasti yang memang berdempetan dengan sekolah. "Bi....Bi Rasti!...Bi...Bi...Bi Rasti!" "Kok tidak ada jawaban?" Rasti bicara sendiri karena teriakan nya tidak ada yang sahut. "Bi...!mungkin saja Bi Rasti sudah pergi ke kantin." Rasti langsung saja berjalan menuju kantin, Icha kemudian mempercepat jalannya dengan berlari. Sesampainya di kantin ternyata juga Icha tidak menemukan Bi Rasti. "loh kok kantin nya masih tutup? Sebaiknya ku tunggu saja disini, mungkin saja Bi Rasti keluar untuk membeli sesuatu." Setelah 45 menit kemudian Bi Rasti juga belum muncul di kantin sehingga membuat Icha jadi cemas. Hingga lonceng berbunyi Bi Rasti tak kunjung juga datang, akhirnya Icha memutuskan untuk masuk kelas. Dalam benak Icha masih banyak seribu pertanyaan tentang Sukma dan Bi Rasti. Sesampainya di depan pintu kelas Icha berpapasan dengan Bu Tisa. "Maaf Bu, apakah Bu Tisa tahu dimana Bi Rasti?" "Bi Rasti lagi sakit, katanya mau pergi berobat." "oh Bi Rasti pesan ke Bu Tisa gitu ya?" "tidak sih, tapi tadi Bimo bilang kalau bi Rasti pusing dan mual....kata Bimo Bi Rasti bilang mau berobat." "te-terima kasih Bu Tisa." "sama-sama cepat duduk ke bangku mu sana." Icha pun menuruti apa yang dikatakan Bu Tisa. Seusai sekolah, Icha langsung meluncur menuju rumah Bi Rasti untuk segera menemui Bi Rasti guna menanyakan buku diare Sukma. "dok...dook...dok! Bi...Bi Rasti...!" Icha mengetuk pintu rumah Bi Rasti namun Bi Rasti tidak juga muncul, bahkan menyahut panggilan Icha pun tidak. "Berobat kemana sih Bi Rasti kok sampai sekarang juga belum pulang sepertinya....aku tunggu saja disini kalau begitu." Icha menunggu di bangku depan rumah Bi Rasti. Namun sekian lama sudah Icha menunggu juga tidak ada tanda-tanda Bi Rasti. Lama-kelamaan Icha gelisah juga karena sudah sekian lama Bi Rasti tidak kunjung pulang dan ada suatu perasaan yang sangat aneh sekali terhadap yang Icha rasakan karena Icha menjadi tak karuan dan Icha takut sesuatu terjadi dengan Bi Rasti. Oleh karena itu Icha mencoba mengintip kamar Bi Rasti melalui kaca jendela kamar Bi Rasti. Icha mengecek pintu jendela satu persatu untuk mengetahui mana pintu jendela kamar Bi Rasti. tiba di jendela yang ke dua, Icha mencoba kembali menempelkan wajahnya ke kaca tersebut dan samar-samar mulai terlihat kian jelas bahwa Bi Rasti tengah terlentang di tempat tidurnya. Icha mengernyitkan matanya untuk lebih memastikan nya lagi namun ternyata memang Bi Rasti berada diatas tempat tidurnya tersebut. Namun tiba-tiba saja dibalik kaca tersebut muncul wajah yang dikenalnya yaitu POCONG! "aaaaaaarrrgh!!!!!" Icha kaget setengah mati bercampur takut sangat yang memicu dirinya berlari meninggalkan tempat tersebut. Icha lari terbirit-birit. "huuh...kenapa pocong itu terus menerorku? bahkan belum juga malam juga muncul." Icha merasa ada yang aneh dengan Bi Rasti, kata bu Tisa bahwa Bi Rasti sedang berobat, namun pada kenyataan nya Icha melihat dengan mata kepalanya sendiri bahwa Bi Rasti tengah berada di atas tempat tidurnya. Anehnya lagi tidak Biasanya Bi Rasti tidak buka kantin tanpa pemberitahuan sebelumnya dan juga tidak biasanya Bi Rasti tidur di sore hari. Bi Rasti yang Icha tahu bahwa tidur selalu larut malam karena di pagi hari matanya selalu merah dan seringkali tertidur di kursi nya. Icha ingin menyampaikan apa yang baru dilihatnya kepada pak RT. Setiba nya di rumah pak RT yang kebetulan pak RT berada di teras rumah yang langsung menyapa Icha. "Assalamu Alaikum pak RT!" "Wa Alaikum Salam...eh nak Icha, ada apa kok tumben ke sini?" "uumm...gini pak ada sesuatu yang ingin aku sampaikan ..." "Silahkan dudduk dulu nak Icha." "terima kasih. Tadi kan Bu Tisa bilang ke saya bahwa Bi Rasti pergi berobat....." "lha kamu ini aneh...." "maksud pak RT???" "lha wong Bi Rasti katanya sih mau pindah ke rumah kerabatnya, itu rumah mau dijual." "sebentar pak RT...itu yang bilang kalau Bi Rasti pindah siapa?" "Kunci rumah Bi Rasti ada pada saya, Bi Rasti menitipkan kuncinya kepada saya dan pesanya begitu tadi pagi nak Jims yang ngantar kuncinya." "kok semakin aneh saja ini???" "ya kamu yang aneh nak Icha, kalau pergi berobat saja kenapa mesti nitip kunci segala ke saya? katanya sih kalau pembeli suruh bilang nak Jims, nanti dia yang menyampaikan ke Bi Rasti." "pak RT tidak merasa curiga bahwa ada sesuatu yang janggal?" "apanya yang janggal?kan orang kalau mau pindah ya wajar-wajar saja" "gini pak RT...aku tadi kan kerumah Bi Rasti, namun setelah saya intip jendela kamarnya, Bi Rasti tengah terlentang di atas tempat tidurnya." "kamu jangan mengada-ada nak Icha, mungkin saja kamu salah lihat." "apa alangkah baiknya kita ke rumah Bi Rasti untuk memastikan nya?" "ya sudah saya ambil kuncinya dulu kalau begitu." pak RT dan Icha pun pergi ke rumah Bi Rasti bersama-sama. Sesampainya di rumah Bi Rasti, pak RT mengeluarkan kunci dan mulai membuka kunci pintu rumah Bi Rasti dengan perlahan. "KLARKERK!" pak RT mulai membuka pintu rumah Bi Rasti dengan perlahan, sementara itu Icha berdiri dibelakang pak RT menatap ke arah pintu dengan tatapan tajam. pintu pun terbuka. "POCOOOONG!!!" Pekik Icha ketakutan. Mendengar Icha teriak sedemikian rupa, pak RT membalikan badan ke arah Icha. "Nak Icha kamu jangan ngagetin gitu dong!" pinta pak RT kesal. "ta-tapi pak RT, aku melihatnya..." "sudahlah nak Icha jangan mengada-ada, ayo kita masuk." Tanpa pikir panjang Icha pun mengikuti pak RT masuk ke rumah Bi Rasti dengan perlahan serta matanya menyapu ke segala arah. "nak Icha tolong jangan ngagetin lagi ya? seumur-umur, saya belum pernah lihat yang namanya pocong.!" "tapi saya lihat ada pocong di depan bapak." "itu halusinasi nak Icha saja karena saking takutnya...." Icha dan pak RT tiba di depan sebuah pintu yang dimaksud, yaitu kamar Bi Rasti. Sama halnya seperti tadi, pak RT membuka pintu kamar Bi Rasti dengan perlahan. "BI...BI RASTI !!!!" pak RT melihat Bi Rasti yang tengah tergeletak di atas tempat tidurnya. Icha hanya berdiri di depan pintu kamar Bi Rasti, akan tetapi teringat akan pesan sukma untuk menemukan buku diare nya, Icha mulai memberanikan diri untuk melangkah masuk kedalam kamar tersebut. Mata Icha tertuju ke lemari kaca kecil yang berisikan banyak buku disitu. Icha mulai mencari buku yang di maksud dan kemudian menemukannya. Icha segera memasukan nya ke dalam tas nya. Sementara itu pak RT mencoba memeriksa Bi Rasti yang ternyata telah meninggal dunia. Air mata Icha entah kenapa tiba-tiba saja jatuh tak tertahan kan hingga membanjiri pipinya. "terima kasih nak Icha kamu sudah beritahu hal ini ke saya." kata pak RT namun Icha hanya terdiam tanpa kata. "sebaiknya nak Icha segera pulang biar urusan ini saya yang urus sama para warga. Biar nanti saya lapor ke pihak yang berwajib." "terima kasih pak RT sudah mau ikut saya ke rumah Bi Rasti." "Saya juga minta maaf tadi tidak percaya sama kamu." "tidak apa-apa pak RT. Aku pamit dulu pak RT." "Iya hati-hati di jalan. Air mata Icha terus saja menetes tanpa henti. Entah kenapa Icha merasa sangat sedih serta kehilangan. Namun Icha juga merasa sedikit lega karena menemukan buku diare tersebut. Icha berpikir jika cepat bisa menolong sukma, maka masalah akan terselesaikan dan tidak ada lagi pocong yang menebar teror. Sesampainya di rumah, Icha kemudian membuka buku diare tersebut, namun alangkah terkejut nya dia ketika melihat ada beberapa halaman buku tersebut ada yang hilang dan terlihat ada unsur kesengajaan merobek nya entah siapa yang melakukannya. Seperti terlalu kebetulan banget karena yang sobek tersebut adalah berisi sebelum Sukma meninggal, karena lembar terakhir menyebutkan bahwa ada seorang teman cowok yang mengajak nya bertemu. Icha tidak tahu cowok tersebut siapa yang dimaksudkan. Icha dilanda kepenatan yang amat sangat karena menemui titik buntu untuk mengungkap kasus yang menimpa Sukma. Icha pergi ke kamarnya untuk sejenak merebahkan tubuhnya diatas ranjang. Tak terasa Icha tertidur diatas ranjang nya dengan nyaman dan dikagetkan dengan suara hembusan angin yang menderu. "Hah! aku dimana???" Icha melihat sekeliling karena dia berada entah dimana. Icha melihat sekeliling dan merasa berada ditempat asing. "kok aneh kamar ku jadi kusam temboknya..." pekik Icha yang kini mulai ketakutan. Icha bangkit dari ranjang nya dan duduk di tebing ranjang, Ia menunduk kebawah untuk mencari sandal nya, namun pandangannya tertuju didepan kakinya. Sesuatu yang tidak asing Icha perlahan mendongakkan kepalanya menyusuri apa yang didepan kakinya hingga dia melihat perwujudan "POCOOOONNNGGG!!!!" Dan Icha tengah terduduk di atas ranjang nya serta ia melihat sekeliling ternyata tembok sudah kembali normal tidak lagi kusam seperti yang baru saja dilihatnya tadi. Ternyata Icha tadi cuma mimpi namun terasa begitu nyata untuk sebuah mimpi. "aku bisa gila bila terus-terusan di teror seperti ini. "tilililit! tilililit! tilililit!" handphone Icha berbunyi, Icha meraba-raba tas nya yang terletak didekatnya lalu memasukan tangannya untuk mengeluarkan handphone tersebut. "jims...??? ada apa ya dia menelpon?" "Assalamu alaikum!" " Wa alaikum salam Jims, ada apa ya?" "Cha...." "Eh tunggu dulu....kamu tahu nomor teleponku dari mana???" "ummm...nanti aku ceritakan, ini aku ada sesuatu yang lebih penting." "Ada apa Jims kamu adaq masalah apa?" "Aku tadi lewat rumah Bi Rasti, aku menemukan beberpa lembar halaman buku....sepertinya tertulis tentang sukma...." "aku curiga sama Jims, kenapa halaman buku diare Sukma tersebut ada padanya?" "Mungkin lebih baik aku harus hati-hati dengannya." "Coba ku telpon Virni." "Asslamu Alaikum Vir." "Wa Alaikum salam Cha, ada apa ya malam-malam begini telpon?" "Ada sesuatu yang ingin aku bicarakan Vir." "ya....kenapa Cha?" "Ini tentang Jims...." "Aduh Cha...kan sudah ku bilang jangan dekat-dekat sama dia....lagian kan besuk kita bisa ketemu untuk sekedar ngomongin ini!" "Aku curiga sama dia, dia sangat aneh..." "makanya kamu jangan bergaul sama dia Cha." "I-iya Vir, terima kasih atas sarannya." "itulah gunanya teman Cha." "Besuk aku mau ketemu dia Vir...." "Lah kamu ini bagaimana Cha, kan dibilang Jims itu jahat." "ummm...ini karena dia bilang mau kasih aku catatan sukma, tadi kan aku ke rumah Bi Rasti, aku menemukan buku diare Sukma dan ada beberapa lembar yang hilang, kebetulan Jims menelpon katanya dia menemukan bagian yang hilang tersebut di dekat rumah Bi Rasti." "Bi Rasti meninggal Vir...." "APA!!!! KAMU JANGAN BERCANDA CHA!!!" "Aku benar tidak berbohong." "Cha kamu serius?" "iya Vir tadi malah aku sama pak RT yang masuk menemukan jasadnya." " Itu pasti Jims yang telah membunuhnya, kan yang mengantar kunci rumah Bi Rasti ke rumah Pak RT Jims." "Lho Vir kamu kok tahu kalau yang mengantarkan kunci tersebut Jims?" "um..eh...itu...aku tahu tadi dari pak RT." "kok bisa?" "ya bisalah....aku pergi sekolah lewat rumah Pak RT yang kebetulan berada di teras nya, kami ngobrol sebentar, lalu Pak RT bilang kalau Bi Rasti pindah kerumah kerabatnya, jadi kunci rumah Bi rasti dititipkan kepada Jims yang kebetulan lewat untuk diantar ke Pak RT." "kalau tahu tadi kenapa kamu tidak bilang sama aku Vir?" "itu...aku lupa kasih tahu kamu Cha...maaf..." " Ya sudah kalau begitu Vir, maaf aku mengganggu,...Assalamu Alaikum." " Pesanku besuk kamu harus hati-hati sama Jims, Wa Alaikum salam." "TUTTSS!" Virni menutup obrolan nya. "Mungkin sebaiknya aku tidur lagi.....entah kenapa badan ini terasa lelah sangat." Icha membaringkan tubuhnya kembali namun tidak memejamkan matanya. Pandanganya mengarah ke plafon kamarnya entah kenapa juga di plafon tersebut ada kepulan asap dan lama kelamaan membentuk sebuah wujud POCONG yang memandang Icha begitupun Icha juga menatapnya yang kemudian langsung saja melesat jatuh tepat di badan Icha. "TIDAAAAAKKKK....PERGIIIIIIII!!!!" Icha meronta-ronta karena tertindih pocong dan berusaha untuk lepas dari tindihannya. Akhirnya Icha bisa memiringkan badannya kemudian terlepas dari tindihan pocong tersebut yang langsung bangkit dari tempat tersebut lalu lari dengan kencang untuk segera keluar dari kamarnya. " Icha apa-apaan sih berlarian dalam rumah?!?" Icha seketika berhenti lalu memandang ke arah yang menegur nya tersebut yang tak lain adalah ibunya. "ma-maaf bu...a-aku melihat pocong...." "aduh Cha yang bener saja tidak ada yang begituan, apalagi di dalam rumah." bener bu tadi aku melihat nya malah dia jatuh dan menindih ku." mending kamu istirahat, mungkin kamu terlalu cape di sekolah jadi ya berhalusinasi." "aku tidak bohong bu...." Sudah ayo sana kembali ke kamarmu." "aku tidak mau tidur di kamarku nanti dia datang lagi." "kamu kan sudah besar Cha....masa tidur sendiri takut." "Ya ini masalahnya a-ada pocong." "Sudah jangan banyak alasan, ...sana tidur, lagian juga sudah malam. Meski berat untuk kembali kekamarnya karena baru saja terlepas dari pocong masa harus kembali ke tempat semula bertemu pocong barusan. "Oh iya Cha tadi Bi Rasti, yang jualan di kantin sekolah tadi sore meninggal dunia." "Iya bu sudah tahu tadi..." "Lho kamu tahu darimana?" "Kan aku pak RT tadi yang menemukan jasad bi Rasti di kamarnya." "Lah kok bisa kamu bantu pak RT?" "Iya ada sesuatu yang ingin aku bicarakan dengan Bi Rasti, namun kata Bu Tisa bahwa Bi Rasti pergi berobat, aku ke rumahnya dan menunggu lama namun Bi Rasti tidak pulang-pulang, lalu aku intip jendela kamarnya yang kemudian aku lihat Bi Rasti terlentang diatas tempat tidurnya." "aduuuh Cha kenapa kamu mencampuri urusan orang lain, kamu bisa celaka..." "Maka dari itu Bu aku kerumah pak RT karena merasa ada yang aneh, malah pak RT juga aneh katanya bahwa Bi Rasti pindah kerumah kerabatnya dan kuncinya diditipkan ke Pak RT, katanya lagi rumahnya suruh jual jika ada yang berminat." "Ya sudah, lain kali kamu jangan seperti itu lagi Cha berbahaya tahu!" "Ba-baik bu." Icha kemudian berjalan dengan malas ke kamarnya kembali. Setibanya di kamar Icha mulai menyapukan pandanganya ke seluruh ruangan. "mudah-mudahan dia tidak kembali malam ini agar aku bisa tidur dengan nyenyak dan bangun di pagi hari." Icha menggerutu sendiri yang kemudian merebahkan badannya ke atas tempat tidurnya hingga terlelap.

Mungkin banyak sekali orang membiarkan sesama nya jika di waktu sangat memerlukan bantuan serta merta malah menjauh dan mengacuhkan nya, namun di kala sendiri butuh bantuan dan tiada yang membantu akan merajuk dan tidak menempatkan dirinya dalam lingkup tersebut, andai disadari bahwa kita adalah manusia sebagai makhluk sosial tidak lepas dari saling keterikatan satu sama lain selayaknya kita saling tolong menolong dalam kebaikan.

iyanferiscreators' thoughts